Bagaimana jadinya jika seorang muslimah bertemu dengan mafia yang memiliki banyak sisi gelap?
Ketika dua hati berbeda warna dan bertemu, maka akan terjadi bentrokan. Sama seperti iman suci wanita muslimah asal Indonesia dengan keburukan hati dari monster mafia asal Las Vegas. Pertemuannya dengan Nisa membawa ancaman ke dunia gelap Dom Torricelli.
Apakah warna putih bisa menutupi noda hitam? Atau noda hitam lah yang akan mengotori warna putih tersebut? Begitulah keadaan Nisa saat dia harus menjadi sandera Dom Torricelli atas kesaksiannya yang tidak sengaja melihat pembunuhan yang para monster mafia itu lakukan.
°~°~°~°~°~°~°~°~°~°~°~°~°~°~°~°
Mohon Dukungannya ✧◝(⁰▿⁰)◜✧
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Four, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
LiBaW — BAB 21
NAFKAH BATIN??!
Sebuah benda ditemukan oleh Dom di dalam kulit Nisa. Tentu itu mengejutkan si pemilik tubuh, yaitu Nisa.
“Sebuah cip terpasang ke tubuhmu, sangat luar biasa.” Ujar Dom melepaskan Nisa dan melangkah pergi ke arah lain dengan membawa cip tadi.
Sedangkan Nisa langsung meraih pakaiannya dan segera memakainya kembali saat Dom melepaskannya. Kini pria itu masih menatap ke benda kecil di tangannya yang baru dia cuci hingga bersih.
Terlihat kernyitan di keningnya saat ia menatap ke benda tersebut.
“Ka-kau yakin benda itu ditemukan di tubuhku?” tanya Nisa yang menghampirinya dan bertanya langsung, meski sedikit tak percaya.
Dom yang tadinya berdiri membelakanginya, kini pria itu mematakan benda berbentuk oval pipih tersebut dengan satu tangan, lalu membuangnya begitu saja.
“Ya. Dan seharusnya kau mengetahui soal ini.” Balas Dom yang kini menatap nya.
Nisa masih mencoba memikirkannya, kapan dan dimana seseorang memasang cip tersebut? Dan siapa? “Aku tidak pernah tahu.” Balas Nisa pelan dan menatap ke arah lain dengan tatapan bingung dan heran.
Melihat itu, Dom berkerut alis. Kehidupan wanita muslim yang malang. Jika Tuhan Nisa Maha Mengetahui, lalu kenapa wanita itu masih menderita meski sudah hijrah ke jalan Nya? Seperti itulah yang Dom pikirkan.
“Gerard memasang nya, itu sebabnya dia selalu berhasil menemukan mu. Tapi sekarang tidak.” Jelas Dom yang menatap santai dan tegas ke arah Nisa.
Wanita cantik yang kini mengenakan jubah putih tadi, menatap tak percaya saat Dom menyebutkan nama Gerard yang artinya pria itu benar-benar tahu soal dirinya.
“Aku tidak menyuruhmu mengenakan pakaian.” Ucap Dom yang kini menatap lekat ke Nisa, ketika wanita itu berdiri di depannya dengan jubah putih dan rambut indah nya yang panjang bergelombang itu tergerai.
“Aku kedinginan. Terima kasih!” balas Nisa sedikit ketus, namun ucapan terima kasihnya sangat tulus.
“Aku tidak butuh ucapan terima kasihmu, tapi kepuasan.” Balas Dom membuat tatapan Nisa yang sendu, kini menatap tajam.
Dia tidak begitu paham dengan maksud dan keinginan Dom, namun dia yakin bahwa pria itu juga sama buruknya seperti Gerard.
Saat Nisa hendak berbalik pergi, Dom menarik tangannya sehingga dalam satu tarikan tubuh mereka berdekatan hingga tak ada jarak.
Pria itu benar-benar mencengkram kedua lengan Nisa sampai wanita itu tak bisa berkutik saat Dom mendekatkan wajahnya ke wajahnya dan berhenti di dekat telinga kiri Nisa. “Aku ingin mendengar suara seksi mu di malam pernikahan kita.” Bisik penuh sensual Dom membuat Nisa merinding mendengarnya.
Tentu, mereka belum melakukan apapun setelah menikah, dan Nisa dengan sengaja menjauhinya.
“Tidak ada kita, tidak ada malam pertama. Jangan berharap lebih, aku tidak peduli meski harus mengingkari ucapan ku sendiri karena aku tidak ingin melakukannya dengan pria seperti mu.” Balas Nisa menolak secara langsung.
Namun Dom masih mencengkram nya dan menatap lekat. “Keputusan yang bagus. Malam ini seseorang akan menemui mu dan aku memberikan izin itu.” Jelas Dom membuat Nisa berkerut alis.
“Siapa yang kau maksud huh?” tanya Nisa penasaran, namun Dom seketika melepaskannya dan melengos begitu saja.
Tentu, Nisa tak tinggal diam dan terus mengikuti langkah suaminya yang duduk di atas sofa singel sembari menikmati seteguk beer.
“Apa sebenarnya rencana mu?” Nisa masih menatap tajam ke arah Dom, dan berdiri tak jauh dari nya.
“Semuanya tentang mu ... Aku ingin memilikinya.” Jawab jujur Dom yang menatap santai saat dia menuangkan sebotol beer mahal tadi ke gelasnya dan kembali meneguk nya.
Sedangkan Nisa masih terlihat kaget akan jawaban jujur tadi. “Ap-apa karena kau.. Apa karena kau sudah melihat masa laluku yang pernah menjadi seorang pelacur pribadi Gerard?” tanya Nisa sekedar memastikan dan suaranya nampak terdengar parau dan sedikit gemetar.
Pria itu masih memperhatikan wajah Nisa dengan tatapan tajamnya. “Ya.” Jawab Dom singkat namun sangat menyakitkan saat Nisa mendengarnya.
Wanita itu sebisa mungkin menahan kesedihannya dan berpaling sekilas. Dia tak bisa berkata-kata.
“Aku tidak ingin menikah dengan bekas orang lain, tapi melihatmu ... Kau membuatku tertarik.” Ucap Dom sekali lagi yang kini membuat Nisa menatapnya lekat dan pasrah.
“Jika tujuan mu hanya mencicipi dan mendapatkan apa yang kau mau, jika aku memberikan tubuhku kepadamu, apa kau akan melepaskan ku?” sekali lagi Nisa bertanya dan kali ini pertanyaan nya juga terus terang seperti jawaban Dom.
Padahal, pria itu hanya menutupi kebenaran soal ketertarikannya kepada Nisa akan hal lain, bukan karena dia mantan pelacur khusus milik Gerard.
Dan kini, dia mendengar perkataan seperti itu dari Nisa sehingga dia tak segan menatap balik wanita yang sudah menjadi istrinya sah.
“Tergantung.”
Nisa kembali diam, menunduk kalau menajamkan mata saat dia berbalik membelakangi Dom yang masih duduk. Seakan dia meyakinkan dirinya sendiri dan bercurah hati kepada Tuhannya, Nisa kembali membuka matanya.
Ia menurunkan jubah putih yang dia buka sendiri, hingga kini Dom dapat melihat kembali punggung mulus Nisa, meski masih terdapat penghalang berupa bra dan CD putih.
“Lakukan. Ini yang pria seperti kalian inginkan. Seorang wanita tidak pernah ada harga dirinya di mata pria yang buruk. Aku tidak akan mendapat dosa dengan memberimu nafkah batin sebagai seorang istri, In Syaa Allah!” jelas Nisa tersenyum tipis dengan air mata menetes menatap lurus.
“Lakukan saja seperti yang kau inginkan. Setelah itu bebaskan aku seperti kau membebaskan ku dari cip milik Gerard. Kau bisa menganggap ini sebagai balas budi ku.” Jelas Nisa sekali lagi yang hanya menoleh ke kiri.
Dia sudah benar-benar siap untuk menjajakan tubuhnya kepada seorang pria setelah sekian lama dia menjauh dari para pria apalagi hal-hal yang berbau seks.
Dom yang bangkit dari duduknya, hingga suara langkah kakinya yang di dengar oleh Nisa, membuat wanita itu menelan ludah kasar dan telapak tangannya mulai berkeringat dingin dengan jantung yang berdebar kencang.
Nisa dapat merasakan napas panas Dom yang berada di sisi kirinya saat ini. “Kenakan pakaian mu, kau tidak akan pernah tahu tujuan seseorang yang kau anggap buruk saat ini.” Bisik Dom dari belakang, lalu dia berjalan mundur dan ganti membelakangi Nisa sembari meraih gelas berisi vodka tersebut.
“Gerard akan datang setelah tahu titik dari cip itu membawanya ke sini.” Ucap Dom yang tiba-tiba membahas soal Gerard bukannya mengambil kesempatan yang sudah Nisa buka aksesnya.
Tentu saja itu mengejutkan Nisa sekaligus membuatnya lega, meski dia terkejut juga soal kedatangan Gerard.
“Lalu apa tujuan mu membawaku kemari jika Gerard masih akan datang dan mengejar ku kemari?” tanya Nisa yang masih membelakangi Dom, sehingga mereka berdua sama-sama berdiri saling membelakangi dan sesekali mereka hanya menoleh saat berbicara.
Dom menatap lurus nan tajam. Meneguk habis minumannya dalam sekali tegukan saja. “Karena ada orang lain lagi yang akan mengincar mu juga, selain Gerard.” Jawab Dom.