Bayu. Seorang mahasiswa berusia 23 tahun yang berkuliah di Universitas ternama yang ada di Indonesia meninggal setelah kejatuhan pohon besar yang tersambar petir saat dia pulang dari kerja paruh waktunya.
Dia kira dirinya sudah benar-benar mati. namun alangkah terkejutnya dirinya saat menyadari jika dia belum mati dan kembali terlahir di tubuh seorang bocah berusia 10 tahun yang namanya sama dengan dirinya yaitu Bayu. parahnya lagi dia terlempar sangat jauh di tahun 1980. Anehnya Dia memiliki ingatannya di kehidupan sebelumnya di tahun 2025. berdasarkan ingatan Itu Bayu mulai menjalani kehidupan barunya dengan penuh semangat. jika di kehidupan sebelumnya dirinya sangat kesulitan mencari uang di kehidupan ini dia bersumpah akan berusaha menjadi orang kaya dan berdiri di puncak.
Hanya dengan menjadi kaya baru bisa berkecukupan!
Hanya dengan menjadi kaya batu bisa membeli apapun yang diinginkan!
Hanya dengan menjadi kaya aku bisa membahagiakan orang-orang yang aku sayangi.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Jin kazama, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 30. Rencana Untuk Mengontrak Rumah.
Bab 30. Rencana Untuk Mengontrak Rumah.
Satu hari telah berlalu. Suara nyaring dari kokokan ayam jago terdengar.
Seorang pemuda berusia 13 tahun baru saja selesai menunaikan salat Subuh. Waktu itu, jam menunjukkan 04.30 WIB.
Setelah selesai menunaikan salat dan berdoa untuk kedua orang tua, saudaranya, dan juga semua kerabat terdekatnya, ia pun melipat sajadah dan menaruhnya ke tempat yang sama, yaitu meja tua yang letaknya berada di sisi sebelah kanan.
Setelah itu, ia mulai mengemasi jajanan telur gulung yang sudah ia buat. Semuanya pas sama seperti kemarin, yaitu 3.000 tusuk.
Oh iya, kesan pertama saat ia berjualan telur gulung disambut dengan baik oleh para siswa dan siswi, baik itu di SD, SMP, maupun SMA. 3.000 tusuk telur gulung benar-benar ludes. Bahkan bisa dibilang kurang.
Namun, Bayu tidak ingin serakah dengan menambah jumlah telur gulungnya. Ia menilai jumlah sudah cukup dan tidak ingin menjadi terlalu menonjol sehingga orang lain tidak mendapatkan rezeki.
Bagaimanapun, uang saku siswa dan siswi itu terbatas. Dan jika dagangan telur gulungnya terlalu mendominasi, ia khawatir itu bukan menjadi berkah, tetapi malah menjadi rezeki yang tidak barokah karena ia telah berbuat zalim kepada orang lain secara tidak langsung.
Lebih baik tetap berhubungan baik dengan sesama pedagang, saling menghormati, dan menghargai satu sama lain.
Masalah tambahan pemasukan, ia bisa mencarinya dari jalur lain. Mungkin ia bisa mulai jasa pengiriman barang seperti yang ia rencanakan sebelumnya.
Namun untuk saat ini, ia akan fokus untuk menabung dan mengumpulkan uang yang lebih banyak untuk persiapan modal usaha jasa antar barangnya.
Yang terpenting dari usaha jasa antar barang adalah kepercayaan pelanggan dan kualitas barang yang bagus, dan yang tidak kalah penting lainnya lagi adalah kejujuran.
Untuk awalan, mungkin ia akan mengantarkan sembako. Lalu, akan merambah ke barang-barang lainnya sesuai dengan kebutuhan pelanggan. Dan untuk mewujudkan itu semua butuhkan modal yang tidak sedikit.
Dan jika usaha telur gulungnya bisa terus stabil per hari 3.000 tusuk, maka dalam satu tahun saja uang yang terkumpul sudah lumayan besar. Itu sekitar 30 juta lebih. Dan dengan modal itu, ia bisa memutar uangnya untuk melakukan bisnis baru.
Menggelengkan kepalanya, Bayu pun mulai mengabaikan rencana itu untuk saat ini. Itu masih satu tahun lagi, dan dalam prosesnya, besar kemungkinan banyak hal yang tidak terduga akan terjadi.
Oh iya, mengenai 3.000 tusuk telur gulung itu yang ia jual dengan harga Rp28, Bayu berhasil meraup keuntungan sebesar Rp84.000.
Pada tahun 1980-an, seorang anak 13 tahun menghasilkan Rp84.000 dalam sehari itu sudah sangat luar biasa.
Pagi itu udara masih sejuk seperti biasanya, namun seperti kebiasaan yang sudah terjadi tepat saat matahari mulai menyingsing, udara itu mulai terkontaminasi dengan berbagai macam aroma yang khas, entah itu dari asap rokok, asap kendaraan, bau makanan dan minuman, semuanya bersatu-padu menjadi satu, menciptakan aroma yang khas yang sulit untuk dijelaskan dengan kata-kata.
Para tukang becak, sopir bemo, dan tukang ojek juga masih setia duduk di atas kendaraannya untuk menunggu dan menyambut para calon pelanggan yang entah itu ingin pergi ke pasar, ataupun diantar ke suatu tempat.
Mereka dengan santai duduk menyeruput kopi hitam yang asapnya masih mengepul,
menghembuskan asap rokok sambil bercerita dengan teman-teman senasib perjuangan mereka.
Samar-samar Bayu bisa mendengar jika mereka berbicara tentang harga panen padi, tentang ladang yang akan ditanami jagung, ataupun tentang hama tikus yang sangat sulit untuk dibasmi.
Semuanya berputar-putar di sekitar masalah kebutuhan pokok sehari-hari.
Bayu hanya tersenyum tipis saat mendengarnya. Memang, yang paling terpenting dalam hidup adalah tercukupinya kebutuhan pokok. Tidak di era ini ataupun era masa depan.
Intinya adalah, tercukupinya kebutuhan pokok adalah kunci dari tanda kesejahteraan hidup.
Jika ada yang kurang setuju dengan apa yang dikatakan oleh author, silakan komen di bawah. Karena pendapat kalian akan sangat penting untuk kemajuan novel ini. Terima kasih.
Kembali ke cerita.
Bayu masih memandang sekeliling, yang paling ia sukai adalah melihat kerumunan anak sekolah yang memadati jalanan dengan berjalan kaki, bercanda sambil tertawa bersama dengan teman-temannya.
Seolah tak memperdulikan apa pun dan tidak khawatir akan apa pun. Yang mereka pikirkan adalah yang penting menjalani rutinitas hari ini dengan gembira dan tanpa beban.
Dan yang mereka bicarakan, tidak jauh dari seputar lagu-lagu populer, cewek paling cantik ataupun cowok paling tampan dan populer di sekolah.
Atau ibu guru baru yang cantik hingga pak guru galak yang menyebalkan, yang selalu memelototi mereka semua ketika mereka datang terlambat.
Mendengar cerita-cerita itu, Bayu hanya terkekeh, sungguh nostalgia yang sangat berharga.
Pemandangan berangkat sekolah seperti ini akan menjadi sesuatu yang langka di masa depan.
Setelah puas memandangi anak-anak sekolah itu, Bayu pun berjalan ke rumah Pak Tarjo untuk kembali menyewa sepeda.
Setibanya Bayu di sana, ternyata Pak Tarjo sedang menambal ban sepeda motor yang bocor.
Dia pun menyapa Pak Tarjo.
"Assalamu'alaikum, Pak Tarjo. Selamat pagi."
Mendengar namanya dipanggil secara refleks, Pak Tarjo pun menoleh. Saat melihat ternyata itu adalah Bayu, ia pun tersenyum, menganggukkan kepala, dan menjawab,
"Wa'alaikumussalam. Oh, ternyata kamu, Nak Bayu. Apakah mau menyewa sepeda lagi?"
"Iya, Pak. Ini saya mau mengantarkan jajanan ini ke sekolah. Alhamdulillah habis, Pak. Semua ludes terjual," kata Bayu sambil tersenyum.
"Wah, bagus itu. Bapak salut sama kamu, Nak. Masih muda, tapi sangat bersemangat untuk berwirausaha. Bapak doakan usahamu terus lancar dan terus berkembang sehingga kamu bisa menjadi orang kaya. Hahaha," kata Pak Tarjo sambil tertawa.
Mendengar itu Bayu juga ikut tertawa kecil.
"Amin, Pak. Terima kasih atas doanya. Nanti kalau saya sudah kaya, Pak Tarjo sekeluarga akan saya ajak naik haji."
Dengar itu, tawa Pak Tarjo semakin keras.
"Hahaha! Amin, amin," jawabnya.
Pak Tarjo semakin menyukai Bayu, karena selain sopan ia juga sangat pandai mencairkan suasana.
Singkat cerita, akhirnya Bayu pun mengayuh sepedanya. Setelah menempuh jarak beberapa kilometer, ia pun sampai di tempat tujuan.
Yang ia kunjungi adalah SDN Pasar Turi 1.
Tentu saja saat ia di sana, ia bertemu dengan satpam sekolah, yang akhirnya ia ketahui namanya adalah Pak Joko. Bayu adalah tipe anak yang sangat bersemangat dan pandai mencari bahan obrolan, sehingga Pak Joko pun ikut larut ke dalam obrolannya.
Hanya dalam waktu singkat, kedua orang berbeda usia itu menjadi sangat akrab.
Setelah berbasa-basi sebentar, akhirnya Bayu pun berpamitan.
"Ya sudah, Pak. Saya mau mengantarkan jajanan ini dulu ke dalam kantin," kata Bayu sambil tersenyum.
Mendengar itu Pak Joko balas tersenyum.
"Ya, Nak Bayu. Karena keasikan ngobrol, kita malah jadi lupa waktu," ucapnya sambil terkekeh.
Bayu hanya tertawa saja, menanggapi candaan Pak Joko.
Akhirnya, ia pun masuk ke area sekolah, berjalan sekitar 600 meter, belok kanan, dan ia pun tiba di ruangan kantin.
Seperti biasa, ia melihat Bu kantin sedang sibuk menata barang dagangan.
Terus senyum tipis, ia mengetuk pintu dan mengucapkan salam.
Tok! Tok! Tok!
"Assalamu'alaikum, Bu Dewi," sapa Bayu.
Ya, Bayu akhirnya mengetahui nama ibu kantin itu bernama Bu Dewi.
Mendengar itu, Bu Dewi dengan refleks mengangkat kepalanya. Saat melihat ternyata itu Bayu, ia pun tersenyum. Dengan ramah ia menjawab,
"Wa'alaikumussalam, Nak Bayu. Mau titip telur gulung lagi?" tanyanya.
"Hehehe, iya, Bu. Ini saya bawa sekitar 200 tusuk, sama seperti kemarin," kata Bayu.
"Kalau kamu mau, kamu bisa menambah porsinya, Nak. Telur gulungmu sangat laris. Kalau misalnya ditambah 100 tusuk lagi pun sepertinya tidak masalah," kata Bu Dewi menyarankan.
Tapi yang mengejutkan Bu Dewi, Bayu justru menggelengkan kepalanya.
"Tidak perlu, Bu. Saya rasa 200 tusuk saja sudah cukup. Biarkan anak-anak memilih jajanan yang lain saja. Kalau saya menambah porsinya, saya takut merebut rezeki orang lain, dan itu tidak akan berkah, Bu," kata Bayu dengan serius.
Seolah mendapatkan pencerahan, Bu Dewi pun mengangguk-anggukkan kepalanya. Dalam hati, ia sangat salut pada sifat Bayu.
Sederhananya, jika ia menambah porsinya, artinya dagangan orang lain akan kalah dengan dagangannya dan itu tidak akan laku sehingga akan menyebabkan ketidakpuasan dari orang tersebut. Karena itulah rezeki orang lain akan berkurang. Mulut berkata tidak apa-apa, namun isi hati orang lain siapa yang tahu.
Kalau sampai dia merasa terzalimi dan membatin sesuatu yang buruk, maka itu bisa saja menjadi doa orang yang terzalimi. Dan katanya doa orang yang terzalimi itu lebih didengar Tuhan. Dan Bayu tidak ingin hal itu terjadi.
Dalam hati Bu Dewi bergumam,
"Dewasa sekali pemikiran anak ini," ucapnya penuh dengan kekaguman.
Akhirnya, setelah menarik napas dalam dan menghembuskannya secara perlahan, Bu Dewi pun berkata,
"Ya sudah, kalau begitu, terserah kamu saja, Nak. Semoga usaha kamu ini lancar, bisa berkembang menjadi semakin besar, dan kamu menjadi orang yang sukses. Kamu anak yang baik, Nak," kata Bu Dewi sambil mengusap kepala Bayu.
"Iya, Bu. Amin. Terima kasih doanya," kata Bayu yang merasa senang karena kepalanya diusap oleh Bu Dewi.
Entah mengapa, ia merasakan kehangatan seorang ibu saat tangan itu mengusapnya. Hal ini membuat hati Bayu terasa campur aduk dan pikirannya menjadi sangat rumit.
Telah menitipkan di satu sekolah, akhirnya Bayu pun melanjutkan ke dua sekolah SD sisanya. Setelah itu ia melanjutkan ke tiga sekolah SMP dan tiga sekolah SMA.
Setelah telah selesai mengantar semuanya, ia terpikirkan tentang rumah Malik yang kondisinya sangat memprihatinkan.
"Sepertinya jika aku terus-menerus tinggal di rumah Malik dan merepotkannya agak kurang pantas. Baiklah, kalau begitu aku akan menemui Pak Tarjo saja dan menanyakan apakah ada rumah yang dikontrakkan yang bisa dibayar tiap bulan," gumamnya.
Bayu juga berpikir, dia ingin mengajak Malik dan juga Sindy untuk tinggal bersamanya saja. Sementara untuk rumahnya Malik sendiri, bisa dikunjungi setiap dua hari sekali atau tiga hari sekali untuk membersihkannya agar tetap rapi dan tidak berdebu.
Setelah berpikir seperti itu, ia pun mulai mengayuh sepedanya menuju ke arah tertentu, membelah keramaian Kota Surabaya yang dipenuhi dengan berbagai macam kesibukan orang yang tiada henti.
terus berkarya.