NovelToon NovelToon
Dua Bilah Yang Tak Menyatu

Dua Bilah Yang Tak Menyatu

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Cinta Seiring Waktu / Kehidupan Tentara / Perperangan
Popularitas:2.7k
Nilai: 5
Nama Author: Mr_Dream111

Dalam dunia yang koyak oleh perang berkepanjangan, dua jiwa bertolak belakang dipertemukan oleh nasib.

Yoha adalah bayangan yang berjalan di antara api dan peluru-seorang prajurit yang kehilangan banyak hal, namun tetap berdiri karena dunia belum memberi ruang untuk jatuh. Ia membunuh bukan karena ia ingin, melainkan karena tidak ada jalan lain untuk melindungi apa yang tersisa.

Lena adalah tangan yang menolak membiarkan kematian menang. Sebagai dokter, ia merajut harapan dari serpihan luka dan darah, meyakini bahwa setiap nyawa pantas untuk diselamatkan-bahkan mereka yang sudah dianggap hilang.

Ketika takdir mempertemukan mereka, bukan cinta yang pertama kali lahir, melainkan konflik. Sebab bagaimana mungkin seorang penyembuh dan seorang pembunuh bisa memahami arti yang sama dari "perdamaian"?

Namun dunia ini tidak hitam putih. Dan kadang, luka terdalam hanya bisa dimengerti oleh mereka yang juga terluka.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mr_Dream111, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Misi terakhir

Dua minggu setelah serangan udara tersebut, Kota Ventbert mulai pulih kembali dan masyarakat setempat telah kembali beraktivitas sebagaimana biasanya. Mereka kini dapat menjalani aktivitas dengan lebih nyaman, karena sistem kepolisian yang baru tidak lagi melakukan praktik pemungutan liar maupun penindasan.

Pasca percobaan kudeta, seluruh divisi militer di Ventbert telah ditarik kembali, mengakibatkan kota ini kini dihuni oleh lebih dari 100 ribu prajurit.

Serangan terhadap Ventbert hampir menyebabkan terbukanya gerbang peperangan baru antara Varaya dan Magolia. Namun, Magolia memilih untuk menempuh jalur diplomasi. Hal ini dapat dimaklumi mengingat Magolia sedang dalam proses pembangunan ekonomi setelah perang yang berkepanjangan dan belum siap untuk berperang lagi saat ini. Gencatan senjata kembali terjalin, namun sayangnya Magolia harus rela melepaskan wilayah perbatasan di sebelah tenggara kepada Varaya sebagai syarat gencatan senjata. Memang bangsa tersebut dikenal dengan kelicikannya. Mereka menghancurkan ibu kota kami, memaksa kerajaan kami untuk mengadakan gencatan senjata ulang di bawah ancaman invasi, dan harus menyerahkan wilayah kami.

Selain itu, hari ini kota lebih ramai dari biasanya dengan hiasan pernak-pernik di berbagai sudut karena dalam dua hari ke depan akan diadakan perayaan musim semi sekaligus ulang tahun kerajaan Magolia.

Festival ini biasanya dimulai dengan makan malam yang hangat bersama keluarga, kemudian semua orang akan keluar rumah untuk merayakan di jalanan dengan penuh semangat, ditemani musik dan kembang api yang meriah. Keesokan harinya, penduduk akan berkumpul di jalanan untuk mengikuti upacara dan memberikan penghormatan kepada leluhur raja-raja Magolia. Dari semua festival di Magolia, festival musim semi adalah yang paling dinantikan. Meskipun aku belum sepenuhnya memahami alasannya, antusiasme penduduk sangat terasa.

Hari ini aku berkesempatan untuk ikut patroli ke setiap pos bersama para prajurit lainnya, dan kemudian aku dipanggil menuju istana.

Aku melangkah masuk ke ruang kerja ratu, merasakan suasana tenang yang meliputi segenap ruangan. Di depan mataku, ratu tengah serius memeriksa beberapa lembar kertas dengan tatapan yang dipenuhi konsentrasi. Sekilas, kulihat meja kerjanya yang tertata rapi dipenuhi berbagai benda menarik, termasuk sebuah miniatur yang menyerupai mesin besi terbang—yang menyerang Ventbert malam itu.

" Duduklah, " kata ratu dengan nada lembut namun tegas.

Tanpa ragu, aku segera duduk di hadapan beliau sambil menjaga kesunyian, menahan segala pertanyaan yang berkecamuk di dalam benakku.

" Maaf harus memanggilmu di saat seperti ini karena ada informasi penting tentang misi barumu sekaligus misi terakhirmu sebagai pasukan Faks, " jelas ratu, matanya menatapku seolah mencoba menembus pikiran.

Perkataan ratu membuatku terkejut. Mengapa misi terakhir? Aku merasa bingung dan cemas. Apakah ini pertanda bahwa aku telah melakukan sesuatu yang salah? Atau mungkinkah ini karena aku terlambat dalam menjalankan tugas melindungi ratu saat terjadi kudeta baru-baru ini? Berbagai spekulasi melintas dalam pikiranku, menimbulkan rasa was-was akan masa depan yang belum pasti.

Belum sempat aku bertanya lebih lanjut, ratu langsung menyodorkan sebuah lembaran kertas, yang penuh dengan barisan titik dan garis – sebuah kode morse. "Intelejen Magolia berhasil menguraikan kode Varaya yang kemudian diubah ke dalam bentuk morse. Alasanku menunda misi ini karena memang dibutuhkan waktu yang cukup panjang untuk memecahkan kode kombinasi dari saluran radio Varaya. Dan sejujurnya, harus kuakui bahwa pemecahan kode ini datang sangat terlambat."

Aku terkejut mendengar perkataannya, lalu bertanya dengan penuh rasa ingin tahu, "Terlambat? Apa maksud dari pernyataan baginda ratu?"

Dengan nada serius, ratu menjelaskan, "Kode ini mengandung informasi penting bahwa para ilmuwan Varaya telah berhasil menciptakan senjata pemusnah massal yang mampu menghancurkan sebuah kota seketika. Informasi ini dikonfirmasi oleh Akulux segera setelah Magolia mengetahuinya. Mereka bahkan menawarkan kerjasama dalam bidang intelijen."

Setelah mendengar penjelasan tersebut, aku terdiam, terjebak dalam pikiran yang kacau. Bagaimana mungkin Varaya berhasil menciptakan senjata dengan kekuatan sedemikian rupa? Dan bentuk dari senjata mematikan itu seperti apa? Pertanyaan demi pertanyaan berseliweran dalam benakku, membuatku semakin merasa waspada dan cemas.

" Misi ini ditugaskan dengan tingkat kepentingan yang sangat tinggi dan tidak dapat diremehkan. Apabila kau gagal dalam menyelesaikan misi ini, dampaknya akan sangat merugikan, mengakibatkan banyak orang kehilangan nyawa. Tidak hanya ribuan, namun kemungkinan ada jutaan jiwa yang terancam. Karena tantangannya yang begitu besar, aku memberikan kesempatan istimewa bagimu; ini mungkin akan menjadi misi terakhirmu sebagai anggota tentara Faks. Jika berhasil, kau akan memiliki kebebasan untuk menentukan arah hidupmu selanjutnya, apakah akan tetap setia pada militer atau memilih menjalani kehidupan sebagai warga sipil. "

" Kapan misi ini akan dimulai? "

" Kau akan memulainya pada malam berlangsungnya festival, ketika perhatian semua orang tertuju pada perayaan tersebut. Dari titik itu, pergilak ke kota Livka. Setibanya di sana, kau harus menyusup melewati perbatasan dan bergerak menuju utara sampai tiba di sebuah distrik kecil yang dikenal dengan nama unit 717. Aku tidak akan menyediakan peta apapun, karena laporan dari pelatihanmu sebagai bagian dari pasukan Faks telah menunjukkan bahwa kau sudah memiliki pemahaman yang mendalam mengenai seluruh wilayah barat Varaya. "

" Malam festival? Tapi baginda— "

" Aku tau harusnya malam itu jadi hari tenang bahkan untuk dirimu. "

Aku menunduk dengan jantungku berdebar kencang. " Aku... Sudah berjanji untuk makan malam bersama keluarga angkatku dan menyaksikan festival. "

" Aku menyadari hal itu, serta aku juga paham bahwa upaya dokter Kai dalam mengatasi traumamu tidak berhasil. Oleh karena itu, saat ini aku menawarkan sebuah pilihan yang penting untukmu. Apakah kau ingin tetap berada di sini, atau mengambil langkah untuk pergi demi menyelamatkan jutaan nyawa, termasuk keluarga angkatmu yang sangat berarti? "

Aku terhenyak sejenak, tersadar akan kebenaran dalam setiap kata yang diucapkan oleh sang ratu. Hatiku tertusuk rasa bersalah yang mendalam, terutama kepada Lena yang telah kutinggalkan dengan janji yang kini kusadari harus kugugurkan. Misi ini, begitu penting, menuntut pengorbanan yang lebih besar daripada janji yang pernah kuucapkan.

Dengan berat hati, aku menganggukkan kepala sebagai tanda pengertian dan kerelaan. Suaraku sedikit bergetar saat menjawab, " Baiklah, Baginda Ratu. Saya siap menjalankan misi ini demi keutuhan dan keselamatan rakyat Magolia. "

Ratu memberikan kepadaku tiga buah foto. Foto-foto tersebut terdiri dari gambar prajurit Varaya, baik laki-laki maupun perempuan, serta satu gambar lainnya adalah foto keluarga. Namun, ketika aku mencoba memperhatikan dan meneliti lebih lanjut, ketiga foto tersebut tampaknya tidak memiliki keterkaitan atau hubungan langsung satu sama lain.

" Misi terpenting yang kau emban adalah menghabisi satu keluarga ini, " kata sang Ratu sambil memberikan sebuah foto yang menunjukkan wajah-wajah keluarga tersebut kepadaku. "Orang yang kau lihat di foto itu adalah Profesor Ruzolf, seorang otak jenius di balik pengembangan senjata pemusnah massal. Tidak hanya dia, anak-anak dan istrinya juga memiliki otak yang tajam serta kecerdasan luar biasa, turut berkontribusi besar dalam perencanaan dan desain senjata berbahaya itu. Keluarga ini adalah kunci dari proyek yang sangat mengancam perdamaian dunia. "

"Misi ini merupakan tantangan besar yang tidak dapat diselesaikan dengan cepat dalam waktu hanya satu minggu. Sebaliknya, misi ini akan memerlukan upaya yang tekun dan berkelanjutan selama kurang lebih satu tahun. Hal ini disebabkan oleh fakta bahwa keluarga yang menjadi target dalam misi ini dijaga dengan ketat oleh pasukan elit yang terlatih. Dengan itu, akan dibutuhkan strategi yang matang dan perencanaan yang detail untuk dapat menyelesaikan tugas ini dengan sukses," lanjutnya, sambil menyodorkan foto kedua dan ketiga sebagai bagian dari informasi yang lebih mendalam terkait misi tersebut.

" Setelah tiba di lokasi, kau akan berperan sebagai tentara Varaya dengan pangkat letnan bernama Robert Finny. Kau tidak perlu mengubah penampilan fisik karena karakter ini memiliki kemiripan yang signifikan denganmu, meskipun terdapat perbedaan pada warna rambut dan mata. Selain itu, Finny memiliki hubungan pernikahan dengan seorang ilmuwan yang terlibat dalam proyek pengembangan senjata bernama Flerina. Hubungan ini mungkin dapat memberimu akses lebih dalam dan informasi yang berharga mengenai proyek tersebut. "

Saat aku melihat ulang kedua foto itu, aku merasa foto pria bernama Finny memiliki kemiripan yang mencolok denganku, seperti melihat cermin. Selain itu, foto wanita cantik bernama Flerina benar-benar menarik perhatian dengan pesona dan keanggunannya.

" Finny dan Flerina yang sebenarnya telah tewas ditangan seorang agen dari Aklux, jadi tidak ada alasan untuk cemas. Sosok yang menggantikan posisi Flerina adalah seorang agen khusus yang juga berasal dari Aklux. Kau dan dia akan bekerja sama dalam misi ini, berpura-pura menjadi pasangan suami istri demi mencapai suksesnya tujuan yang telah ditetapkan. Seluruh persiapan untuk penyamaran sudah aku atur dengan baik di kota Livka, dan Flerina yang palsu pun sudah menyiapkan semua keperluan tambahan yang mungkin dibutuhkan selama menjalankan misi ini. "

Aku kembali memandangi foto keluarga tersebut, memperhatikan setiap detail yang ada. Foto itu menggambarkan seorang pria paruh baya yang berkepala plontos dengan kumis tebal, terlihat serius. Di sampingnya berdiri seorang wanita yang elegan dengan rambut ikal pirang, memberikan kesan hangat. Di depan mereka, seorang gadis berusia sekitar 13 tahun memegang boneka anjing yang tampak lusuh, mungkin boneka kesayangan yang selalu dia bawa. Hati kecilku mulai dihantui keraguan dan pertanyaan. Apakah ini benar? Apakah misi ini harus mengorbankan seorang gadis muda dan mungkin belum memahami rumitnya kehidupan?

Dengan nada harapan yang tulus dan pandangan yang penuh empati, aku berkata kepada ratu, " Baginda, daripada bertindak ekstrem dengan membunuh anak tersebut, bukankah sebaiknya kita memperlihatkan kesempatan untuk memanfaatkan potensi yang mungkin dimilikinya? Siapa tahu, dia dapat memberikan kontribusi yang berarti bagi Magolia di masa depan. "

Ratu tampak tersenyum sambil menghela nafas panjang, seolah terbebani oleh situasi yang dihadapinya sebelum berkata, " Magolia tidak butuh seorang yang di masa depan memiliki potensi untuk menghancurkan umat manusia dengan ide dan pemikiran yang mungkin berbahaya. Kita menginginkan masa depan yang dipenuhi dengan damai dan kemakmuran, bukan kecemasan akan kehancuran. "

" Setiap awal musim gugur, ada rotasi pasukan elit yang bertugas mengawal Ruzolf, dan kau harus mendaftarkan diri sebagai salah satu pengawal tersebut. Sebelum agenda rotasi, tugasmu adalah memastikan keamanan Flerina palsu, mengingat ia merupakan satu-satunya agen yang memiliki akses langsung ke proyek senjata rahasia tersebut. Meski begitu, setelah berhasil masuk dan diterima sebagai pengawal, barulah kau dapat menjalankan misi utama sesuai rencana yang telah disusun. "

" Sekarang pergi dan jalankan tugasmu. Aku, dan seluruh umat manusia menaruh harapan padamu dan agen yang bertugas disana. Hancurkan senjata pemusnah itu apapun yang terjadi demi masa depan yang penuh kedamaian! "

" Siap laksanakan baginda ratu! "

***

Aku meninggalkan istana dengan hati yang diliputi keraguan. Rasanya seperti membawa beban batu besar di punggung saat aku harus menerima misi ini. Pikiranku dipenuhi rasa khawatir tentang bagaimana cara menyampaikan berita ini kepada Lena. Namun, tiba-tiba aku teringat kalau rute perjalananku melewati bukit Lurv, tempat di mana reruntuhan klan Akaichi berada. Sebelum menuju unit 717, mungkin aku bisa singgah sejenak di sana dengan harapan dapat menemukan obat untuk menyembuhkan mata Lena.

Di sepanjang perjalanan, pikiran tentang bagaimana aku bisa memberi tahu Lena terus menerus menghantui. Namun, langkahku terhenti ketika mataku tertarik pada keramaian di taman kecil dekat sebuah restoran mewah. Di sana, pameran barang antik menarik perhatian banyak orang. Aku penasaran dan memutuskan untuk mendekati kerumunan.

Kulihat berbagai barang antik yang dipajang, mulai dari senjata kuno hingga perhiasan yang indah. Mataku terbelalak ketika melihat sebuah kalung dengan liontin biru muda yang bercahaya, menarik perhatianku.

" Berapa harga untuk kalung ini, Tuan? " Tanyaku dengan penuh rasa penasaran kepada pedagang barang antik yang sedang berdiri di belakang meja yang dipenuhi dengan beragam perhiasan vintage. Di bawah sorotan lampu toko yang temaram, kalung tersebut tampak berkilauan, seolah memiliki cerita panjang dan misteri tersendiri. Dengan senyum ramah dan mata penuh pengalaman, pedagang tersebut mengamati benda kuno itu sebelum menjawab.

" Oh kalung liontin Sapphire Lullaby. Itu adalah kalung dengan liontin permata langka yang sulit ditemukan dan harganya dua puluh tujuh ribu Lyra. "

Mendengar harga kalung ini membuatku terkejut dan secara refleks menelan ludah sebagai bentuk rasa kagum yang tak terduga. Sebelumnya, aku belum pernah menjumpai perhiasan dengan nilai yang melebihi 5 ribu Lyra, sehingga harga yang begitu tinggi benar-benar membuatku terkesima. Hal ini membuktikan betapa berharga dan istimewanya kalung ini, seakan menempatkan perhiasan tersebut dalam kategori mewah yang belum pernah aku bayangkan sebelumnya.

" Bagaimana tuan? Apakah anda tertarik? Kalung itu sangat cocok untuk hadiah kekasih tuan. Apalagi jika tuan punya energi sihir. "

" Memangnya apa yang akan terjadi jika aku punya energi sihir? "

" Coba tempelkan jari tuan di liontin lalu alirkan energi sihir tuan sedikit saja. "

Saat aku mengikuti arahan dari pedagang tersebut, aku merasa penuh antusiasme dan sedikit rasa ingin tahu menggelayuti pikiranku. Ketika aku menempelkan jariku pada permukaan liontin, aku merasakan aliran energi sihir yang kuat mengalir melalui tubuhku, seolah memberikan hidup baru kepada batu yang tampak biasa itu. Aku tak dapat menyembunyikan keterkejutan dan kekagumanku saat batu biru yang awalnya tampak sederhana itu mulai memancarkan cahaya yang memukau, menyerupai fenomena alam yang tak jarang membangkitkan keajaiban di langit utara, yaitu aurora.

" Luar biasa bukan? Lebih luar biasa lagi jika tuan menjalin kontrak dengan batu itu. "

" Ha? Menjalin kontrak? "

" Ya karena anda memiliki energi sihir, anda bisa meneteskan darah anda pada batu dan otomatis bercahaya seperti itu selamanya. "

Batu ini memang sangat menarik bagiku, dan aku percaya bahwa ini adalah hadiah yang sempurna untuk diberikan kepada Lena. Namun, ketika melihat harga yang begitu tinggi, aku merasa agak berat untuk membelinya, sehingga membuatku ragu apakah keputusan ini bijaksana. Meskipun begitu, pikiranku terus memikirkan bagaimana batu ini akan membuat Lena bahagia.

" Bagaimana kalau aku mundur dengan tawaran dua puluh tiga ribu Lyra? " tanyaku, berusaha untuk menggeser sedikit harga dan mendapatkan kesepakatan yang lebih menguntungkan dari penjual. Dalam hatiku, berharap dapat mendapatkan barang itu dengan harga yang lebih rendah tanpa kehilangan kesempatan untuk memilikinya.

Ekspresi wajah penjual tersebut seketika berubah menjadi sedih ketika menatapku. "Tuan, saya telah menghabiskan lima tahun dari hidup saya hanya untuk mencari batu permata ini di berbagai tambang di seluruh penjuru dunia. Saya bahkan rela mengorbankan keselamatan diri dengan menyamar demi bisa memasuki wilayah tambang yang berbahaya di Varaya. Berikanlah saya harga yang sepadan dengan semua perjuangan dan pengorbanan yang telah saya lakukan,"

" Baiklah baiklah dua puluh empat ribu bagaimana? "

" Dua puluh lima ribu tuan. Jika tuan tidak mau tidak apa-apa. Saya bisa menjualnya ke para bangsawan. Lagipula saya pedagang barang antik dan hanya ke sini setiap festival musim semi saja jadi dipikirkan baik-baik tuan. "

Setelah proses tawar menawar yang berlangsung cukup panjang dan melelahkan, akhirnya kami mencapai kesepakatan pada harga sebesar 25 ribu Lyra. Meskipun harga tersebut masih terbilang cukup tinggi, kami sepakat bahwa kisaran harga itu memang layak untuk batu permata yang sangat langka dan memiliki daya tarik tersendiri ini.

Ketika berjalan pulang, aku menusukkan jariku dengan hati-hati menggunakan jarum dan meneteskan darahku ke liontin yang baru saja kubeli. Seperti yang telah dijelaskan oleh si pedagang, keindahan cahaya aurora yang terpancar dari liontin tersebut ternyata jauh melebihi ekspektasiku. Cahaya yang melambai-lambaikan keindahan warna ini benar-benar berhasil memikat pandangan orang-orang di sekelilingku, membuat mereka terpesona dan kagum tak henti-hentinya.

***

Selama dua hari, aku memilih untuk menghabiskan waktu dalam kesendirian, dengan tekun mempersiapkan diriku menghadapi segala kemungkinan dalam misi yang akan datang. Selama proses ini, aku juga berkonsultasi dengan dokter Kai, dia dengan bijaksana memberikan motivasi dan menenangkan perasaanku dengan obat penenang yang diresepkannya.

Sebelum pergi ke rumah paman untuk berpamitan, aku meluangkan waktu untuk mengemasi barang-barang di rumah. Aku telah mengajukan permohonan ke pemerintah untuk mengembalikan rumahku, agar bisa dimanfaatkan oleh prajurit lain yang membutuhkan.

Dengan tekad yang kuat, aku hanya membawa satu tas besar berisi pakaian, sementara semua perabotan di rumah sengaja kutinggalkan untuk pemilik baru agar mereka bisa memanfaatkan dan menggunakannya dengan baik.

***

...Tok... Tok... ...

" Yoha?! " Kejut paman yang membukakan pintu rumah beberapa detik setelah aku mengetuk pintu.

" Apa bibi dan Lena ada paman? "

Dengan gerakan yang penuh kelembutan, paman mendorong kursi rodanya melewati pintu yang telah dibukanya lebar-lebar, menuju ruang tamu yang nyaman. Sembari tersenyum, ia berkata, " Masuklah dulu. Bibimu dan Lena sedang pergi berbelanja untuk mempersiapkan pesta makan malam. "

Ketika aku memasuki rumah, suasana hangat langsung menyambutku di ruang tamu, namun perasaanku masih terasa berat. Duduk di kursi, sementara aroma harum kue menggoda dari dapur, aku merasa terjebak dalam kebingungan bagaimana menjelaskan misi besar yang sedang kutanggung kepada keluarga, terutama melihat ekspresi paman yang tampak antusias menantikan malam makan bersama ini.

Pikiran berkecamuk dalam benakku, mencari-cari kata yang tepat agar kabar yang kubawa tidak menimbulkan kesedihan berlebih. Rasa takut memenuhi hatiku, mengkhawatirkan reaksi mereka atas berita yang harus kusampaikan. Meski malas membelah keheningan ini dengan ketidakpastian, aku tahu, cepat atau lambat, aku harus berbicara.

" Wajahmu tampak suram, apa kau sedang menghadapi suatu masalah? " Tanya paman dengan suara lembut sambil mengisi gelas dengan air putih yang dingin, seolah mencoba memberikan sedikit kenyamanan di tengah suasana yang tampak berat.

" Aku... Aku... " Dengan gagap kucoba menjawab tapi tidak bisa.

" Malam ini tidak bisa ikut ya? " tanya Paman dengan nada penuh kepastian, seolah sudah mengetahui jawabannya. Ya, aku sudah tidak terkejut lagi. Sejak mulai sering menghabiskan waktu bersama dia, Paman tampaknya mampu membaca pikiranku dengan tepat. Dengan ekspresi pasrah, aku hanya memberikan anggukan ringan sebagai jawaban tanpa suara, menguatkan tebakan Paman yang seakan sudah meresap dalam pikirannya.

" Apa kau sudah mendapat misi baru? "

" Begitulah paman," jawabku sembari meneguk air putih yang disajikannya. " Tapi aku tidak sanggup memberitahu kalian. "

" Berapa lama kau akan pergi? "

" Mungkin satu tahun. "

" Begitukah? Kalau begitu aku harus memberitahumu sekarang Yoha. "

" Memberitahu apa? "

" Tahun demi tahun berlalu, aku sudah lama mengidap penyakit yang hingga kini belum ditemukan penyembuhannya. Penyakit tersebut secara perlahan menggerogoti dan melemahkan fungsi kerja jantung serta hati. Para dokter yang menanganiku juga sudah menyerah dan aku sendiri pun tidak tahu sampai kapan akan bertahan. " Paman memandangku dengan senyum tulus yang selalu ia tunjukkan.

" Karena itu, jika suatu ketika kau kembali dan mendapati aku telah tiada, kumohon jangan bersedih terlalu lama atas kepergianku. Beri aku keikhlasan dan jangan lupa untuk mampir ke makamku. " Kata paman dengan penuh ketenangan.

" Kenapa paman bilang begitu? "

" Aku tidak ingin kau menyesal ketika pulang nanti. Aku tau kau seorang penyayang sekaligus pendendam jika orang-orang terdekatmu menghilang. Karena itu aku memberitahumu agar kau bisa meratapinya sekarang dan sudah siap menghadapi kepergianku. Selain itu, agar kau tau sendiri jika kematianku adalah karena penyakit bukan karena dibunuh. Jadi tidak perlu mencari cara untuk membalas kematianku nanti. "

Aku mematung lalu menunduk setelah tau jika ayah angkatku yang baru beberapa bulan ini kujumpai lagi justru akan pergi selama-lamanya.

" Aku dan bibimu tidak masalah jika kau batal ikut makan malam. Kami berdua memaklumi profesimu. Tapi yang jadi masalah adalah Lena. Dia gadis yang susah dibujuk dan dia sangat benci orang yang mengingkari janji. Aku yakin dia tidak mau mendengarkanmu jadi percuma kau menunggunya. "

" Kalau begitu... " Aku mengambil kalung yang tadi kubeli lalu memberikanya pada paman, " tolong berikan ini pada Lena paman dan tolong jelaskan situasiku. "

" Baiklah tapi aku tidak menjamin dia akan mengerti. Kau harus menyiapkan diri jika saat kau kembali, dia membencimu. "

" Ya... Aku sudah siap paman. "

" Aku akan mendoakan keselamatanmu anakku. "

" Aku titip barangku ini paman. "

" Ya. Biar bibimu nanti yang menyimpanya. "

Aku melangkah mendekati paman dengan perasaan yang campur aduk, mengulurkan tangan untuk memeluknya erat-erat. Dalam pelukan hangat itu, aku menyadari betapa berharganya setiap detik yang kami miliki bersama. Aku merasakan kerentanan sekaligus kasih sayang, memutuskan untuk memperpanjang pelukan seolah itu adalah kesempatan terakhirku untuk merasakan kehadiran dan cintanya yang tulus.

" Terimakasih karena paman sudah merawatku, membesarkanku, dan mengajariku banyak hal. Dimanapun aku berada, paman dan bibi akan selalu ada di hatiku. Sampaikan permintaan maafku pada bibi dan Lena. "

" Pergilah anakku. Selesaikan tugasmu dan kembalilah dengan selamat. " Balas paman.

Kulepaskan pelukanku. " Sampai jumpa paman... "

" Sampai jumpa anakku. Jika kita tidak bertemu di sini lagi, kita pasti akan bertemu di alam roh. Tapi jangan cepat-cepat menyusulku. " Ucap paman dengan candaannya.

Pada akhirnya, hanya kepada pamanku lah aku dapat berbagi semua perasaan dan beban yang akhir-akhir ini menyesakkan hati. Dalam setiap kata yang terucap, tersimpan harapan bahwa ketika aku kembali nanti, kesempatan untuk bertemu kembali dengan keluarga angkatku tetap ada.

^^^To be continue^^^

1
Milacutee
Lanjuuut makin ksini makin seru
Milacutee
Lena kalah dong😅
Milacutee
🥰🥰🥰🥰🥰🥰
IM_mam
/Good//Good//Good//Good//Good//Good//Good/
Xiao yu an
Suka bgt ceritanya
Lia ✧◝(⁰▿⁰)◜✧
Akhrnya kjawab sebab ptsd si mc
Mikoooo dayooooo
Ratunya munafik bgt😡
Ubi
Smnagat min
Nara
Lgsg update dong😁😁😁 lnjut trs thor
Lia ✧◝(⁰▿⁰)◜✧
Semangat updatenya
Lia ✧◝(⁰▿⁰)◜✧
Alat komunikasinya tu kyk gmn? tlg kasih aku pnjelasan thor
Lia ✧◝(⁰▿⁰)◜✧
Aduhhhh stres emg Varaya
Mikoooo dayooooo
Dtnggu lnjutanya
Mikoooo dayooooo
Aku jd mmbayangkan adeganya🤢
pangestu mahendra
Awalnya narasinya agak kaku tapi makin kesini authornya memperbaiki penulisan. Ceritanya lumayan bagus sih terutama waktu udh chapter 20
Caramel to
update plissss
Nertha|
Gassss terus thor klo bsa updatenya 3 chapter langsung gtu
Nertha|
Heroine baru/Drool//Drool//Drool//Drool//Drool//Drool/
Nertha|
agak konyol ni ngekudeta tpi mental pasukanya lembek wkwkwk
Layciptuzzzz_^^
semangat
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!