"Bagaimana jika orang tua kita tahu kita pernah memiliki hubungan?"
"Jangan sampai mereka tahu, ingat hubungan kita sudah berakhir! Sekarang, kamu sudah di miliki orang lain!"
"Hubungan rahasia kita, masih bisa berlanjut bukan, Chiara?"
Rajendra dan Chiara kembali bertemu setelah tujuh tahun lama nya mereka berpisah. Pertemuan keduanya, menjadi masalah baru. Di tambah, Rajendra kembali tak seorang diri, melainkan bersama calon tunangannya.
Hubungan Rajendra dan Chiara di masa lalu sangat dekat, sampai orang tak mengira jika keduanya memiliki hubungan yang sangat spesial. Naasnya, hubungan keduanya kandas.
Sekarang keduanya kembali bertemu, mencoba memahami posisi masing-masing dengan menjadi sepupu yang baik. Namun siapa sangka, jika Rajendra tak mau melepas Chiara yang pernah bertahta di hatinya.
"Aku tidak pantas untukmu, tapi aku sakit melihatmu bersama yang lain,"
Di saat cinta mereka bersatu, akan kah orang tua Chiara dapat menerima Rajendra yang hanya seorang anak angkat?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon kenz....567, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
USG
Karena kehamilan Chiara, hari ini Rajendra memutuskan untuk membawa istrinya itu ke rumah sakit untuk mengecek kondisi kandungan. Berapakah lama usia dan bagaimana keadaannya, Rajendra ingin tahu soal itu. Apalagi, Chiara tak tahu pasti kalan dirinya mendapatkan datang bulan terakhir.
"Kok aku kayak gak sadar yah kalau lagi hamil. Kalau orang hamil kan kayak Kak Varsha gitu, mabok kehamilan." Ucap Chiara sembari menggandeng tangan Rajendra memasuki rumah sakit.
"Mungkin belum atau enggak. Tapi emang sikapmu aneh."
"Maksudnya aneh gimana?" Chiara protes, tatapannya terlihat tajam.
Rajendra melipat bibirnya, ia berdehem sejenak untuk menetralkan perasaannya. "Ya aneh aja, kayak kemarin. Kamu tiba-tiba ngambek gak jelas, entah apa maunya. Kan, aneh bukan?"
Chiara diam berpikir, menurutnya sikapnya biasa saja. Tapi entahlah, hanya suaminya yang dapat memahaminya. Sampailah keduanya ke ruangan dokter kandungan yang menang kebetulan teman dari Chio. Dokter yang juga menangani kondisi kehamilan Varsha.
Chiara pun di minta untuk berbarik dan menaikkan bajunya. Ia akan mulai memeriksakan kondisi janin yang ada di rahim wanita itu. Rajendra pun duduk di kursi yang ada di sebelah Chiara, sambil matanya fokus menatap ke arah layar monitor yang nantinya akan menampilkan gerakan janin.
"Terakhir datang bulan kapan?" Tanya Dokter perempuan itu dengan ramah kala menggerakkan sebuah alat di atas perut Chiara.
"Lupa dok, mungkin tiga bulan lalu. Memang datang bulanku sering gak lancar, kadang datangnya dua bulan sekali, pernah juga empat bulan gak datang bulan." Terang Chiara.
"Ngerasa pusing, mual kah sebelumnya?" Tanya Dokter itu kembali. dan Chiara menjawabnya dengan gelengan.
"Enggak si Dok."
"Tapi mood dia suka berubah-ubah Dok belakangan waktu terakhir." Tambah Rajendra untuk melengkapi jawaban istrinya.
Chiara yang di katakan seperti itu hanya tersenyum malu pada Dokter yang tertawa kecil mendengarnya.
"Berarti selama tiga bulan ini gak kerasa yah kalau lagi isi?"
"Maksudnya Dok?" Chiara dan Rajendra tak mengerti dengan perkataan dokter.
"Kalau dari jawaban kamu tadi dan ukuran janin, kamu nih udah masuk usia kehamilan 14 minggu. Lihat, disini ada dua kantung berisi janin."
Keterangan Dokter membuat Rajendra mematung sejenak, ia melihat sebuah hal yang sebelumnya belum permah ia lihat. Sama halnya dengan Chiara, ia tak mengerti dengan apa yang Dokter katakan baru saja.
"Dua kantung?" Heran Chiara.
"Iya, Dua kantung. Kamu ada keturunan kembar kah? Ini bayinya kem ...,"
"Kembar?!" Chiara dan Rajendra syok. Keduanya baru menangkap penjelasan dokter tentang janin itu.
"Iya, kembar. Selamat yah, janinnya juga sehat. semuanya bagus. Gak ada masalah apapun."
Perlahan Chiara menoleh pada Rajendra, ia masih membulatkan matanya di sertai dengan mulutnya yang membulat sempurna. Rajendra sama halnya dengan Chiara, ia masih syok dengan apa yang dirinya lihat. Menginginkan anak kembar saja Rajendra tidak pernah, ia hanya berharap istrinya hamil itu saja sudah membuatnya bahagia. Apalagi ini?
"Abang!" Chiara menepuk lengan Rajendra membuat pria itu menoleh.
"Sanggup gak bayar popoknya? Takut nanti susu aku gak cukup gimana? Kan satu buat bayi satu buat bapaknya." Ucap Chiara yang mana membuat Rajendra memasang raut wajah pias. Ia segera memegang lengan istrinya, melirik malu pada Dokter kandungan itu yang sedang menahan tawa.
"Berarti bapaknya harus ngalah dulu yah Bu, buat anaknya ini." Sambut Dokter itu.
"Tuh, dengar!"
Tolong siapapun, rasanya Rajendra ingin tenggelam dari muka bumi saat ini juga. Ia tak tahu lagi harus meletakkan wajahnya dimana. Istrinya yang selalu berkata apa yang ada di pikirannya langsung. Sementara dirinya lagi yang kena.
"Yaudah, bulan depan kontrol ulang yah. Perlu di ingat, kehamilan kembar ini banyak resikonya. Jangan terlaku lelah, jangan banyak pikiran, hindari makanan instan, minum vitamin rutin, dan jika ada keluhan apapun langsung tanyakan pada dokter. Jangan di tunda, karena khawatir akan beresiko untuk janin."
"Baik Dok."
Setelah itu, Rajendra dan Chiara memutuskan untuk pulang. Keduanya juga sudah mengambil obat yang dokter resepkan, juga ada Vitamin yang nantinya akan Chiara minum rutin. Kebahagiaan keduanya terlancar dari raut wajah mereka.
"Abang, anaknya ada dua. Berarti beli apa-apa harus dua. Termasuk, cemilanku. Biar satunya gak iri, iya kan?" Ucap Chiara dengan senyuman merekah.
Rajendra tersenyum, ia mengelus lembut perut istrinya yang terdapat calon buah hatinya. Sudah tiga bulan lebih, pantas ia melihat perut Chiara terlihat sedikit buuncit. Dirinya pikir, Chiara mengalami kenaikan berat badan. Namun ternyata, akibat kehamilannya.
"Boleh Ratu, apapaun yang Ratu inginkan kakanda mu ini siap mengabulkannya." Balas Rajendra yang mana membuat Chiara tersenyum malu.
"Bang, aku mau ke toilet." Ucap Chiara secara tiba-tiba.
"Ayo, aku antar." Tanpa penolakan, Rajendra pun mengantarkan Chiara ke toilet khusus wanita. Ia membiarkan istrinya itu masuk sementara dirinya menunggu di kuar. Sambil menunggu, Rajendra masih melihat foto USG calon anaknya.
"Sekarang targetnya naikin BB si kembar. Berarti, mama nya ini harus banyak makan." Gumam Rajendra.
Brugh!
Rajendra menunduk, ia menatap seorang wanita tua yang terjatuh. Pria itu pun membantu wanita itu untuk berdiri, dan memberikan kembali tongkat untuk membantunya berjalan.
"Nenek gak papa?" Tanya Rajendra.
"Nenek gak papa, makasih yah Nak." Balas wanita paruh baya itu. Namun, saat melihat wajahnya. Rajendra terdiam sejenak, ia merasa mengingat wanita tua itu. Walaupun wajahnya sudah tak lagi seperti dulu, tetapi Rajendra ingat dengan jelas t4i l4lat yang ada di kening wanita tua itu.
"Ibu panti?" Tebak Rajendra.
"Kamu ... siapa?"
Rajendra tersenyum lebar, "Ibu, ini aku. .. Rajendra!" Seru Rajendra sengan senyuman merekah.
Awalnya wanita yang Rajendra katakan sebagai ibu panti itu terdiam, berpikir dan mengingat nama yang di ucapkan pria di hadapannya.
"Rajendra? Rajen ... astaga, kamu apa kabar?! Ibu masih sangat ingat kamu nak, astaga. Ibu rindu sekali!"
Rajendra tersenyum haru, Ibu panti memang menyayanginya dengan sangat baik. Bahkan, ketika ia di adopsi ibu pantilah yang paling bersedih. Mengira Rajendra akan hidup baik bersama keluarga angkatnya, ia jadi merelakannya. Tak di sangka, Rajendra justru mengalami kekerasan di orang tua angkat sebelumnya dan akhirnya Eric lah yang kini mengadopsinya.
"Astaga, kamu sudah sebesar ini. Bagaimana? Apa kamu sudah bertemu dengan orang tua kandungmu?"
Senyuman Rajendra luntur, "Belum, mungkin mereka sudah tiada."
Ibu panti mengangguk paham, "Ibu pikir kamu dan Tuan Dean mencarinya."
Mendengar nama Dean, tentu saja membuat Rajendra bertanya-tanya.
"Sebentar, Dean? Ibu mengenalnya?" Heran Rajendra.
Ibu Panti mengangguk, "Tentu saja, kamu sempat bertemu dan dia bertanya soal orang tuamu. Ibu sudah menceritakan mengapa kamu ada di panti. Ibu pikir, dia langsung mencari keberadaan orang tuamu."
Rajendra terdiam, ia mematung sejenak mendengar apa yang Ibu panti katakan. Dean tahu tentang asal usulnya? Kalau begitu, kenapa tak ada yang memberitahunya? Termasuk, papa nya. Apa Eric juga tak mengetahui hal ini?
"Nak, jaga dirimu baik-baik. Semoga kamu dan keluargamu bahagia selalu. Ibu harus pergi untuk mengambil antrian."
Rajendra mengangguk, ia masih memaksa senyumnya untuk melepas kepergian wanita tua itu. Sampai, akhirnya Rajendra menunduk dalam dengan kedua tangan terkepal kuat.
"Abang, ayo. Aku udah sele ...,"
"Kita pulang!" Rajendra tiba-tiba pergi begitu saja tanpa menggandeng tangan Chiara. Hal itu, tentunya menjadi pertanyaan untuk wanita hamil itu.
"Apa aku terlalu lama di kamar mandi jadi abang kesal?" Gumamnya.
_______
Nah loh😆
Tandai yang salah yah kawan, manusia tak luput dariiiii salah😁
pasti chia bakal launching adek baru buat sikembar,siap2 di omelin lagi sama Dean jendra/Joyful//Joyful//Joyful/