Soraya Kusuma, Gadis Yang Akrab Di Sapa Raya Anak Dari Wijaya Kusuma Dan Naraya Sekar Sari, sejak Ia Lahir Hidupnya Sudah Penuh pantangan. Ada Beberapa Pantangan Yang Tidak Boleh Di Lakukan Oleh Raya Yaitu Pergi Ke Air Terjun.
Larangan Itu Sudah Di Beritahukan Oleh Ibunya Raya. Saat Usianya Genap Sepuluh Tahun.
Namun Saat Raya Menginjak Usia Sembilan Belas Tahun Ia Diam-Diam Pergi Ke Sebuah Curug Bersama Kedua Teman Nya. Karena Mereka Membangun Sebuah Komunitas Untuk Di Unggah Di Sosial Media Nya. Hanya Untuk Memecahkan Sebuah Misteri Yang Sudah Di percaya Oleh Ibunya.
"Yang Sudah Di Takdirkaan Akan terus Membersamai" Ujar Arya Narendra
Sosok Laki-Laki Tampan Yang Membuat Mata Raya Terazimat Saat Pertama Kali Melihat Nya.
( Sambungan Kisah dari Cinta beda Alam )
" Happy Reading "
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mom young, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 33
"Sabar pak...." Ustadz Danu, Menengahi Berusaha Menenagkan Pak Hari.
"Beraninya Kalian Ikut Campur Urusan Ku!..." Mata Pak Hari Membulat Dengan Sempurna.
"Benar Kak Mas... Semua Yang Kak Mas Lakukan Itu Sesat!!!..." Tiba-Tiba Suara Bu Tantri Terdengar Dari Balik Pintu.
Bu Tantri Muncul Di Hadapan Mereka, Memasang Wajah Berani Di Hadapan Mantan Suami Nya Yang Tubuhnya Sekarang Sudah Semakin Kurus Kering.
"Jadi Mereka Semua Adalah Antek-Antek Mu!" Pak Hari, Menghentakan Tongkat Nya Di Lantai.
"Mereka Adalah Orang-Orang Yang Membantu Ku Kembali Ke Jalan Yang Benar Kak Mas... Jadi Bertaubat-lah,"
"Aku Tidak Perduli!" Pak Hari Dan Bu Narti Adu Debat.
Suasana Nya Semakin Riuh Kala Terdengar Suara Barang-Barang Yang Tiba-Tiba Jatuh. Bahkan Terdengar Suara Ketukan Pintu Dari Setiap Kamar
Beruntung Raya Tidak Bisa Melihat, Ia Hanya Bisa Mendengar Saja, Dan Merasakan Kehadiran Mahluk Tak Kasat Mata.
"Baca Doa Semua Nya..." Pinta Ustadz Danu.
Anjani Melihat Perempuan Bergaun Hitam Berambut Panjang, Dengan Kuku-Kuku Yang Panjang Dan Juga Hitam, Sosok Itu Mendekati Pak Hari. Namun Pak Hari Nampak Nya Belum Sadar Karena Di Kuasai Amarahnya.
"Jangan Menggangu Nya!" Anjani Berusaha Berkomunikasi Dengan Mahluk Itu.
"Kau Jangan Ikut Campur, Dia Adalah Apdi Ku, Dan Aku Sudah Lama Tidak Di Berikan Sesaji Dan Persembahan, Manusia Serakah Itu Wajib Menjadi Ganti Nya, Hahaha....." Suara Gelak Tawa Mba Kunti.... Mengema Membuat Bulu Kuduk Yang Mendengarnya Seketika Merinding.
Tiba-Tiba Pak Hari Ketakutan, Melihat Sesosok Tingi Besar Menampakan Semua Kuku-Kuku Nya, Ingin Mencakar Dan Siap Mencabik Tubuh Pak Hari.
"Tolong Jangan Lakukan Itu, Aku Janji Anak Ku Sinta Akan Hidup Dan Menjadi Ganti Ku Penerus Ketujuh..." Pak Hari Memohon Ampun Pada Sesembahan Nya.
Namun Nampak Nya Ia Tidak Perduli, Mahluk Itu Langsung Menghempaskan Tubuh Pak Hari kesana Kemari, Ustadz Danu Dan Yang Lainya Membantu Berdoa, Namun Tetap Saja Tumbal Nyawanya Pak Hari Hampir Melayang.
"Kak Mas..." Bu Tantri Menjerit Histeris, Meskipun Sudah Menjadi Mantan istri Namun Bu Tantri tetap perduli.
"Hentikan!..." Pekik Raya, Tampa Melihat Namun Raya Bisa Menghentikan Rasa Sakit Yang Di Lakukan Makhluk itu Pada Pak Hari.
"Jangan Kau Ikut Campur" Raya Mendengar Nya. Namun Tidak Bisa Melihat Wujud Nya.
Anjani Dan Ustadz Danu Bisa Melihat, Namun Tidak Bisa Menghentikan nya.
"Ku Rasa Kau Harus Terus Berbicara Dengan Makhluk itu Raya." Ucap Anjani Sambil Melihat Ke Arah Raya.
"Apa Yang Harus Ku Katakan Mba? Aku Bingung..."
"Selamatkan Pak Hari, Dari Jalan Sesat Ini!" Ucap Anjani.
Raya Memutar Otak, Dia Merasa Tidak Mampu Harus Berkomunikasi Dengan Bangsal Gaib, Namun Tiba-Tiba Kepala Raya pusing, Sekelebat Bayangan Sinta berkelindan Dalam ingatan Nya. Raya Merasa Pernah Melihat Sinta Dalam Suatu Tempat Yang pernah Raya Kunjungi Namun Entah Kapan? Dan Dimana?
Belum Sempat Raya Bernegosiasi Nyawa Pak Hari Sudah Melayang, Tubuh Pak Hari Terbanting Dari Atas Ke Bawah Terhempas Layak Nya Kertas
Raya Gemetar Melihat insiden Yang Menyeramkan Di Hadapan Nya. Kepala Pak Hari Bersimbah Darah, Bu Tantri Syok, Lemas Melihat Mantan Suami Nya Telah Tiada.
"Ternyata Benar... Pesugihan Bisa Mengambil Nyawa Orang Yang Melakukan Nya. Setan Benar-Benar Licik" Gumam Raya Bergidik Ngeri.
"Ya Allah Bapak..." Wati Juga Histeris Saat Melihat Majikan Nya Telah Tiada, Wati Langsung Keluar Meminta Bantuan Para Warga Untuk Membantu Memakamkan Jasad Pak Hari Dan Sinta.
Para Tetangga Komplek yang Mendengar Berita Kematian Sinta Dan Pak Hari Tentu Saja Syok, Mereka Semua Datang Karena Di Rumah Almarhum Pak Hari Mengadakan Yasinan.
"Serem Juga Yah Ma... Meninggal Dalam kondisi Tidak Mengingat Allah" Ucap Maja Berbisik Pada Tama.
"Iya Yah... Jadi Ingat Diri Kita Sendiri Nanti." Tama Seketika iba, Namum Apalah Daya Semua Perbuatan Yang di Lakukan Akan Ada Konsekuensi Nya.
Sementara Raya Duduk Di Hadapan Jenazah Sinta, Tubuh Sinta Sudah Kurus Bahkan Kering, Karena Sudah Koma Selama Enam Bulan. "Siapa Sebenarnya Kamu? Kenapa Aku Merasa Pernah Melihat Kamu, Tapi Entah Dimana? Atau....Alah Sudah Lah! Banyak Mikir Buat Kepala Pusing Aja!" Raya Memijat Kening Nya. Karena Setiap Kali Ia Berusaha Mengingat Kepala Nya Akan Kembali Pusing, Dan Seolah Memori Otak Nya Terhapus.
Bahkan Ingatan Masa Kecil Yang Pernah Raya Lalui Saja Raya Merasa Lupa Tidak Ada Yang Raya Ingat, Kecuali Nama-Nama Dari Orang terdekat Nya, Namun Tidak Dengan Momen Nya.
Selesai Di Shalat Kan, Jenazah Langsung Di Antarkan Ke Pemakaman, Tangis Haru Di Iringi Oleh Bu Tantri Dan Juga Wati, Mereka Berdua Sangat terpukul Tidak Menyangka Pak Hari Akan Meninggal Dalam Kondisi Yang Sangat tragis.
"Andai Saja Sebelum Meninggal Kak Mas Bertaubat Mungkin Semua Dosa' Kak Mas Akan Lebih Ringan," Gumam Bu Tantri, Air Mata Nya Jatuh Di Pipi.
"Bapak Yang Tenang Yh Di Alam Sana..." Wati Juga Merasa Sedih.
Setelah Acara Kajian Selesai, Kedua Jenazah Langsung di Makamkan, Mereka Semua ikut Ke Pemakaman.
Dan Setelah Semua Nya Selesai, Mereka Berlima Pulang, Dan Bu Tantri Memutuskan untuk Pulang Ke Kampung Halaman Nya, Sementara Rumah Peninggalan Pak Hari Di Biarkan Kosong Begitu Saja.
Mereka Berlima Pamit Pulang, Namun Sepanjang perjalanan Raya Nampak Merenung Seperti Ada Yang Sedang ia Pikirkan.
"Kamu Kenapa Rai?..." Anjani Menepuk Pelan Pundak Raya.
"Ngak Papa Mba, Cuman Sedikit Ngak Enak Badan Aja," Ucap Raya Lirih.
Raya Memang Merasa Tidak Terlalu Dekat Dengan Anjani, Bahkan Jika Berbicara Pada Anjani Saja Hanya Seperlunya.
Sepanjang Perjalanan Tidak Ada Yang Berbicara, Kecuali Mendengar Lantunan Kajian Dari VCD Mobil,
Raya Nampak Melihat Ke Arah sekeliling Hutan Rindang, Tidak Ada Yang Aneh Hanya Pohon Yang Goyah Terkena Angin, Serta Langit Cerah Berubah Menjadi Gelap, Namun Entah Mengapa Raya Merasa Tidak enak Hati.
"Kenapa perasaan Ku Ngak Enak yah?..." Gumam Raya Dalam Hati, Sambil Memegangi Dada Nya.
Akhirnya Kantuknya Juga Mulai Datang Raya Memejamkan Mata, Untuk Melepas penak nya.
Saat Terpejam Raya Kembali Mendengar Suara Bisikan, "Ada Banyak Jalan Untuk Kembali..." Bisikan Gaib itu Kembali Muncul.
Raya ingin Membuka Mata Namun Tidak Bisa, Sama Seperti orang Yang Sedang Ketindihan.
Hinga Sampai Pada Akhirnya Raya Menemukan Sebuah Mimpi, Yang Sama Seperti Nyata, Raya Duduk Di Depan Danau yang Air nya Sangat Jernih, Di Sekeliling Danau Terdapat Bunga-Bunga Berwarna warni.
Di Samping Raya terdapat Seorang Laki-Laki Berbadan tegak, Memakai Pakaian khas Kerjaan Zaman Kuno Selayaknya Pendekar Di Serial Filem Kolosal.
Namun Laki-Laki itu Memalingkan wajah Nya, Dan Aneh Nya Raya Merasa Begitu Sedih, Seperti Dua insan yang Akan Di pisahkan.
🤗