Menikahi Calon Suami Kakakku

Rosaline Mina, wanita berusia lima puluh lima tahun itu sedang dilanda demam sejak beberapa hari belakangan. Meski begitu, dirinya masih bisa mengendalikan tubuhnya sehingga tidak mengganggu aktivitasnya di rumah. Kegiatan seorang Rosaline setelah masa kepemimpinannya di perusahaan peninggalan mendiang suami pertama berpindah ke tangan putra-putranya, kini tak lagi padat, sudah sejak lima tahun terakhir dirinya mulai bisa menikmati keseharian yang santai, pergi ke salon dan rumah pijat secara rutin serta mempunyai jadwal tetap untuk meminum teh di pagi hari.

Akan tetapi semua kenikmatan tersebut nyatanya hanya berlaku untuk tubuhnya saja namun tidak dengan hatinya. Rosaline menurunkan kedua kakinya dari atas ranjang hingga menggantung diatas lantai, sebuah meja dorong berisi sarapan serta air putih hangat sudah tersedia di samping tempat tidurnya. Rosaline mulai mencicipi menu yang tersedia namun hanya beberapa sendok saja, setelahnya dia sudah kenyang. Sudah sejak lama nafsu makannya menjadi berkurang, tepatnya ketika dirinya terserang virus menular yang kian hari kian melemahkan kekebalan tubuhnya.

Rosaline meraih beberapa obat antiretroviral yang tersembunyi di laci meja nakas, memandangnya sejenak lalu mulai memasukkannya kedalam mulut dan menelannya. Suatu kenyataan pahit yang masih belum bisa ia terima, bahwa dirinya telah tertular virus hiv aids yang di berikan oleh Baskara, parahnya itu sudah ia jalani selama hampir sepuluh tahun dan Rosaline masih belum sudi menerima kenyataan memalukan tersebut.

Baskara telah menikahi Rosaline selama nyaris tiga belas tahun lamanya, ketika itu sosok Baskara sangat spesial dimata Rosaline. Dengan segala pesonanya dan juga bisnis yang sukses, Rosaline pun jatuh hati secepat itu padahal suami pertamanya baru meninggal selama belum genap dua tahun.

Tiga tahun pertama pernikahan bersama Baskara, hari-hari Rosaline menjadi berwarna, perbedaan sifat yang mencolok antara Baskara dan mendiang suaminya membuat Rosaline merasakan petualangan baru. Eddy Maris bersifat tegas dan sedikit kaku namun sangat bertanggung jawab dan mencintai keluarganya, sedangkan Baskara membawa sifat santai, ramah dan penuh senyuman tetapi di balik itu semua dia adalah iblis berbentuk manusia. Rasa cinta yang pernah meluap-luap itu pun luruh berantakan ketika dirinya didiagnosa dengan penyakit tersebut yang rupanya juga sudah diidap oleh Baskara jauh sebelum menikahi dirinya. Namun, Baskara malah meminta Rosaline untuk berjuang bersamanya dan yakin akan sembuh. Setelah saat itu, Baskara dan Rosaline tak lagi tidur sekamar namun tetap terlihat menjadi pasangan sempurna di luarnya.

Rosaline berdiri di balkon jendela kamarnya, biasanya saat pagi begitu dia akan mendapatkan laporan rutin dari Kiki selaku tangan kanannya di rumah besar, yang kini juga dia tugaskan untuk mengawasi istri baru Evan. Sayangnya, setelah dua hari Kiki di rawat di rumah sakit, panggilan telepon di ponselnya pun mendadak sepi.

Suara ketuka pintu terdengar samar dari tempat Rosaline berdiri, bergegas ia membuka pintu kamarnya dan mendapati seorang lelaki muda berpakaian tukang kebun berdiri lalu membungkuk hormat kepadanya.

“Bagaimana?” tanya Rosaline, seperti sedang menunggu informasi dari lelaki tersebut.

“Semua tentang Kiki ada di dalam map ini, Nyonya Besar,” sahut pemuda tersebut, lantas menyerahkan sebuah map cokelat ke tangan Rosaline.

Rosaline menganggukkan kepalanya setelah menerima map tersebut, lalu membiarkan pemuda itu meninggalkan kamarnya. Kamar utama di rumah besar tersebut hanya di tiduri oleh Rosaline seorang. Meski sudah punya suami yang entah masih dia cintai atau tidak, namun Baskara selalu sibuk bekerja di malam hari untuk meninjau proyek pembangunan sesuai dengan bidang bisnis yang ia kelola, begitu katanya. Dan Rosaline pun tak ingin mencegahnya, sebab penyakit yang Baskara tularkan telah menghancurkan setengah jiwa Rosaline.

Setelah duduk di sebuah sofa tunggal di kamarnya, Rosaline mulai menggerakkan jari-jari lentiknya untuk mengeluarkan isi map tersebut, hingga beberapa detik kemudian apa yang dia lihat begitu membuatnya tercengang.

Salah satu dari lembar data medis Kiki menyatakan bahwa wanita tersebut sedang mengandung dan mengalami perdarahan hebat sehingga kehilangan janinnya. Lalu keterangan lainnya juga menerangkan penyebab dari keguguran tersebut berasal dari sebuah virus yang menggerogoti tubuhnya.

Tangan Rosaline mendadak lemas hingga menjatuhkan berkas tersebut ke lantai, dadanya berdebar sekaligus ngilu di ulu hati ketika mendapati sebuah kenyataan yang sama pernah terjadi pada dirinya beberapa tahun silam, bahwa dia pernah dua kali mengandung dan harus keguguran sebelum memeriksakan diri dan didiagnosa mengidap hiv.

“Kiki positif HIV dan mengandung?” Dua hal tersebut membawa pikirannya kepada satu orang.

Rosaline sangat yakin bahwa tidak ada orang lain lagi di lingkungannya yang mengidap virus tersebut selain Baskara, dan jika Kiki tertular juga itu artinya…

“Sejak kapan mereka berselingkuh!” Jatuh sudah air mata Rosaline yang sudah lama tidak pernah ia rasakan.

***

Di hari pertama Kiki di larikan ke rumah sakit oleh Nesya, Baskara datang menemui dirinya. Bukan untuk bersimpati, namun malah datang dengan segala ancaman, bahwa lelaki jahat itu akan merenggut nyawa pelayan tersebut jika dirinya mempertahankan janinnya dan jika Rosaline sampai mengetahuinya.

Kini Kiki sedang duduk di atas ranjang pasien dengan tatapan kosong, malang sekali nasibnya, setelah tak mampu berpaling dari pesona dan juga rayuan Baskara, dirinya rela mengkhianati Rosaline yang pernah memungutnya dari kemiskinan hingga bisa hidup layak melebihi impiannya.

Melewati dua hari itu, Kiki merasa seperti ingin mati saja. Namun, setelah kesadarannya sudah kembali sepenuhnya, ia pun bertekad untuk melawan Baskara dengan sisa kekuatannya yang ada. Meskipun dia tahu akan menghadapi kesulitan bahwa Rosaline tak akan lagi menerima dirinya, karena Kiki yakin seorang Rosaline pasti sudah menyelediki penyebab dirinya bisa berada dirumah sakit tersebut.

***

Di perusahaan.

“Evan, rubah hamil sedang berada di rumah ibunya dan bertemu dengan Nesya,” lapor Farrel kepada Evan, setelah mendapatkan informasi dari orang suruhannya yang berjaga di sekitar rumah Nesya.

“Bagaimana keadaan istriku? Apakah dia di sakiti?” Evan seperti hanya ingin tahu perihal kabar Nesya saja.

“Cih, istri apanya. Kalau istri kenapa di pulangkan?” Farrel bergumam kesal.

“Jawab saja yang aku tanyakan!” sergah Evan, yang mulai sewot dan menjadi perasa.

“Ya, dia baik. Baik sekali, tapi aku tidak tahu tentang perasaannya. Bisa saja dia mencintai orang lain dan memilih bersama lelaki itu setelah kamu campakkan,” sahut Farrel, membuat Evan meliriknya tajam.

“Cih, coba saja kalau tidak ingin mati,” jawab Evan.

Farrel pun terkejut, lalu berkata, “Kamu ingin membunuh Nesya?!”

Evan yang kesal segera melempar sebuah balpoin ke wajah Farrel yang langsung mengelak dengan sigap. “Sejak kapan kamu menjadi bodoh begini? Yang akan aku habisi itu adalah lelaki yang mencoba mendekati istriku, itu pun berlaku untukmu, maka jangan coba-coba!”

Farrel memutar kedua matanya keatas, sedikit geli juga ketika baru pertama kalinya mendengar seorang Evan mau mengungkapkan perasaan cintanya terhadap seorang wanita. Selama mengenal Evan dan sudah mengikuti sahabatnya itu kemana saja dia berada, Farrel hanya mengenal satu wanita yang pernah mengisi hati Evan. Wanita itu bernama Fira Massayu, seorang model terkenal di luar negeri, cantik dan seksi, tinggi dan langsing, namun Farrel tak pernah mendengar dari mulut Evan tentang apakah Evan mencintai Fira atau tidak, bahkan sampai mereka putus di tengah jalan.

Sambil tersenyum tegar Farrel bergumam di dalam hati, "Sepertinya aku harus merelakan Nesya bersama dengan sahabatku ini."