NovelToon NovelToon
Keturunan Pendekar

Keturunan Pendekar

Status: sedang berlangsung
Genre:Ilmu Kanuragan / Anak Yatim Piatu / Dendam Kesumat / Balas Dendam
Popularitas:3.3k
Nilai: 5
Nama Author: bang deni

perjalanan seorang remaja yang mencari ilmu kanuragan untuk membalaskan dendam karena kematian kedua orang tuanya

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon bang deni, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Terkena pukulan Beracun

Raka tersenyum melihat kepergian Lodra, Bambu berisi obat bius itu kini tersimpan aman di kamar Raka, bukti kuat atas niat jahat Lodra.

Sore harinya, Raka melihat kereta kuda Ki Seno memasuki halaman perguruan. Ketua Perguruan Bangau Sakti telah kembali dari Kotaraja. Ini adalah kesempatan yang baik.

Setelah memastikan semua pekerjaannya selesai, Raka menghadap Ki Seno yang sedang menikmati teh di aula besar. Lastri tampak duduk di samping ayahnya, tersenyum menyambutnya.

"Ketua, bolehkah saya menyampaikan sesuatu yang penting?" tanya Raka dengan sopan,

Ki Seno menyesap tehnya perlahan. "Tentu, Nak Raka. Ada apa? Apakah pekerjaanmu terlalu berat?" Sahutnya balik bertanya

"Bukan, Ketua. Ini mengenai keselamatan Perguruan dan kehormatan Lastri," ujar Raka, suaranya pelan namun tegas.

Lastri sedikit tersentak dan memandang Raka dengan bingung. Ki Seno meletakkan cangkir tehnya. "Bicara terus terang, Nak. Jangan sungkan."

Raka kemudian menceritakan semua yang ia dengar, mulai dari percakapan Lodra dengan Lastri di siang hari, hingga intaiannya di malam hari. Ia menjelaskan bagaimana Lodra berniat jahat karena cintanya ditolak, dan tentang bagaimana ia menggagalkan upaya pembiusan menggunakan bambu kecil.

"Ini barang yang di tinggalkan oleh tuan Lodra, ketua " kata Raka, seraya mengeluarkan bambu kecil berisi asap pembius yang mampu membuat orang tak sadarkan diri dari balik bajunya.

Ki Seno mengamati bambu itu, wajahnya berubah menjadi merah padam. Matanya yang tajam menatap Lastri.

"Lastri, apakah benar semua yang dikatakan Raka?" tanya Ki Seno dengan suara bergetar menahan amarah.

Lastri menundukkan kepala. "Maafkan Lastri, Ayah. Lastri tidak ingin Ayah khawatir. Dulu... Lastri memang pernah salah melangkah karena terbawa rayuannya. Tapi Lastri sudah menyadarinya, dan menolak Paman Lodra. Lastri bersumpah tidak akan mengulangi kesalahan itu. Raka Terima kasih sudah menyelamatkan ku dari perbuatan jahat paman Lodra tadi malam." Ucap Lastri, ia memandang ke arah Raka dengan tatapan penuh Terima kasih

Ki Seno menghela napas panjang, kekecewaan bercampur amarah. Ia tahu betul watak Lodra, adik  seperguruannya yang ambisius namun kurang beretika

"Terima kasih, Nak Raka. Kau telah menjaga kehormatan Perguruan ini. Nawi!" panggil Ki Seno keras.

Murid penjaga yang kemarin mengantar Raka datang dengan tergesa-gesa. "Ya, Guru?"

"Panggil Lodra! Suruh dia segera menghadapku di sini!" perintah Ki Seno.

Tak lama kemudian, Lodra tiba di aula. Wajahnya masih pucat karena ketakutan malam sebelumnya. Ia sempat terkejut melihat Raka berada di sana.

"Lodra! Apa yang kau lakukan di belakangku? Kau mencoba menodai kehormatan putriku dan Perguruan ini!" bentak Ki Seno, melemparkan bambu pembius itu ke lantai di hadapan Lodra.

Lodra terkejut melihat bambu itu. Ia tahu rahasianya terbongkar. Ia melirik Lastri dan kemudian menatap tajam ke arah Raka.

"Dia fitnah, Ketua! Dia hanya pelayan baru! Kenapa Ketua lebih percaya pada omongan bocah kotor ini?!"bantah Lodra membela diri, dengan suara tinggi

"Lastri sudah mengakuinya! Lastri membenarkan semua cerita Raka! Aku sudah lama mendiamkan kelakuan burukmu selama ini , tapi kali ini kau sudah melewati batas Lodra " Bentak Ki Seno sambil berdiri

"Pergilah dari Perguruan Bangau Sakti! Aku tidak sudi punya adik seperguruan sepertimu! Kau bukan lagi bagian dari kami! Sekarang juga, kemasi barangmu!" seru Ki Seno murka.

Lodra mengepalkan tangannya. "Baik! Aku akan pergi! Tapi bocah ini harus kuberi pelajaran karena telah berani mencampuri urusanku!" Teriak Lodra, ia melompat menyerang Raka dengan salah satu jurus Bangau Sakti yang berbahaya, sebuah tendangan sabit yang cepat mengarah ke kepala Raka.

" Hentikan!" Teriak Ki Seno kaget, namun jaraknya sangat jauh tak mungkin menghalangi serangan Lodra, Para murid yang berkerumun di luar aula juga terkejut. Mereka tahu Lodra adalah pelatih terbaik setelah Ki Seno.

Raka tersenyum. Meskipun ia seorang pelayan di mata mereka, ilmunya sudah tinggi lebih tinggi dari Lodra dan ki Seno . Raka menggerakkan tubuhnya sedikit ke belakang, menghindari tendangan Lodra dengan mudah.

"Paman Lodra, jangan permalukan dirimu di depan Ketua dan para murid," ucap Raka tenang.

"Diam kau! Rasakan ini!" teriak Lodra, menyerang lagi dengan serangkaian pukulan cepat dan tendangan memutar.

" Wuush"

Raka menggunakan ilmu meringankan tubuhnya, Ia  membiarkan setiap pukulan Lodra meleset atau ditangkis dengan gerakan yang sangat minim, seolah-olah ia adalah bayangan yang tidak dapat disentuh. Lodra semakin marah dan mengeluarkan semua tenaga dalamnya.

" Kurang Ajar, "

" Heaaaah"

" Wush"

Raka menghela napas, dan pada saat Lodra maju dengan serangan pamungkasnya, Raka hanya melayangkan satu telapak tangan ke depan satu dorongan ringan, tetapi didukung dengan penyaluran tenaga dalam yang halus dan tepat sasaran.

"Wuut"

" Dugh"

" Braaaak"

Lodra terlempar ke belakang, membentur tiang aula, lalu tersungkur ke tanah. Ia terengah-engah, merasakan tenaga dalamnya berguncang hebat akibat dorongan Raka yang lembut namun mengandung kekuatan besar.

Semua murid terdiam. Lastri dan Ki Seno menatap Raka dengan mata terbelalak. Jurus yang baru saja ditunjukkan Raka jelas-jelas jauh lebih tinggi tingkatannya daripada jurus Bangau Sakti.

"Cukup, Lodra! Kau sudah lihat sendiri! Kau bukan tandingan Raka!" seru Ki Seno, meskipun ia sendiri masih bingung siapa sebenarnya Raka ini.

Lodra berusaha bangkit, tetapi rasa sakit di dadanya terlalu kuat. Ia menyerah, menatap Raka dengan dendam membara.

"Aku akan ingat ini, bocah!" desis Lodra sambil bergegas meninggalkan Perguruan Bangau Sakti, membawa rasa malu dan kebencian.

Ki Seno menoleh pada Raka. " Raka apa hubunganmu dengan Perguruan Harimau Terbang?" tanya Ki Seno

" aku pernah menjadi murid pelayan di sana ketua" jawab Raka, menyembunyikan identitasnya.

Ketua Seno  mengangguk mengerti. pantas saja ia melihat Raka mampu mengeluarkan jurus milik perguruan Harimau Terbang

Setelah kejadian Paman Lodra, Raka masih bekerja di sana selama tiga bulan.

Menginjak bulan ke empat ia berpamitan karena ingin kembali melanjutkan petualangannya sambil mencari ilmu lebih tinggi untuk menghadapi Hantu Berkabut.

" Mohon maaf ketua , saya mohon izin untuk melanjutkan perjalanan." Ucap Raka berpamitan, Ki Seno menatap Raka dengan perasaan tak mengerti.

" Mengapa kau ingin pergi Raka, apa gaji di sini tak cukup, aku bisa menaikan gajimu" Tegur ki Seno

" Bukan ketua, aku ingin berkelana meluaskan pengalamanku" Jawab Raka

" Baiklah, berhati hatilah, pintu rumah ini selalu terbuka untukmu" Ucap Ki Seno menyerah tak bisa membujuk Raka.

" Terima kasih Ketua, aku mohon diri" Sahut Raka, ia membalikan diri dan meninggalkan Perguruan Bangau Sakti

Meskipun Ki Seno ingin menahan Raka, ia tahu pemuda ini memiliki dunianya sendiri. Ia memberikan Raka bekal yang cukup, dan Lastri berterima kasih dengan tulus. Setelah tiga bulan menjadi pelayan, Raka kembali menjadi seorang pengembara.

Raka berjalan selama beberapa minggu, melintasi perbukitan dan sungai. Ia tiba di kawasan yang terkenal berbahaya, yang disebut Hutan Jati Putih, di mana pohon-pohon jatinya memiliki kulit seputih tulang.

Saat menemukan sebuah lapangan kecil di tengah hutan, Raka beristirahat sambil berlatih jurus Harimau,  tiba-tiba terdengar tawa yang melengking dan menyeramkan.

"Hahahaha... Ilmu apa itu, Anak muda? Gerakanmu masih mentah!"

Dua sosok muncul dari balik pepohonan.

Sepasang kakek nenek, dari penampilan nya Raka tahu jika keduanya dikenal sebagai Racun Hitam dan Racun Putih, dedengkot dunia hitam yang sudah lama mengasingkan diri. Pria itu bertubuh kurus dengan wajah menyeramkan, dan wanita di sebelahnya memiliki tatapan mata dingin.

"Kalian siapa?" tanya Raka, memasang kuda-kuda siaga.

"Kami adalah guru barumu, Nak!" jawab Racun Hitam, matanya menyala-nyala. "Tidak kusangka, di tempat terpencil ini ada seorang pemuda dengan tulang yang sangat langka. Struktur Tulangmu sangat cocok untuk mewarisi ilmu racun kami!"

"Aku tak tertarik menjadi murid kalian," tolak Raka tegas.

"Hah! Tidak ada yang bisa menolak kami!" seru Racun Putih. "Kami sudah lama mencari pewaris. Kau tidak punya pilihan!" Ancam si nenek

" Aku tidak mau! kalian cari saja orang lain untuk menjadi muridmu" Raka kembali menolak

" Kurang Ajar kalau kau tidak mau , mati saja kau!" Seru Racun Hitam segera menyerang dengan pukulan telapak tangan yang memancarkan aura hitam kehijauan. Raka tahu itu adalah pukulan beracun yang sangat berbahaya. Ia segera melawan dengan jurus Harimau menerkam Mangsa, namun tenaganya yang masih muda belum sebanding dengan dua tokoh dunia persilatan yang telah berlatih puluhan tahun.

" Wuuut"

" Wuuut"

"Brak!"

Satu pukulan Racun Hitam berhasil diblok Raka, namun tenaga dalamnya yang mengandung racun tetap merasuk ke lengan Raka. Ia merasakan panas dan nyeri yang luar biasa.

Racun Putih menyerang dari sisi lain dengan tendangan cepat. Raka menghindar, tetapi dia sudah mulai limbung. Pertarungan berlangsung sengit, tetapi perlahan Raka mulai terdesak. Racun yang merambat di tubuhnya membuat gerakannya melambat.

"Cukup! Jangan buang-buang waktu! Tunduklah dan jadilah murid kami!" teriak Racun Hitam.

"Tidak akan!" seru Raka keras,

" WUsh"

Dalam keputusasaan, Raka mencoba melarikan diri, tetapi Racun Putih sudah menunggu.

"Rasakan ini, Nak Muda!"

"Dug!"

" Ahk"

" Hoek'

Racun Putih melayangkan pukulan telapak tangan yang mengandung Racun Tujuh Rupa tepat ke ulu hati Raka. Raka terbatuk darah, tubuhnya lemas tak berdaya. Ia tahu ia sudah terkena racun tingkat tinggi.

"Kau keras kepala! Kalau begitu, matilah kau di sini! Kami akan mencari calon lain!" ujar Racun Hitam dengan sinis.

Racun Hitam dan Racun Putih tertawa puas, meninggalkan Raka yang terkapar tak berdaya di tanah, nafasnya satu-satu. Racun mulai menyebar, tubuh Raka terasa dingin membeku dan panas membakar secara bergantian.

Saat Raka hampir kehilangan kesadaran, ia mendengar derap langkah kuda.

"Astaga! Ada orang terkapar di sini!"

Seorang pendekar wanita cantik berbaju putih, dengan rambut yang diikat tinggi dan pedang di punggungnya, turun dari kudanya. Ia melihat kondisi Raka yang sudah membiru dan berlumuran darah.

"Racun? Racun Tujuh Rupa! Siapa yang melakukan ini? Kasihan sekali," gumam wanita itu.

Tanpa membuang waktu, pendekar wanita itu segera mengangkat tubuh Raka ke atas kuda. Ia dengan cepat memacu kudanya, menuju ke satu-satunya harapan yang bisa menyelamatkan nyawa Raka.

"Bertahanlah, aku akan membawamu ke Dewa Obat" ucapnya sambil menaikan Raka ke kudanya, ia segera memacu kudanya karena tahu racun itu sangat ganas

1
Dewi kunti
nahan nafas ak
Hendra Yana
lanjut
Dewi kunti
cpt sehat ya kaaaaakkk,dinanti karyanya
Dewi kunti
kok blm update LG dr kmrn,nungguin ini🤭
Dewi kunti: ok smg cpt sembuh
total 2 replies
Batsa Pamungkas Surya
👍 ini mantap.. lebih kayak nyata dari pada musuh siluman2
Dewi kunti
apakah anggun jodohnya
DANA SUPRIYA
keren ini hantu berkabut menghabisi orang hanya pakai lidi
DANA SUPRIYA
seperti kakek ini sakti ya
Dewi kunti
penyembuhan mungkin
Dewi kunti
pernah,...
Batsa Pamungkas Surya
mantap laah
Hendra Yana
up lagi
Dewi kunti
yaaaaa hbs,,klo LG seru gini kok ky cm sebentar bacanya,berasa kurang
Hendra Yana
Terima kasih
Dewi kunti
perjallaannya kecepetan ngetiknya jd typo lg
Blue Angel: iya kak, bantu koreksi kak biar nanti di revisi🙏🙏🙏
total 1 replies
Dewi kunti
banhgkit typo kakak
Hendra Yana
lanjut gas
Hendra Yana
lanjut
MyOne
Ⓜ️👣👣👣Ⓜ️
Dewi kunti
sengaja gak sih diluar godaan
Blue Angel: HP nya sering typo kak🙏🙏🙏
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!