Mendapati kenyataan jika tunangannya bermain gila dibelakangnya membuat Fernando Nicholas Sanjaya sangat terpukul, sehingga membuatnya menyeret satu wanita dalam kehidupannya. Wanita yang menjadi budak nafsunya karna salah mengetuk pintu kamar hotelnya.
Bagaimana kisah Nicho dan Ganesa selanjutnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sokhibah El-Jannata, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
TMYS. Rian vs Ganesa
Rian mengepalkan tangannya, benci pada lelaki yang menodai calon istrinya. Sebenarnya Nala sudah menceritakan semua. Rian memutuskan untuk mencoba untuk menerima. Tapi kenapa malah Ganesa tampak sangat syok seperti ini?
"Hei, makan dulu. Kamu harus banyak makan agar lekas sembuh," ucap Rian sambil menyuapkan bubur yang sejak tadi tidak dimakan.
Ganesa hanya diam, memandang bubur itu. Tak ada senyuman, bahkan tatapanya tampak kosong dan tak punya semangat hidup. Biasanya bersama Rian membuat dirinya bahagia. Tapi justru saat ini membuat dirinya semakin tertekan.
Diapandangnya wajah lelaki yang sudah berstatus sebagai tunanganya itu.
"Terimakasih kamu masih saja memperlakukan aku dengan baik, walau sebenarnya aku tau kalau kamu sudah mengetahui apa yang terjadi padaku Mas. Harusnya kamu marah, harusnya kamu mencaci wanita di hadapanmu ini, wanita bodoh yang tidak bisa menjaga dirinya, padahal kamu menjaga," ucap Ganesa dengan deraian air mata.
Rian mengulum senyuman lembutnya, tak bisa dia memaki wanita yang dicintainya itu. Walau apapun keadaan Ganesa. Diletakan mangkuk bubur di atas meja. Rian mendekat ke arah Ganesa.
"Kamu pantas diperlakukan dengan baik, Sayang. Kau wanita terbaik, dan itu tidak berubah sama sekali di hadapanku," ucap Rian.
"Jangan membual Mas, kau tau pasti jika aku sudah tidak seperti sebelumnya. Aku bukan wanita sempurna," ucap Ganesa dengan perasaan yang sangat sedih.
"Apa yang menimpamu adalah sebuah musibah Baby," ucap Rian.
Ganesa memalingkan wajahnya, dia tak sanggup bertatapan dengan Rian. Semakin Rian baik, semakin wanita itu tak berdaya untuk menyandingkan dirinya berdiri di samping Rian.
Rian duduk di samping Ganesa dan meraih tangan Ganesa, menciumnya beberapa kali.
"Ku harap kejadian ini tidak merubah apapun rencana yang kita susun, aku harap kamu tidak berkata yang tidak tidak. Kamu terluka dan mencoba menghilangkan nyawa itu adalah bukti nyata bahwa kamu tidak menginginkan hal yang seperti ini. Apalah arti semua itu jika aku menerimamu apa adanya Nes," ucap Rian.
Ganesa semakin terisak, semakin tak percaya diri untuk bersanding dengan lelaki baik di depannya. Ditatapnya lelaki tampan yang tak memperlihatkan keraguan sedikitpun di sorot matanya itu.
"Kamu layak mendapatkan yang terbaik, Mas. Dan mungkin itu bukan aku," ucap Ganesa dengan perasaan yang sedih.
Rian tampak prustasi dan menatap Ganesa dengan tak percaya.
"Kamu yang terbaik Nes," ucap Rian.
"Tolong tetaplah menjaga akal sehatmu Mas, aku bukan Ganesa yang dulu. Aku yakin kamu tau pasti tentang itu, aku hanya sampah yang tak berarti apapun," ucap Ganesa.
"Aku tidak peduli Nes, Kita bisa melakukan pelaporan, kita penjarakan lelaki brengsek itu," ucap Rian.
Ganes memejamkan matanya, lelaki itu? Siapa dia? Baik atau buruk? Dia tak tau juga.
"Masalahnya aku yang mendatangi kamarnya Mas, bukan salah dia sepenuhnya, jadi hentikan kekonyolanmu. Karna pada akhirnya semuanya akan sia sia," sanggah Ganesa.
"Aku sangat mencintaimu Ganesa," ucap Rian seakan meyakinkan.
"Tolong dengarkan aku, aku akan menyembuhkan lukamu. Yang berlalu biarlah berlalu," ucap Rian lagi.
Keduanya saling memandang, saling beradu dalam pendirian masing masing. Ganesa menggelengkan kepalanya. Dia benar benar tak sanggup menyuguhkan dirinya yang sudah tak berharga itu pada lelaki sebaik Rian.
"Tolong dengarkan aku juga Mas. Aku hanyalah gadis yang sudah ternoda, kau berhak mendapatkan yang lebih baik lagi," ucap Ganesa dengan tatapan yang terluka.
Rian menatap Ganesa yang tampak menahan amarah, entah ditujukan pada siapa. Rian mengepalkan tangannya. Dia tidak akan mengampuni orang itu.
"Aku tidak perduli, yang ku inginkan hanya kamu, tolong hargai itu," ucap Rian.
"Tolong juga hentikan keegoisanmu mas, karna menikah itu bukan hanya kita. Tapi juga dua keluarga. Mungkin kamu menerima aku, tapi belum tentu keluargamu, jadi lebih baik kita sudahi saja Mas," ucap Ganesa dengan suara sedikit meninggi.
"Tolong kau juga jangan egois!" Rian tak kalah emosi. Keduanya saling beradu tatapan.
Rian mengusap wajahnya dengan kasar. Benar apa yang sebenarnya dikatakan Ganesa. Bahkan sebelum dia tadi ke rumah sakit. Mama dan adiknya sudah sempat beradu mulut dengannya karna masalah yang ditimpa Ganesa. Ya, mereka mendengarkan pembicaraan Rian dan Nala di sambungan telepon.
"Bagus jika kamu sadar diri," ucap suara yang ada di depan pintu.
Deg
Jantung Ganesa berdetak tak beraturan melihat siapa yang kini berada di depan pintu. Rian tampak membelalakkan matanya saat melihatnya juga.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...