Benih Random Tuan Arogan

Benih Random Tuan Arogan

Bab 1. Pertemuan Yang Membingungkan

Mobil yang membawa Adam pulang, melewati sebuah jembatan yang cukup sunyi saat malam. Biasanya ada satu dua orang yang lewat di sana.

Mata Adam berhenti pada seorang gadis yang memakai kerudung putih yang sedikit melambai ditiup angin. Gadis itu melihat ke bawah jembatan dari tepi pagar. Saat mobil melewati gadis itu, sang gadis mulai berjinjit.

Bayangan masa lalu itu kembali berkelebat di kepala Adam. Ia panik! "Stop!"

Sang supir seketika menghentikan mobilnya. Adam bergegas turun dan meraih lengan gadis itu dengan kasar. "Apa yang kau pikirkan? Kau mau matti!?"

Mata gadis itu terlihat membola. "Apa?" Butuh beberapa detik untuk sang gadis mencerna pertanyaan Adam.

Diperhatikannya pria yang ada di hadapan. Seorang pria berusia matang sekitar 30 tahunan, dengan berpakaian jas lengkap. Terlihat mahal pula. Wajahnya berbrewok sedikit tebal. Walau begitu, brewok itu malah membingkai ketampanan wajah pria ini semakin rupawan. Jantung Eva sedikit berdetak saat melihat pria itu pertama kalinya.

"Apa aku sudah gilla?" Eva menghempas tangan Adam dengan cepat. "A-aku hanya sedang bingung saja. Aku tidak punya tempat untuk pergi. Mantan pacarku tidak mau mengakui bayi di perutku ini, padahal dia duluan yang membohongiku dengan meminumkanku obat peranggsang itu. Sekarang ...," gumamnya ragu.

"Bayi? Dia sedang hamil?" Adam memperhatikan wajah gadis itu. Tidak buruk. Lalu perutnya, masih rata.

Eva kembali memutar tubuhnya ke arah pagar jembatan. Karena pagarnya cukup tinggi dan tinggi tubuhnya hanya 155 sentimeter, ia butuh berjinjit untuk melihat derasnya air yang mengalir di bawah sana. "Eh!"

Pria itu kembali menarik tangan gadis itu sehingga tubuh Eva kembali dengan cepat ke arahnya. "Walau begitu, kamu tidak berniat untuk loncat dari situ 'kan?"

"Ya, enggaklah!" Eva kembali menghempas tangan pria itu tapi sang pria malah menggenggamnya erat. "Hei, lepas!" Ia berusaha membuka genggaman tangan pria itu dengan tangan yang satunya, tapi tiba-tiba saja sang pria malah mendorongnya ke belakang dan menahan pergelangan tangan Eva ke pagar. Eva terkejut. Gadis itu kini terkunci.

Adam mendekatkan wajah mereka dengan raut sedingin es. Bola mata Eva semakin melebar. Pria itu menatap wajah gadis itu sejenak. "Aku tidak suka disentuh!" Perlahan ia melepas kedua tangan Eva.

Eva masih syok dengan mulut menganga. "Lho, siapa yang nyentuh? Orang dia duluan. Ih, orang ini ...." "Yang nyentuh siapa ...." Ia mulai mengomel.

"Aku bisa membantumu," ujar Adam cepat.

Kembali Eva terkejut. "Maksudnya?"

"Berikan anak itu padaku."

"Apa?" Mata Eva membola. "Orang ini apa tidak salah bicara? Dia mau menampung anakku?" "Bapak mau anak Saya?"

"Mantan pacarmu tidak mengakuinya dan kamu juga tidak menginginkannya. Kalau begitu ... berikan saja anak itu padaku." Adam memberikan senyum datar.

Eva masih terkejut. Bukan apa-apa. Ia tak kenal pria ini. Apalagi, tempat itu sepi. Jangan-jangan pria ini, ah!

Mata Eva membola. Ia dengan cepat bergerak ke samping dan berlari.

"Kamu pikir aku tertarik padamu!?"

Langkah Eva seketika berhenti. "Benarkah?"

"Aku hanya ingin bayimu. Bukankah kamu tidak menginginkannya? Kamu juga tidak ingin menggugurkannya, 'kan?"

Eva memutar tubuhnya menghadap pria itu. "Tapi aku belum memutuskan apa-apa."

"Aku bisa memberikanmu uang sebagai kompensasinya. Kamu butuh berapa? 10 juta? 100 juta?"

Eva terbelalak. Sebanyak itu? "Aku ...."

"Satu miliar?"

"Eh, satu miliar?" Mata Eva kebingungan.

"Akan kuberikan kalau kamu setuju."

"Tapi rasanya aku sedang menjual anakku," gumam Eva bingung. Ia mengusap perutnya yang masih rata.

"Daripada kamu malu membesarkannya? Aku sanggup memberikan lingkungan yang lebih baik untuknya." Adam memberikan argumen.

"Eh, aku juga kerja dan aku bisa membesarkan anakku sendiri."

Pria itu nampak tidak senang. "Jadi, kamu akan membesarkan bayi ini sendirian? Kamu kerja di mana?" Dilihatnya gadis itu berpakaian lusuh.

"Kerja di pabrik Himatex yang di sebelah sana." Eva menunjukkan arahnya.

"Apa? Kamu karyawanku?" Pria itu terbelalak.

"Apa? Bapak ... pemilik pabrik itu?" Tangan gadis itu gemetar saat menurunkan telunjuknya. Ia kembali terkejut. "Bapak, Pak Adam yang itu." Ia hampir tak percaya.

"Kamu tinggal di mess ya."

"Iya, Pak." Eva mengangguk berusaha sopan. Bagaimana bisa ia kini bertemu dengan bos pemilik pabrik tempatnya bekerja?

"Bagaimana dengan tawaranku?" Adam meluruskan lengan jasnya.

Eva termenung. Namun, benarkah pria ini pemilik pabrik Himatex tempat ia bekerja? Lalu tawaran itu .... "Maaf, Pak. Saya belum bisa memutuskan."

"Bukankah tadi kamu bingung karena mantan pacarmu tak mengakui ...."

"Bukan berarti aku ingin membuangnya, Pak. Dia darah dagingku."

"Tapi apa kamu tidak takut orang akan mengejek anakmu karena tidak punya ayah?" bujuk Adam lagi.

"Pikiranku belum sampai ke sana, Pak."

"Kalau begitu, sekarang pikirkan!" kata Adam mulai gemas. "Gadis ini ... sudahlah dia yang mengeluh, sekarang pas ingin dibantu malah cari gara-gara lagi! Padahal aku sangat butuh bayi itu. Dengan segala kekuranganku, hanya bayi itu yang aku inginkan." "Bagaimana kalau ku antar kamu pulang?"

"Apa? Oh, tidak. Aku sedang butuh jalan-jalan. Biarkan saja aku di sini. Nanti aku bisa pulang sendiri."

Namun Adam tak kehilangan akal. "Apa kamu tidak tahu, di sini ada hantu?"

"Apa?" Kedua mata Eva kembali melebar menatap Adam.

"Makanya, tidak baik kamu sendirian di sini. Kalau kamu butuh suasana yang berbeda, kamu menginap saja di rumahku." Adam menarik lengan sang gadis dan memasukkannya ke kursi belakang mobilnya. Setelah itu, ia bergerak memutar dan masuk di sisi yang satunya. Saking cepatnya, Eva hampir tak bisa menolak.

"Eh, tapi ...." Eva tak bisa berbuat banyak. Ia sudah masuk ke dalam mobil mewah itu dan mobil itu mulai bergerak maju. Hendak menghentikan mobil juga ia ragu, sebab ia memikirkan apa yang dikatakan pria itu barusan. Namun, tinggal di rumahnya apa itu pilihan yang baik?

"Pak, aku ...." Eva ragu-ragu.

"Sudahlah. Kamu sudah kenal namaku. Kamu sendiri?"

"Eva, Pak."

Pria itu berusaha tersenyum walau terlihat aneh. "Pikirkan apa yang ku tawarkan. Aku bukan orang jahat dan kamu tahu itu."

Eva terdiam. Walau begitu, tetap saja pria ini orang asing baginya, tapi membesarkan anak ini seorang diri juga bukan pilihan terbaik. Ah, bagaimana baiknya ini?

Mobil sampai di sebuah rumah besar dan mewah. Ketika seorang pembantu membukakan pintu, Eva dibawa masuk Adam ke dalam rumah. Pria itu kemudian berhenti di sebuah kamar tak jauh dari pintu masuk. "Ini kamarmu. Kamu bisa menginap di sini sambil berpikir ulang. Besok pagi, kamu bisa diantar salah satu sopirku ke mess." Adam membuka pintu.

Eva mencoba masuk dan melongo. Betapa tidak, ruangan itu sangat besar dibanding kamarnya di mess yang hanya seperempat dari ruangan itu. Apalagi dengan barang-barang mewah seperti ranjang besar dan perabot yang mahal. Ia hanya bisa memandangi ruangan itu dengan mulut terbuka.

"Ruangan ini ada kamar mandinya, jadi kamu tidak harus keluar mencari kamar mandi lagi."

"Iya, Pak. Terima kasih."

Namun, sebelum kalimatnya selesai, pria itu telah menutup pintu. Eva terlihat senang hingga duduk di tepi ranjang dan tersenyum sendiri. Ia sendiri bingung, kenapa kesedihannya membawanya berakhir di sini.

****

Adam baru saja selesai mandi ketika ia mendengar keributan di lantai bawah. Ia segera turun. Ternyata keributan ada di dapur. "Ada apa ini?"

Eva di kelilingi orang-orang dapur. Ia nampak gugup. "Eh, a-aku hanya meminta makanan sedikiit ... saja." Ia memperlihatkan ibu jari dan jari telunjuknya yang menyatu dengan mata dipicingkan sebelah.

Seorang pria sedikit gemuk dengan baju santainya mengomel. "Dia lancang membuka lemari es, Pak!"

"Kalau begitu, buatkan dia makanan!" ucap Adam dengan tegas.

Pria gemuk itu terkejut. "Eh ... di-dia tamu, Bapak?" Ia menunjuk Eva.

Bersambung ....

Terpopuler

Comments

Fariz Alfatih

Fariz Alfatih

aku balik pake akun baru mak.
mangats nulisnya!!💪🏼💪🏼
go!! go!! go!!💃🏻💃🏻

2025-03-05

1

Mrs.Riozelino Fernandez

Mrs.Riozelino Fernandez

good...Biasanya Naluri ibu akan selalu ingin melindungi anaknya

2025-03-09

1

Nar Sih

Nar Sih

mampir kak

2025-03-11

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!