Masa remaja, masa yang penuh akan rasa penasaran, rasa ingin mencoba dan juga rasa yang sulit dimengerti bernama Cinta.
Ini adalah kisah Cinta enam orang remaja SMA, dengan segala problematika mereka yang beragam rasanya.
Pahit, asam dan manis seperti rasa Jeruk, Blueberry dan juga Cherry.
Yuk ikuti keseruan cerita mereka di sini. 🐢
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Writle, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Terimakasih Ya!
...🍒🍒🍒...
#06.00 Senin Pagi Hari
“Don’t worry i’ll watch your princess here.”
“Don’t be silly Luan, just go!’
“Lo harus sekolah, sana mandi.”
“Tapi gue nggak bakal ninggalin dia bareng lo di sini.”
“Gue nggak bakalan apa-apain dia, lo tau sendiri kalau gue gay.”
“Fine, but if you put a single finger of yours on her, gue nggak segan-segan keluarin lo dari sekolah.”
“Alright prince, terserah, salahgunakan aja terus kekuasaan lo itu, toh di sekolah gue lebih berkuasa, wleee.”
*Blam! (anggap aja suara pintu dibanting)
Percakapan itu yang pertama kali masuk ke indra pendengar Ara, disaat ia belum mampu membuka mata. Ara mulai mengerjap-ngerjapkan matanya yang masih berat itu dan berhasil, matanya akhirnya mau terbuka.
“Good morning calon sepupu.” Adalah sapaan teraneh yang pernah ia dengar di pagi hari, sepertinya ia masih bermimpi.
‘Tunggu dulu, pagi hari?’
Ara menatap sekeliling ruangan tempatnya terbaring sekarang dan jelas itu terlalu besar untuk ukuran kamarnya, dan interiornya pun terlalu mahal untuk dibelikan kedua orang tuanya, lalu dia di mana? Ini benar mimpi ya?
“Sepertinya kamu belum sadar benar, selamat pagi calon sepupu.” Sapaan itu lagi.
Ara menoleh ke sumber suara yang menyapa, dan di sana ada Luan yang sudah berseragam sekolah lengkap tengah duduk tersenyum ke arahnya
*Plak!
Ara menampar dirinya sendiri berniat meyakinkan diri kalau ini hanya mimpi, tetapi rasa sakit di pipi kiri menjadi bukti kalau ia terbangun di pagi hari, yang entah di mana bersama Luan di sampingnya
“Bingung ya.” Tanya Luan, Ara yang masih linglung tidak menjawab.
“Ini rumah Irsyam, Irsyam Andhanu Rifqi.” Katanya lagi.
“Terus ngapain kak Luan di sini?”
“HAHAHA, aduh sakitnya, ucapanmu seolah berkata aku tidak pantas berada di sini.”
“Bukan, bukan begitu.” Ara panik
“Aku bagian dari keluarga ini, meskipun mereka tidak menginginkanku, aku tetaplah bagian dari mereka.” Lanjut Luan akhirnya.
Setelah memikirkan segala kemungkinan yang ada, Ara sampai pada kesimpulan yang paling masuk akal menurutnya.
“Kak Luan sepupunya Syamsyi?”
“Aw, calon sepupuku pintar sekali.” Jawab Luan sambil mengacak rambut Ara.
Ara tidak menghindar karena takut si kakak kelas tersinggung.
“Oh, i almost forgot, your prince prepared breakfast on bed for you.”
Kata Luan kemudian sambil menyodorkan senampan piring bertudung saji di pangkuan Ara, ia membuka tudung saji itu dan Ara bisa melihat telur mata sapi, sosis, kentang goreng dan dua lembar toast di sana.
“Sebentar kak, aku belum gosok gigi.” Jawab Ara
“It’s not breakfast on bed if you prepared yourself first honey.” Balas Luan sambil terkekeh pelan.
Ara kemudian memakan hidangan itu dengan lahap, biasanya dia sarapan nasi atau onigiri, tapi roti tidak buruk juga.
“Kenapa sosisnya tidak dimakan?” Tanya Luan.
“Aku nggak yakin ini daging apa kak.”
“Hhaha, kenapa nggak tanya aja. Itu daging sapi, tenang saja keluarga Andhanu muslim kok.”
Mendengar nama Andhanu, Ara baru teringat dengan nama wakil ketua osis di sekolahnya itu, Luan Andhanu Frizqy, dan Irsyam Andhanu Rifqi. Benar-benar nama yang mirip tapi saling bertentangan. Jika Luan berarti bulan maka Irsyam berarti cahaya Matahari.
15 menit berlalu Ara pun menyelesaikan sarapannya dan menghabiskan sosisnya juga setelah mendapat keterangan dari Luan, karena sesungguhnya perutnya masih menginginkan makanan.
“Kak, nampannya harus kusimpan kemana.” Ara hendak beranjak dari tempat tidurnya.
“Eits, tidak perlu, kamu perhatikan ini.”
Luan menekan sebuah tombol yang entah apa fungsinya di atas nakas di samping tempat tidur, Lalu tak lama kemudian terdengar suara ketukan pintu dari luar.
“Come in.” Kata Luan
Nampak seorang perempuan berseragam maid masuk ke dalam kamar
“Apa ada yang Anda perlukan tuan muda?” tanya perempuan itu
“Bi Sumi, sudah kubilang panggil Luan saja.”
“Tidak sesuai dengan kode etik kerja kami tuan.”
“Baiklah, tolong bereskan nampan ini dan buatkan aku segelas susu.”
“Susu cherry.” Serobot Ara tanpa sadar
Luan tersenyum lebar
“Segelas susu coklat dan segelas susu cherry.”
“Baik tuan.”
“Terimakasih.”
Lalu perempuan itu kembali .
“Terkesan?” Tanya Luan, melihat tatapan kagum di mata Ara
“Sangat.” Angguk Ara antusias
“Hidup kalian praktis sekali.” Tambahnya lagi
Luan hanya tertawa menanggapi
“Tapi tidak ada kebahagiaan di sini.” Kata Luan kemudian
“Oh yeah, you better take a bath, you can use the bathroom there.”
Ara melihat ke mana tunjuk Jari Luan, ke pintu kamar mandi di sudut ruangan.
“And you can wear whatever you want there.”
Kali ini pandangannya beralih ke arah walk in closet yang Luan tunjuk pula dengan jarinya
“I’ll wait outside, buat minum susu bareng-bareng sama kamu.” Kata Luan lagi
“Baik kak, terimakasih.”
“Santai aja, aku cuma Luan di sini, bukan wakil ketua osis.”
“Hehe, maaf kak kebiasaan.”
“Ya sudah sana mandi.” Perintah Luan sambil keluar dari kamar yang Ara tempati.
...🍒🍒🍒...
Ara mengikuti perintah Luan. Setelah mandi ia masuk ke dalam walk in closet, ia mencari-cari setelan baju miliknya namun ia tidak menemukannya, akhirnya Ara terpaksa memakai apa yang ada di sana, karena jujur saja baju wanita di sana lebih banyak dari apa yang ada di lemari Ara, modelnya lebih variatif dan branded. Ara memilih yang ia rasa cocok dengan gayanya.
Ia lalu membereskan kasur yang sebenarnya tidak begitu berantakan agar kelihatan lebih rapi. Empat puluh lima menit Ara habiskan di dalam, lalu kemudian ia keluar dari kamar itu dengan hati-hati.
Namun saat ia keluar yang pertama kali ia lihat bukan Luan melainkan Irsyam, Irsyam yang tengah menggenggam dua gelas susu.
Irsyam memandanginya dari atas ke bawah, Ara yang merasa dihakimi menutupi tubuhnya dengan tangan.
“Iyaa aku minjem bajunya soalnya bajuku nggak ada, bangun-bangun udah pake piyama, nanti aku kembalikan lagi kok.”
“Lo cantik pakai itu, nggak usah dikembaliin buat lo aja.”
Ara tidak tahu harus bersyukur, marah atau tersipu, kelakuan temannya ini tidak pernah baik untuk jantungnya
“Terima kasih.” Jawab Ara akhirnya.
“Hmm.”
“Ayo.” Ajak Irsyam kemudian.
“Kemana?” Tanya Ara
“Luan bilang lo mau minum susu bareng gue.”
Sial*n, terkutuklah Luan dengan sifat jahilnya, ia dijebak.
Ara hanya mampu mengekori Irsyam yang membawanya ke sebuah gazebo taman seperti rumah kaca di sudut rumahnya, tampat yang sama ketika mereka kerja kelompok kemarin. Di sana juga sudah tersedia macaron dan cemilan-cemilan lain yang tampak asing dan mahal bagi Ara.
“Here you go.” Irsyam menyodorkan susu berwarna pink kemerahan, yang Ara yakini itu susu Cherry yang dimintanya.
“Thank’s.” Ucap Ara menerima susu itu. Lantas menyesapnya sekali, lalu ia taruh di meja lagi.”
“Ini, maaf gue sempet lancang angkat telepon masuknya, tapi gue jamin gue cuma minta izin kalau lo nginep di sini nggak lebih.” Kata Irsyam mengulurkan handphone Ara yang Ara kira sudah hilang semalam saat ia pingsan, karena saat pagi tadi tidak berhasil Ara temukan.
“Iya terima kasih.”
Ara mengingat segala hal yang terjadi kemarin malam, tentang keluarganya, semuanya, ia hanya pura-pura lupa saja untuk menenangkan dirinya dan syukurnya Irsyam maupun Luan juga tidak menanyakan penyebab ia menangis hingga pingsan di pinggir jalan.
“Sorry.” Kata Ara kemudian
“Buat?”
“Tadinya semalam aku mau menelepon Yuri tapi malah kesambung ke kamu.”
“Jodoh kali.”
Ara hanya mendelik saja, bisa-bisanya pria itu masih bercanda di tengah suasana serius yang diciptakan Ara.
“Kamu nggak sekolah?” Ara sadar ini sudah pukul tujuh pagi di hari Senin ini.
“Sekolah tapi kata Ari jamkos, gue berangkat jam delapan nanti.”
“Lo istirahat dulu aja, semalam kata dokter lo hipotensi, soal kelas gue udah titip surat izin sama Luan tadi.”
“Makasih ya aku jadi ngerepotin kalian.”
“Bayar dong jangan makasih terus.” Kata Irsyam
“Kayaknya uang kamu lebih banyak dari aku.” Jawab Ara
“Bukan pakai uang.”
“Terus pakai apa?” Tanya Ara bingung
“Ciuman.”
🐢Ciuman teroos, ya biarin, suka-suka Writle. 😋.
Irsyam tersenyum menyebalkan, ia hendak melihat ekspresi gadis yang dijahilinya dan benar saja pipi tembamnya itu merah merona, ‘lucu sekali’ batinnya
“Hhaha gue Cuma bercan-“
*Cuph
Namun gadis itu betulan menciumnya, ah ralat, maksudnya mengecupnya di pipi. Irsyam yang tidak menyangka hal itu akan terjadi hanya mematung kini, giliran Ara yang terkekeh geli melihat reaksi teman sekelasnya satu ini.
...♡🍊🫐🍒♡...