Dhea mencintai Vean, tapi Vean menjalin kasih dengan Fio—sahabat Dhea.
Mencintai seseorang sejak masih SMP, membuat Dhea terus saja berharap kalau cintanya akan bersambut. Sampai akhirnya gadis itu menyerah dan memilih pergi saat pria yang dicintainya akan bertunangan dengan sahabatnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ROZE, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
29 Tengah Malam (Revisi)
Mereka melihat Arya yang memilihkan makanan untuk Dhea.
"Kamu harus banyak-banyak makan sayur. Lihat, badan kamu kurus begini," ucap Arya.
"Ck, iya bawel!"
"Aku juga harus makan sayur, aku kan kurus," ucap Clara.
Dhea tertawa kecil mendengarnya. Dhea langsung menundukkan wajahnya saat menyadari Vean dan Fio yang selalu menatapnya.
"Oya, Dhea. Bagaimana dengan kuliah kamu?"
"Baik."
"Dia teman satu kampus kamu juga? Berarti kalian sama-sama tinggal di Amerika? Berapa lama kalian liburan ke Jakarta?" tanya Juan.
"Mungkin tiga hari lagi kami pulang."
"Oya, bebetapa bulan yang lalu, Vean ke Amerika. Sayang sekali ya, kalian tidak bertemu," ucap Fio.
Dia juga ingin mengobrol dengan Dhea, tanpa merasa canggung.
Dalam hati Dhea meringis, mana mungkin juga Vean akan mencarinya, tapi setidaknya, dia sangat bersyukur karena itu.
"Sekarang kalian tinggal di hotel mana?"
Hotel? Mana mungkin aku sanggup untuk tinggal di hotel.
Dhea pura-pura tidak mendengar. Dia fokus dengan makanan yang ada di hadapannya saat ini.
"Cepat habiskan makanan kamu, Dhe. Aku akan mengantar kamu dan Clara," ucap Arya.
Dia bisa melihat ketidak nyamanan di diri Dhea.
"Kami duluan, ya," ucap Arya.
"Biar kami antar," ucap Fio.
"Tidak usah."
"Tolong jangan menolak, Dhea. Saat kamu kembali ke Amerika nanti, kita tidak akan bertemu."
"Ya sudah, ayo."
Mau tidak mau, akhirnya mereka semua mengantar Dhea dan Clara. Juna mengeryitkan alisnya saat mereka menuju tempat yang Dhea beritahu.
Mereka tiba di salah satu rumah. Terlihat jelas kalau itu adalah kos-kosan, bukan sebuah hotel.
"Kamu tinggal di sini?"
"Iya, kami tinggal di sini selama liburan. Tidak akan lama juga kami di sini. Terima kasih, ya."
"Dhea, aku minta nomor ponsel kamu. Jadi nanti saat kamu kembali ke Amerika, kita masih tetap bisa berkomunikasi."
"Nanti aku yang akan menghubungi kamu lebih dulu. Nomor ponsel kamu masih sama?"
Fio hanya mengangguk saja, dia merasa kecewa karena mendapatkan penolakan dari Dhea.
"Aku masuk dulu, ya. Sekali lagi terima kasih."
Dhea langsung menarik tangan Clara untuk masuk, tanpa meminta mereka ikut masuk. Dhea mengintip kepergian mobil itu, dia menghela nafas lega.
Sebenarnya ada banyak yang ingin Clara tanyakan, tapi mungkin nanti. Sepertinya kehidupan sahabatnya itu cukup berat.
Di dalam mobil, Arya ditanya-tanya lagi oleh Fio.
"Sebenarnya kamu sejak kapan mengenal Dhea?"
"Sejak masih kecil."
"Benarkah, kenapa aku tidak tahu? Padahal aku juga sudah bersahabat dengan Dhea sejak kecil."
Vean sedari tadi diam saja. Dia merasa, semakin ke sini, Dhea semakin pendiam. Bahkan dia sama sekali tidak menatap Vean. Benar-benar memperlakukan Vean seperti sesuatu yang tak kasat mata.
Juna mengantar Fio lebih dulu, setelah itu dia akan menginap di apartemen Vean bersama dengan Arya.
"Bye!" teriak Fio kepada mereka bertiga.
"Kamu sedang apa sih, sibuk banget kayaknya?" tanya Juna setelah mereka tiba di apartemen Vean.
"Chat."
"Sama Dhea?" tebal Juna.
"Iya."
Juna, Vean, begitu juga dengan Fio yang ada di dalam kamarnya sendiri, sedang memikirkan hal yang sama, apa Arya dan Dhea memiliki hubungan khusus? Terlihat sekali kalau Arya sangat perhatian pada Dhea.
Malam harinya, tubuh Dhea menggigil. Dia merasakan tubuhnya sangat sakit. Dia merintih pelan. Meksi begitu, menyebabkan Clara terbangun.
"Dhea, kamu kenapa?"
Dipeganginya tubuh Dhea yang bersimbah keringat dan membuat bajunya basah.
"Ya ampun, panas banget."
Clara segera ke dapur, membuat air hangat untuk mengompres Dhea. Tubuh itu semakin panas.
"Aduh, mana enggak ada obat, lagi. Aku harus beli obat di mana tengah malam begini?"
Clara akhirnya menghubungi Arya. Semoga saja laki-laki itu segera mengangkat teleponnya.
"Halo Dhe, belum tidur?"
"Ini aku, Clara."
"Clara?"
"Iya. Maaf ganggu malam-malam. Dhea sakit, tubuhnya panas banget. Aku bingung mau beli obat di mana tengah malam begini."
"Ya sudah, kamu tunggu saja, aku ke sana sekarang."
"Oke, aku tunggu. Hati-hati di jalan."
"Kamu kenapa, Ar?"
"Aku pergi dulu," ucap Arya pada Juna dan Vean. Pria itu segera pergi ke kosan Dhea. Clara langsung meminta Arya masuk. Melihat keadaan Dhea yang seperti itu, pria itu segera menggendong tubuh Dhea.
"Mau dibawa ke mana?"
"Rumah sakit, lebih baik langsung diperiksa oleh dokter."
Arya bahkan sampai lupa kalau Juna adalah seorang dokter, malah pergi begitu saja.
Clara langsung masuk ke dalam mobil, dan memangku kepala Dhea. Keadaan yang sangat sepi, membuat mereka bisa tiba di rumah sakit dengan cepat.
Dhea langsung dibawa ke ruang UGD.
Akhirnya dokter keluar juga dari ruangan itu.
"Bagaimana keadaan sahabat saya, Dok?" tanya Clara.
"Dia kelelahan dan sepertinya stress. Saya sudah memberikan obat penurun panas, dan saat ini sedang tidur karena pengaruh obat. Tapi sebaiknya dirawat dulu selama beberapa hari."
"Baiklah, Dok. Terima kasih banyak."
Clara menghela nafas, dia sebenarnya tidak aneh kalau Dhea bisa seperti ini. Dhea itu jarang memperhatikan kondisi kesehatan diri sendiri, malah lebih perhatian sama buku-buku dan mencari uang. Entah untuk apa sebenarnya uang-uang itu, karena selama mengenal Dhea, gadis itu juga selalu berhemat.
Tidak lama kemudian Dhea dipindahkan ke ruang perawatan. Arya sudah mengurus semuanya.
"Sebenarnya Arya pergi ke mana, sih? Buru-buru amat," tanya Juna.
Vean hanya mengangkat bahunya, tapi tadi dia mendengar kalau Arya menyebut nama Dhea.
sy mencari2 cerita yg berbeda..kebanyakan sama....hy beda nama tokok dan sedikit alur..trus klaim mrk yg awal membuat cerita..muak saya.
terima kasih thor,membuat cerita yg bagus..ah,knp baru nemu sy cerita bagus gini
cintanya dipupuk hingga subur
dimana nih rasa malunya
aku juga pernah lho namnya cinta dalam diam sama pacarnya sahabat sendiri tapi gk kyk Dhea terang²an dengan mengejar seseorang yang tak pasti!!
sakit hati kan rasanya ditolakk !!,,
udah baca 3 kali, udah tau Endingnya kek mana, tapi kenapa gk bisa nahan air mata