ADRIAN PRATAMA. Itu nama guru di sekolah gue yang paling gue benci. Karena apa? Karena dia udah membuka aib yang hampir tiga tahun ini gue tutup mati-matian.
“Dewi Mantili. Mulai sekarang kamu saya panggil Tili.”
Nyebelin banget kan tuh orang😠 Aaarrrrggghhh.. Rasanya pengen gue sumpel mulutnya pake popok bekas. Dan yang lebih nyebelin lagi, ternyata sekarang dia dosen di kampus gue😭
ADITYA BRAMASTA. Cowok ganteng, tetangga depan rumah gue yang bikin gue klepek-klepek lewat wajah ganteng plus suara merdunya.
“Wi.. kita nikah yuk.”
Akhirnya kebahagiaan mampir juga di kehidupan gue. Tapi lagi-lagi gue mendapati kenyataan yang membagongkan. Ternyata guru plus dosen nyebelin itu calon kakak ipar gue😱
Gue mesti gimana gaaeeesss???
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ichageul, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Apes dotcom
Roxas akhirnya dapat bernafas lega, doanya di saat-saat terakhir akhirnya dikabulkan oleh Tuhan. Dia berada satu kelompok dengan Dewi. Satu per satu murid yang namanya tidak disebut keluar meninggalkan kelas. Roxas bergegas berpindah tempat duduk tepat di belakang Dewi. Pak Dodi mulai berjalan membagikan kertas soal ulangan.
Dewi duduk di barisan kedua, meja ketiga, dia mendapat soal B. sedangkan Roxas yang duduk di belakangnya mendapat soal A. Rupanya Pak Dodi sengaja menyilang posisi soal, supaya para murid tidak bisa meminta jawaban ke samping, depan atau belakangnya. Dan sialnya Roxas tidak mengetahui hal tersebut.
Dua puluh menit berlalu, kertas ulangan Roxas masih kosong melompong. Satu pun tak ada yang bisa dikerjakannya. Deretan angka yang terdapat di dalam soal seolah tengah mengejeknya. Berbeda dengan Dewi yang tengah sibuk berjibaku dengan kertas soalnya. Otak Dewi memang cukup encer, terbukti dengan predikat ranking tiga yang disandangnya semester lalu.
Dengan gerakan pelan Roxas menyentuh kursi Dewi dengan kakinya. Awalnya Dewi tidak menggubris, namun karena Roxas terus mengusiknya, dia sedikit menolehkan kepala pada sahabatnya itu.
“Apaan sih?” tanyanya dengan suara berbisik. Roxas mencondongkan tubuhnya ke depan, lebih mendekat pada Dewi.
“Minta jawaban.”
“Kaga bisa.”
“Pelit lo.”
“Bukan gitu, Rox. Masalahnya…”
“Please, Wi. Gue belum ada yang dijawab ini.”
“Tapi..”
“Wi..”
Dewi menghela nafas dengan kesal karena Roxas tak memberinya kesempatan bicara. Akhirnya dia menyalin jawaban ke secarik kertas. Setelah memastikan kondisi aman, dia memberikan kertas tersebut pada sahabatnya. Dengan cepat Roxas menyalin jawaban tersebut.
“Ok, waktunya selesai. Kumpulkan jawaban kalian sekarang.”
Satu per satu murid meninggalkan mejanya lalu mengumpulkan kertas ulangan. Roxas masih menyalin jawaban yang tersisa sedikit lagi. Kemudian secepat kilat pemuda itu beranjak dari tempatnya. Setelah mengumpulkan hasil ulangan di meja, dia bergegas menyusul Dewi.
“Whoaaa… akhirnya selesai juga. Buset tegang banget tadi hahaha…”
Roxas terus saja mengoceh sambil berjalan bersisian dengan Dewi. Sedang sahabatnya itu hanya membungkam mulutnya saja. Keduanya memilih menunggu di kantin, karena mereka sudah bebas melakukan apapun setelah ulangan. Roxas mengambil dua botol minuman dingin beraroma teh. Diberikannya satu pada Dewi lalu dia mendudukkan diri di depan gadis itu.
“Rox.. lo tadi dapet soal apa?”
“A.”
“Sudah gue dugong. Kalo nilai lo jelek, jangan salahin gue, ya.”
“Emang kenapa? Sejelek-jeleknya, lo paling dapet nilai 7 atau 8.”
“Ya, kalau gue sih pede sama jawaban gue. Cuma kalau lo, harus banyak berdoa aja. Mudah-mudahan Pak Dodi masih mau kasih nilai belas kasih sama elo.”
“Kok gitu?”
“Masalahnya kita beda soal.”
“Hah??? Lo jangan prank gue. Kita kan satu baris. Si Wulan yang duduk depan elo dapet soal A. Sama kan sama gue.”
“Iya, Wulan dapet soal A. Tapi gue sama Indri dapet soal B.”
“WHAT???”
“Sabar ya, Rox. Kayanya emang susah lo keluar dari klasemen bawah. Tetap berjuang supaya bisa keluar dari zona degradasi.”
Tubuh Roxas langsung lemas mendengar ucapan Dewi. Ternyata kali ini Pak Dodi lebih lihai dalam mengatasi kemungkinan terjadinya kecurangan dalam ulangan. Usaha mendongkrak posisi melewati zona degradasi sepertinya sulit. Dia masih tetap berkutat di klasemen bawah bersama dengan Bobi dan Usep, di posisi 21, 22 dan 23.
🌸🌸🌸
Adrian menolehkan kepalanya begitu mendengar suara pak Dodi. Pria itu baru saja selesai memeriksa hasil ulangan kelas 12 IPS 3. Dodi hanya mampu menggelengkan kepalanya melihat jawaban Roxas. Kalau saja dia mendapat soal B, sudah pasti akan memperoleh nilai 9. Namun sayang, soal yang diberikan olehnya adalah soal A.
“Roxas.. Roxas..” ujar Dodi seraya menggeleng-gelengkan kepalanya.
“Maaf, Pak. Ada apa dengan Roxas?”
Adrian yang merasa penasaran karena rekannya menyebut salah satu anak didiknya beranjak dari tempatnya lalu mendekati meja Dodi. Ditariknya kursi di depan meja guru matematika itu lalu mendudukkan diri di sana.
“Ini anak pasti dapat contekan dari Dewi.”
“Kok Bapak bisa nebak gitu?”
“Saya membuat dua soal, A dan B. Soalnya saya selang-seling, kanan, kiri dan depan, belakang. Roxas duduk di belakang Dewi. Dewi dapat soal B, Roxas A. Tapi jawaban yang Roxas berikan adalah jawaban soal B. Saya yakin dia dapat dari Dewi.”
Dodi memberikan kertas di tangannya pada Adrian. Guru muda itu melihat soal dan jawaban yang tertera. Adrian yang berotak encer, tentu saja sudah bisa melihat letak kesalahan Roxas.
“Sepertinya saya harus memberikan hukuman pada Roxas,” ujar Dodi.
“Ehm.. kalau Bapak mengijinkan, bagaimana kalau saya saja yang memberikan hukuman untuknya?”
“Pak Adrian yakin?”
“Yakin, Pak. Saya adalah wali kelasnya, sudah pasti dia menjadi tanggung jawab saya.”
“Baiklah kalau begitu. Saya serahkan urusan Roxas pada Bapak.”
“Terima kasih, Pak.”
🌸🌸🌸
Seluruh murid kelas 12 IPS 3 bersorak gembira setelah selesai membersihkan toilet terakhir. Secara resmi hari ini masa hukuman mereka berakhir. Semuanya tengah bersiap untuk segera pulang. Waktu sudah menunjukkan pukul empat sore.
Suasana sekolah sudah sangat sepi, hanya tinggal mereka saja yang masih berada di sekolah plus Adrian dan penjaga sekolah. Satu per satu mereka menuruni anak tangga. Ada yang langsung keluar, ada yang menuju tempat parkiran lebih dulu.
Para murid menundukkan kepalanya begitu melihat Adrian yang tengah berada di parkiran. Pria itu juga sedang bersiap untuk pulang. Dia menunda kepergiannya begitu melihat kedatangan Roxas dan Dewi.
“Roxas..” panggilnya.
“Iya, Pak.”
“Besok sepulang sekolah kamu menghadap saya dulu.”
“Ada apa Pak?”
“Ada sesuatu. Jangan lupa.”
Adrian mengenakan helmnya kemudian menjalankan kendaraan roda duanya. Dewi melihat pada sahabatnya itu, namun Roxas hanya mengangkat kedua bahunya saja. Setelah mengenakan helm, Dewi segera naik ke belakang Roxas. Tak lama Yamaha Vega berwarna hijau botol itu keluar meninggalkan area sekolah.
Baru beberapa meter berjalan, tiba-tiba saja motor yang dikendarai Roxas berhenti. Beberapa kali pemuda itu berusaha menyalakan kembali mesin motornya, namun tetap tak mau menyala. Dewi segera turun dari tunggangan sahabatnya itu.
“Kebiasaan mogok mulu. Jual aja nih rongsokan,” Dewi menendang motor yang usianya lebih tua dari sang pemilik.
“Buset, jangan gitu, Wi. Nih motor sudah berjasa. Elo, gue anter kemana-mana kan pake si hejo,” sebutan Roxas untuk motor kesayangannya.
“Apaan.. gue banyakan dorongnya dari pada nangkringnya di atas nih motor.”
“Jangan gitu, Wi. Gini-gini gue sayang banget sama nih motor.”
Melihat ekspresi sedih sang sahabat, Dewi jadi tak enak hati. Dia tahu betul kalau motor ini adalah warisan almarhumah Mama Roxas. Biar pun sudah sering mogok dan rewel, sahabatnya tetap tidak mau berpisah dari motor itu.
“Jadi gimana? Itu motor mogok atau kenapa?”
“Bentar gue cek dulu. Perasaan kemarin sudah dibenerin sama mang Ule, kenapa mogok lagi, ya?”
Roxas segera memeriksa kendaraan roda duanya itu. Dia mengecek bagian-bagian yang sering bermasalah. Terlihat pemuda itu menggaruk-garuk kepalanya saat mengetahui tak ada yang salah dengan motornya. Kemudian dia mengecek bagian akhir yang dicurigainya.
“Wi.. hehehe…”
“Apa?” Dewi menatap curiga melihat cengiran Roxas.
“Bensinnya abis.”
“Ah dasar leker kampreto. Kebiasaan banget kehabisan bensin. Ya sudah tunggu sini. Gue beli bensin dulu.”
Dewi segera berdiri di pinggir jalan lalu menyetop sebuah angkot yang melintas. Roxas berusaha mencegah kepergian sahabatnya itu, namun sia-sia. Dewi telah naik dan angkot segera pergi.
Mata Dewi melihat ke samping dan depannya. Orang-orang di sekitarnya nampak berusaha menahan senyum saat melihatnya. Kemudian matanya menatap sosok yang tak asing duduk di bagian paling ujung. Seketika dadanya berdebar melihat Aditya yang tengah melihat ke arahnya seraya tersenyum.
Sejenak Dewi terpaku melihat senyum manis Aditya, lengkap dengan lesung pipinya. Dadanya semakin berdebar ketika Aditya beringsut mendekatinya ketika beberapa penumpang turun. Dan kini posisinya sudah berada tepat di depan Dewi.
“Ehem.. sorry.. itu helmnya kenapa ngga dilepas?”
Sontak Dewi memegang kepalanya begitu mendengar ucapan Aditya. Dalam hatinya merutuki kebodohan yang dilakukannya. Pantas banyak penumpang yang menertawakannya. Dengan cepat dia melepaskan helm yang masih membalut kepalanya.
“Duh.. kaya pembalap saja, naik angkot pake helm,” gumam Dewi pelan namun masih bisa tertangkap oleh Aditya.
“Pembalap cantik ya.”
Dewi tersenyum mendengar pujian pemuda itu. Dia menundukkan kepalanya, menyembunyikan semburat merah yang menghiasi pipinya. Namun kemudian dengan cepat dia mengangkat kepalanya ketika melihat pom bensin yang ditujunya telah terlewat.
“Kiri.. kiri..!!” Dewi mengetuk-ngetuk atap angkot. Sang supir segera menghentikan kendaraannya.
Dengan terburu-buru Dewi turun dari angkot. Setelah membayar ongkos, dia segera berlari menuju pom bensin. Mata Aditya terus mengikuti pergerakan gadis itu. Segurat senyum menghiasi wajahnya. Hanya satu kata yang terlintas di otaknya saat melihat Dewi, cantik. Hatinya berdoa semoga Tuhan memberinya kesempatan untuk bertemu dengannya lagi. Kalau pun tidak, dia akan menciptakan kesempatan dengan mendatangi sekolah di mana sang Kakak mengajar.
🌸🌸🌸
Apa yang terjadi sama Roxas, itu pengalaman nyata temanku🤣🤣🤣 Gara² salah perhitungan posisi duduk, dia salah minta contekan. Alhasil nilai fisikanya dapet bebek🤣🤣🤣 Ada yang pernah ngalamin ngga???
kanebo nya masih gak thor.. aku mau 1 aja...😞
kanebo nya masih gak thor.. aku mau 1 aja...😞
dari bab awal dak comed...
krn mengulang baca dan gak ada bosen nya yang ada malah bikin kangen😍😍
lagu "bring me to life" teringat karya mu thor🙈