NovelToon NovelToon
Dewa Petir Kehancuran

Dewa Petir Kehancuran

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Budidaya dan Peningkatan / Perperangan / Balas dendam dan Kelahiran Kembali
Popularitas:263.6k
Nilai: 4.8
Nama Author: Jago

Di sebuah keluarga kultivator hidup anak bernama Lei Nan, meskipun dirinya dulu di agung-agungkan sebagai seorang jenius, namun terjadi kecelakaan yang membuat lenganya lumpuh, karena hal itu dirinya menjadi bahan cemohan di keluarganya, tapi hal itu berubah ketika dirinya tidak sengaja tersambar petir yang langsung mengubah hidupnya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Jago, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Keberangkatan

Hari itu, Aula Misi dipenuhi dengan aktivitas. Para murid dan petualang sibuk memilih misi yang akan mereka ambil. Ada yang berdiri di depan papan misi, membaca dengan seksama berbagai misi yang tersedia. Ada yang berdiskusi dengan teman atau anggota tim mereka, sementara yang lain tampak sibuk melengkapi administrasi misi.

Lei Nan, Yi Hua, Zhang Wei, dan Mei Ling berdiri di dekat papan misi, memeriksa pilihan yang ada. Mereka baru saja tiba setelah berjalan melalui lorong panjang yang dipenuhi dengan aura magis. Meski aura tersebut terasa menekan, mereka semua telah mengatasi perasaan itu dan sekarang siap untuk memilih misi pertama mereka sebagai tim.

Saat mereka asyik berdiskusi, terdengar suara tawa dari kejauhan. "Hahaha, aku tak menyangka nona Yi Hua akan datang ke Aula Misi," suara itu penuh dengan ejekan halus.

Mereka berbalik dan melihat tiga orang berjalan mendekat. Pemimpin mereka adalah seorang pria muda dengan ekspresi sombong dan tatapan merendahkan. Di sampingnya, dua orang pengikutnya mengikuti dengan setia, tampak sama sombongnya.

Yi Hua menyipitkan mata, mengenali pria itu. "Apa yang kau lakukan di sini, Jin Zu?" jawabnya dengan nada ketus.

Jin Zu tersenyum penuh arti, "Aku hanya ingin mengambil misi, nona." Dia melirik dengan tatapan tajam, senyumnya tampak sinis. "Dan aku tak sengaja melihatmu di sini, jadi aku pikir akan menyenangkan mengajakmu bergabung dengan tim kami."

Yi Hua mendengus, jelas merasa terganggu. "Jika kau ingin mengambil misi, cepatlah pergi. Tidak perlu bertele-tele menyapaku," ucapnya dengan nada tegas.

"Hahaha, nona Yi Hua," Jin Zu tertawa ringan. "Aku hanya berpikir, mungkin kau ingin bergabung dengan tim kami. Lagi pula, kau tahu, akan lebih baik berada di sisi yang lebih kuat," ucapnya, jelas menekankan pada kata "kuat".

Yi Hua merasakan amarahnya mulai membara, tetapi dia berusaha menenangkan diri. "Jin Zu, cukup. Aku sudah memiliki timku sendiri." Dia melirik ke arah Lei Nan, Zhang Wei, dan Mei Ling. Meskipun mereka baru pertama kali bekerja sama, dia merasa mereka adalah tim yang baik.

Jin Zu mengerutkan dahi, ekspresi menghina terpampang jelas di wajahnya. Tatapannya jatuh pada Lei Nan, lalu tersenyum sinis. "Nona, apakah kau yakin ingin bergabung dengan kelompok ini? Mereka terlihat seperti... sampah," katanya dengan nada meremehkan.

"Jin Zu!" Yi Hua menegaskan suaranya, amarahnya jelas terdengar. "Apa maksudmu?"

"Hahaha, nona," Jin Zu tertawa lagi, kali ini lebih lebar. "Aku hanya khawatir kau akan terbebani. Mereka hanya akan menjadi beban untukmu. Lebih baik kau bergabung denganku," lanjutnya, seolah-olah memberikan saran yang bijak.

Aura di sekitar Yi Hua tiba-tiba berubah, auranya meledak dengan kekuatan yang menakutkan. Seluruh ruangan terasa bergetar sejenak, dan beberapa orang di sekitar mereka tampak kaget. "Jin Zu, ini peringatan terakhir dariku. Pergi, sebelum aku kehilangan kesabaran," ucapnya dengan tegas, suaranya dingin seperti es.

Jin Zu yang sebelumnya tampak tenang, sekarang terlihat sedikit terguncang. Dia mengangkat alis, memperhatikan aura Yi Hua dengan lebih serius. "Aku tidak menyangka kau berada di tahap Penyerapan Akar Suci tingkat lima," ujarnya, kali ini dengan nada yang lebih serius.

Semua orang di sana, termasuk Lei Nan, terkejut mendengar pernyataan itu. Mereka sudah menduga bahwa Yi Hua adalah seorang yang kuat, tetapi mengetahui kekuatan sebenarnya membuat mereka terkesima. Lei Nan sendiri merasa kagum dan sedikit minder, menyadari betapa jauh level kekuatan mereka berbeda.

Jin Zu menghela napas dan melangkah mundur. "Baiklah, nona. Aku akan pergi. Tapi ingat, tawaranku selalu terbuka," katanya dengan nada setengah bercanda. Saat dia melewati Lei Nan, dia berbisik dengan nada rendah, "Sampah."

Lei Nan tetap diam, menahan diri untuk tidak bereaksi. Namun, Yi Hua mendengar dan segera merespons dengan nada tajam, "Kau ini!" Namun, sebelum dia bisa melanjutkan, Lei Nan menenangkannya dengan meletakkan tangan di pundaknya.

"Sudahlah, Yi Hua. Tidak perlu memperpanjang masalah," kata Lei Nan dengan tenang, menunjukkan kedewasaan dalam situasi itu.

Yi Hua mengangguk, meskipun masih merasa kesal. "Baiklah, tapi kita tidak akan membiarkan mereka meremehkan kita lagi," ucapnya dengan penuh tekad.

Setelah Jin Zu pergi, kelompok mereka kembali fokus pada papan misi. Mata Lei Nan tertuju pada sebuah misi yang tampak menarik. "Nona, sepertinya ini cocok. Kita hanya perlu menjelajahi sebuah bangunan kuno dan hadiahnya cukup besar, 100 poin tim," ucapnya sambil menunjuk pada deskripsi misi.

Yi Hua melihat ke arah yang ditunjuk Lei Nan dan mengangguk setuju. "Baiklah, kita ambil misi ini," katanya. Zhang Wei dan Mei Ling juga setuju, merasa antusias dengan tantangan baru yang menanti mereka.

Setelah menyelesaikan administrasi misi di meja resepsionis, mereka bersiap untuk berangkat. Mereka mengumpulkan perlengkapan yang diperlukan, termasuk bahan makanan dan persediaan dasar untuk perjalanan. Pagi itu, mereka memulai perjalanan menuju Kerajaan Hu, tempat bangunan kuno tersebut berada.

Perjalanan Menuju Kerajaan Hu

Hari pertama perjalanan diisi dengan percakapan ringan. Mereka berbagi cerita dan saling mengenal lebih dalam. Yi Hua, yang biasanya terlihat tegas dan serius, ternyata memiliki sisi lembut. Dia sering memeriksa kondisi anggota tim, memastikan semua berjalan lancar.

"Lei Nan, kau sepertinya sudah berpengalaman dalam menjelajahi tempat-tempat seperti ini," kata Yi Hua, mengawali percakapan saat mereka berhenti untuk istirahat di bawah pohon rindang.

Lei Nan tersenyum, mengingat petualangannya sebelumnya. "Ya, meskipun ini pertama kalinya aku menjalani misi resmi. Tapi aku pernah menjelajahi Lembah Petir yang dianggap peninggalan kuno oleh banyak orang," jawabnya.

Zhang Wei tertawa kecil. "Bangunan kuno biasanya menyimpan banyak harta. Jika kita berhasil, ini akan menjadi prestasi besar," ujarnya dengan mata berbinar.

Mei Ling yang selalu ceria menambahkan, "Dan jangan lupa, 100 poin tim! Bayangkan apa yang bisa kita dapatkan dengan itu!" katanya dengan penuh semangat.

Mereka melanjutkan perjalanan, menikmati pemandangan yang indah. Bukit-bukit hijau dan sungai-sungai jernih menemani mereka sepanjang jalan. Sesekali, mereka bertemu dengan penduduk desa yang ramah, yang memberikan petunjuk arah dan bahkan beberapa makanan ringan untuk perjalanan mereka.

Pada hari kedua, mereka tiba di perbatasan Kota Teratai Ungu. Kota ini terkenal dengan keindahan bunga teratai yang mekar di sepanjang sungai. Warga kota menyambut mereka dengan ramah, memberikan tempat untuk beristirahat dan mempersiapkan diri sebelum melanjutkan perjalanan ke bangunan kuno.

Sambil menikmati hidangan khas kota tersebut di sebuah kedai kecil, Lei Nan tidak bisa menahan kekagumannya. "Kota ini sungguh indah. Tidak heran disebut Kota Teratai Ungu," ujarnya sambil menatap pemandangan di luar jendela.

Yi Hua mengangguk setuju. "Ya, suasananya sangat tenang. Ini tempat yang sempurna untuk mempersiapkan diri," jawabnya sambil tersenyum kecil.

Namun, Mei Ling yang duduk di sebelahnya mengamati sekeliling dengan cermat. "Tapi sepertinya banyak orang yang berpikiran seperti kita," katanya pelan, memperhatikan beberapa orang bersenjata di sekitar mereka.

Lei Nan mengangguk. "Mungkin tempat yang kita tuju adalah makam seseorang yang penting. Mari kita mencari penginapan dulu, lalu kita bisa mencoba mencari informasi lebih lanjut dari orang-orang," sarannya.

Setelah menemukan penginapan yang nyaman, mereka masuk dan disambut oleh resepsionis yang ramah. Sebelum mereka sempat berbicara, seorang pria muda dengan senyum mesum mendekat.

"Hehe, nona cantik, maukah kau menemaniku minum malam ini?" tanyanya dengan nada menggoda, matanya tertuju pada Yi Hua.

Yi Hua menatap pria itu dengan dingin. "Maaf, Tuan. Aku tidak tertarik. Kau bisa pergi," jawabnya singkat, jelas risih dengan perilaku pria itu.

Pria itu terkejut, tidak menyangka mendapat penolakan. "Apa?! Kau... pelacur!" bentaknya, kemudian meraih tangan Yi Hua dengan kasar.

Sebelum dia sempat bereaksi lebih jauh, sebuah kilatan tajam melesat dan menembus udara. Dalam sekejap, jari pria itu terputus. Dia menjerit kesakitan, jatuh ke lantai sambil memegangi tangannya yang berdarah.

Lei Nan berdiri di tempatnya, matanya dingin. "Maaf, tanganku licin," ucapnya tenang, menatap pria itu dengan senyum tipis.

Kejadian itu menarik perhatian semua orang di penginapan. Banyak yang berhenti makan dan menatap ke arah mereka, beberapa dengan wajah terkejut, yang lain dengan tatapan kagum.

"Kau... bajingan!" pria itu menggeram, penuh amarah. "Kalian, habisi dia!" teriaknya pada sekelompok pria yang duduk di meja lain.

Delapan pria segera berdiri, bersiap untuk menyerang. Namun, sebelum mereka sempat mendekati kelompok Lei Nan, sebuah suara tua terdengar.

"Tuan-tuan, orang tua ini ingin bersantai. Bisakah kalian pergi?" suara itu tenang namun penuh kewibawaan. Seorang pria tua, dengan rambut putih dan janggut panjang, duduk di sudut ruangan dengan secangkir alkohol di tangannya.

"Apa urusanmu pak tua."namun belum sempat pria itu berkata lebih jauh dirinya segera di hentikan bawahanya.

Pria yang hendak menyerang berhenti sejenak, memandang ke arah pria tua itu. Salah satu dari mereka segera mengenali simbol di jubah pria tersebut sebuah bangau yang elegan. "Bos, tenanglah. Kau tidak melihat jubahnya?" bisik seorang bawahan.

Jubah pria tua itu jelas menunjukkan identitasnya. "Maafkan kami, Tuan. Kami tidak mengenali Pendekar Bangau Es," ucap salah satu dari mereka dengan hormat, menunduk dalam-dalam.

Seluruh penginapan terdiam, terpana mengetahui identitas pria itu. Pendekar Bangau Es adalah nama yang sangat dihormati, legenda dalam dunia seni bela diri. Lei Nan, yang tidak begitu mengenal tokoh-tokoh terkenal, hanya bisa berdiri dalam kebingungan.

Pria yang sebelumnya berurusan dengan Lei Nan segera mundur. "Maafkan kami," katanya lagi, kali ini dengan nada lebih lembut. Dia menatap Lei Nan dengan mata penuh kebencian dan berkata, "Kau akan menyesal," sebelum pergi bersama anak buahnya.

Setelah mereka pergi, suasana penginapan kembali tenang, meskipun masih terasa ketegangan di udara. Beberapa pengunjung yang terkejut mulai kembali ke aktivitas mereka, meskipun banyak yang masih mencuri pandang ke arah kelompok Lei Nan.

Yi Hua menghela napas, mencoba meredakan amarahnya. "Orang-orang seperti mereka selalu membuatku kesal," katanya pelan, meskipun nada suaranya menunjukkan betapa terganggunya dia.

Lei Nan menanggapi dengan tenang, "Kita akan terus menghadapi orang-orang seperti mereka. Yang penting adalah bagaimana kita menghadapinya." Dia melihat sekeliling, memastikan tidak ada lagi yang akan mengganggu mereka.

Pendekar Bangau Es menatap mereka dengan pandangan penuh rasa ingin tahu. "Kalian adalah orang-orang yang menarik," katanya dengan senyum kecil. "Jarang sekali melihat anak muda yang berani dan punya kemampuan seperti kalian."

Lei Nan membungkuk sedikit sebagai tanda hormat. "Terima kasih atas bantuan Anda tadi, Tuan. Kami tidak ingin menyebabkan keributan di sini," ucapnya dengan sopan.

Pendekar Bangau Es mengangguk. "Tidak perlu berterima kasih. Aku hanya tidak suka melihat kekerasan yang tidak perlu, terutama di tempat damai seperti ini." Dia kemudian menatap Yi Hua dengan pandangan tajam. "Kekuatanmu luar biasa. Terus asah kemampuanmu, dan jangan biarkan emosimu menguasaimu," nasihatnya.

Yi Hua mengangguk, mencoba menyembunyikan rasa malu karena teguran halus itu. "Saya akan mengingatnya," jawabnya dengan hormat.

Setelah perbincangan singkat itu, Pendekar Bangau Es bangkit dan pergi, meninggalkan penginapan dengan langkah tenang. Kejadian tersebut meninggalkan kesan mendalam pada kelompok Lei Nan. Mereka menyadari bahwa dunia yang mereka masuki penuh dengan individu kuat dan berpengaruh, dan mereka harus lebih berhati-hati ke depannya.

1
Derajat
Apakah Ada hub dg Aliran hitam yg mulai bergerak
bogel
teyuuuz
bogel
lanjuuuut
@ᴛᴇᴘᴀsᴀʟɪʀᴀ ✿◉●•◦
Iyeeeees
Derajat
Bocah Nakal... bagaimana tidak Hanton berpakaian seperti Biksu tapi suka Mabuk kepayang
bogel
gasss
bogel
tooop
algore
joz
algore
jos
@ᴛᴇᴘᴀsᴀʟɪʀᴀ ✿◉●•◦
Iyeeeees
Derajat
Naga laut
Di AZ
Luar biasa
@ᴛᴇᴘᴀsᴀʟɪʀᴀ ✿◉●•◦
Yuhuuuuu
Derajat
Alur yang bagus... dan ceritanya cukup Seru 🙏
algore
joz
algore
jos
bogel
gasss
bogel
toppp
@ᴛᴇᴘᴀsᴀʟɪʀᴀ ✿◉●•◦
Yuhuuuuu
Yogi Yogi
semua ilustrasi ini seolah olah semua wajah mirip perempuan. bentuk dagunya lancip.
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!