REINKARNASI berkali-kali dan berpacaran dengan seorang MALAIKAT TERKUTUK? Oh, please! Itu hanyalah sebuah cerita fantasi!
Tapi di Cerita ini, semuanya terasa... NYATA!
Kisah CINTA terlarang antara Manusia dan Malaikat, yang menyebabkan terjadinya peperangan antara Malaikat dan Golongan Terasing.
Golongan Terasing adalah Makhluk Abadi yang memburu seorang Myra Ainsley (Manusia), karena sudah menyalahi TAKDIR dengan melakukan REINKARNASI berkali-kali.
Itulah sebabnya Ignatius (Malaikat), menyembunyikan Myra Ainsley di sekolah tempat manusia setengah malaikat (NEPHILIM) agar terhindar dari kematian.
-Apakah Ignatius berhasil memerangi para MAKHLUK ABADI itu?
-Apakah Myra Ainsley berhasil mempertahankan hidupnya di Reinkarnasi terakhirnya?
Ikuti kisah "THE CURSED ANGEL" hanya di NovelToon... ❤
👣Follow Me👣
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aurora79, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
TCA-33 : KAPAL PESIAR!
...----------------...
Hening sesaat!
Tiba-tiba Myra terlonjak ketika mendengar pengeras suara di lorong berbunyi. Yang lainnya menatap Myra seakan dia sudah gila, tapi Myra masih terbiasa dengan pengumuman hukuman di Two Sword & Tiger.
Tapi di sini, suara Calliope yang menenangkan memenuhi ruangan:
🎛: Selamat pagi, Laware. Bagi yang mengikuti perjalanan dengan kapal pesiar hari ini, bus ke marina akan segera berangkat sepuluh menit lagi. Silahkan berkumpul di jalan masuk Selatan untuk di absen. Dan jangan lupa untuk mengenakan pakaian yang hangat!.
Brent segera menyambar kue lagi untuk di perjalanan.
Skyler mengenakan sepatu boot bermotif polkadot.
Nalani mengencangkan ikatan penutup telinganya yang berwarna merah muda dan.mengangkat bahu pada Myra.
"Rencana kita gagal! Kita terpaksa mempercepat acara penyambutan!" ujar Nalani dengan nada pasrah.
"Duduklah di dekat kami nanti, ketika di dalam bus. Kita bisa merancangnya selama perjalanan ke Noyo Point!" ujar Ivory kepada Myra.
Noyo Point....
Myra berusaha keras untuk menelan potongan roti gandum yang ada di mulutnya, ketika mendengar kata itu.
Ekspresi wajah mayat gadis Yang Terasing, perjalanan pulang yang menyebalkan bersama Cyrill.... Ingatan itu membuat bulu kuduk Myra meremang.
Pernyataan Cyrill yang mengatakan bahwa pemuda itu telah menyelamatkan nyawanya, sama sekali tidak membantu. Tepat ketika Cyrill mengatakan kepadanya untuk tidak meninggalkan lingkungan sekolah kembali.
Aneh sekali saat Cyrill mengatakan itu, seakan-akan dia dan Ignatius bersekongkol!
Myra mengulur-ulur waktu sambil duduk di pinggiran tempat tidurnya.
"Jadi kita semua akan pergi?" tanya Myra kepada mereka yang ada di sana.
Myra belum pernah melanggar janjinya kepada Ignatius. Tapi kali ini, dia mencoba untuk mengacuhkan janji tersebut.
"Tentu saja kita semua pergi! Kenapa tidak?" jawab Brent sambil menyambar tangan Myra.
Myra sedikit merasa bimbang. Tapi otaknya berkata, jika bukan Golongan Yang Terasing itu yang mengemudikan kapal pesiar ini. Walaupun Myra merasa paranoid akan terbunuh kembali, tapi perjalanan ini adalah hal yang berbeda.
Inilah saatnya Myra untuk memilih:
Dia bisa tetap tinggal di sekolah dengan aman, seperti yang diperintahkan Ignatius dan Cyrill kepadanya seperti seorang tahanan....
Atau dia melangkah keluar pintu bersama teman-teman barunya dan membuktikan kepada dirinya sendiri, bahwa kehidupannya adalah resiko yang harus dia hadapi!
...----------------...
Setengah jam kemudian, Myra dan setengah murid-murid Laware sedang memandangi sebuah kapal pesiar Austal mewah sepanjang empat puluh meter berwarna putih terang.
Cuaca di Laware sudah terlihat cerah, tapi diatas air yang berada di samping marina masih ada lapisan tipis kabut sisa kemarin.
Ketika turun dari bus, Calliope bergumam dan mengangkat kedua telapak tangannya ke udara.
"Sudah Cukup!"
Dengan santai, Calliope menggerakkan tangannya seperti sedang menggeser tirai jendela.
Dia menyibakkan kabut tersebut dengan jemarinya, dan membuka sebidang langit cerah tepat diatas kapal pesiar mewah tersebut.
Hal itu dilakukan oleh Calliope dengan halus, sehingga tidak ada seorang pun dari murid Non-Nephilim dan guru yang menyadarinya. Mereka hanya sadar, jika alam tiba-tiba berubah dengan sendirinya.
Berbeda dengan Myra yang terpaku dengan mulut ternganga, dia tidak yakin dengan apa yang baru saja dia saksikan. Hingga suara Ivory yang bertepuk tangan pelan menyadarkannya.
"Mengagumkan...! Seperti biasa..." ujar Ivory memuji Calliope.
"Hmm... Terlihat lebih baik, bukan?" jawab Calliope sambil tersenyum tipis.
Myra akhirnya menyadari adanya 'sentuhan-sentuhan' kecil hasil kerja para Malaikat selama perjalanan tadi.
Bus yang mereka sewa jauh lebih mulus saat berjalan di bawah siraman hujan, tidak seperti bus yang umum yang dia naiki sehari sebelumnya. Etalase-etalase toko hari ini terlihat lebih cerah, seakan-akan seluruh kota ini baru saja di cat dalam semalam.
Murid-murid berbaris untuk menaiki kapal pesiar yang tampak menakjubkan dan mewah itu. Bentuknya yang seperti 'ikan paus' itu terlihat halus dan gagah dengan tambahan wahana roller coaster di bagian belakang geladak kapal.
Myra bisa melihat melalui jendela-jendela yang berukuran raksasa di dalam tiga buah kabin berperabotan mewah. Sedangkan di marina yang berhawa hangat dengan cahaya matahari yang bersinar terang, membuat Myra melupakan kekhawatiran akan Cyrill dan Golongan Yang Terasing.
...----------------...
Myra mengikuti Brent ke dalam kabin kapal di lantai dua. Dinding berwarna abu-abu tua itu sangat menenangkan, dengan bangku-bangku berwarna hitam putih berjajar di dinding yang melengkung.
Sekitar setengah lusin murid sudah duduk di sana dan mengambil makanan yang telah di sediakan di atas meja-meja rendah.
Di meja bar, Brent membuka sekaleng coke dan membaginya ke dalam dua gelas plastik. Dia menyodorkan satu gelas itu kepada Myra.
"Jadi, Iblis berkata kepada Malaikat: 'Kalian ingin menuntutku? Kalian pikir bisa mencari pengacara di mana?'... Apakah kamu paham? Karena biasanya, semua pengacara...." ujar Brent sambil menyikut Myra.
Apakah ini sebuah lelucon??
Pikiran Myra sedang berada di tempat lain, dan dia tidak menyadari jika Brent sedang menceritakan kepadanya sebuah lelucon.
"Braak.... Hahahahaha...."
Myra memaksakan diri untuk tertawa, bahkan dia tertawa sambil memukul meja bar.
Brent terlihat lega, jika dia tidak curiga melihat reaksi Myra yang berlebihan.
"Wow!... Lelucon yang sangat bagus!" ujar Myra, yang merasa buruk ketika menghentikan tawa palsunya.
Di sebelah kiri mereka ada Bethany, si kembar tiga jangkung berambut merah yang berkenalan dengan Myra waktu hari pertamanya di sekolah. Dia tidak jadi menggigit daging ikan tuna yang baru akan dia masukkan ke dalam mulutnya.
"Lelucon garing macam apa itu?!" ujar Bethany sambil mengerutkan bibirnya ke arah Myra.
"Kamu benar-benar menganggapnya lucu, heh? Apakah kamu pernah ke Neraka? Itu bukanlah suatu bahan candaan. Tidak aneh jika mendengarnya dari seorang Brent Adair, tapi aku sangka kamu punya selera yang lebih bagus..." ujar Bethany dengan nada sedikit tidak suka.
Myra terkejut mendengarnya.
"Aku tidak menyangka jika ini berhubungan dengan selera. Jika benar begitu, maka aku benar-benar setuju dengan Brent!" ujar Myra kepada Bethany.
"Ssssst!"
Jemari tangan Calliope tiba-tiba sudah berada di atas bahu Myra dan Bethany.
"Ingat! Masalah apapun, kalian sedang berada di sebuah kapal pesiar bersama tujuh puluh tiga murid Non-Nephilim. Nasihat untuk hari ini adalah 'Hati-Hati'..." ujar Calliope memperingatkan.
Ini masih menjadi sesuatu hal aneh tentang Laware untuk Myra. Selama ini mereka menghabiskan waktu bersama murid-murid biasa di sekolah, berpura-pura tidak melakukan apa pun yang sebenarnya mereka lakukan di dalam Nephilim Lodge.
Myra masih ingin bicara kepada Calliope tentang Para Pemberitahu, untuk mengungkapkan apa yang dia lakukan minggu itu di hutan.
Calliope sudah berlalu pergi, dan Skyler tiba-tiba sudah ada di samping Brent dan Myra.
"Menurut kalian...." ujar Shelby terjeda.
"Maksudnya?" tanya Brent.
...----------------...
semangat berkarya!!
mari terus saling mendukung untuk seterusnya 😚🤭🙏
next ya sengku, dtunggu chapter berikutnya. semangat😍🌹