35 Hari Setelah Pernikahan

35 Hari Setelah Pernikahan

Pesta Pernikahan

Pesta pernikahan itu berlangsung dengan meriah. Selaras dengan raut wajah sepasang pengantin yang sedang berdiri di atas pelaminan. Mereka tersenyum sumringah. Tergambar jelas kebahagiaan di wajah keduanya.

"Selamat ya!"

"Selamat. Semoga sakinah, mawadah, dan warahmah."

"Wah, akhirnya nikah juga."

"Selamat, Bro."

"Selamat, Mbak."

"Selamat ya, Cantik."

Ucapan selamat datang silih berganti dari para tamu undangan. Semua seolah turut berbahagia atas pernikahan kedua insan itu.

"Hai Ian, happy wedding ya. Semoga bahagia," ujar seorang wanita dengan seorang anak kecil di gendongannya.

Laki-laki yang bernama Andrian itupun tersenyum. "Hai Marissa. Terima kasih ya udah repot-repot datang," ucap Andrian.

"Om Ian, gendong." Anak kecil di gendongan Marissa tiba-tiba mengulurkan tangannya pada Andrian. Seperti sudah biasa, Andrian pun menyambut tangan kecil itu dan meraihnya ke dalam gendongannya. Gadis kecil itupun tersenyum lebar saat sudah berada di gendongan Andrian.

"Maaf ya, Ya. Anakku udah nempel banget sama Ian soalnya. Nggak bisa liat Ian sedikit, langsung minta gendong aja," ujar Marissa pada sang pengantin perempuan yang kerap dipanggil Yaya itu.

Nama panjangnya sebenarnya adalah Rayana Khanzania. Karena saat kecil ia tidak bisa menyebut huruf R, jadi ia kerap menyebut namanya sendiri Yaya, bukan Raya. Hingga akhirnya panggilan itu melekat hingga dewasa.

Yaya tersenyum kecil. Ia memang sudah tahu kalau Marissa merupakan sahabat laki-laki yang baru beberapa saat lalu menjadi suaminya.

"Iya, Mbak. Nggak papa. Mungkin itu karena ia melihat figur seorang ayah pada diri Mas Rian. Makanya dia sampai nempel gitu ke Mas Rian." Yaya berusaha memaklumi. Terlebih ia tahu kalau Marissa seorang janda. Bahkan Andrian kerap bertemu dengannya sambil mengajak gadis kecil bernama Tania itu. Apalagi saat melihat Tania, Yaya kerap teringat masa lalunya yang tidak memiliki seorang ayah. Ia pun memaklumi sikap manja Tania pada Andrian–suaminya.

Yaya tersenyum melihat Tania yang begitu manja pada Andrian. Saat Yaya mengalihkan pandangannya pada Marissa, entah mengapa ia melihat tatapan Marissa pada suaminya terlihat berbeda. Namun, Yaya tidak mau terlalu memikirkannya. Sebab yang ia tahu, Marissa merupakan sahabat kecil Andrian. Bahkan semua anggota keluarga Andrian pun mengenal baik Marissa.

"Dia benar-benar contoh family man. Pasti kalau kalian punya anak, dia akan sayang banget sama anak kalian." Yaya tersenyum mendengar kata-kata itu. Yaya pun mengakui kalau Andrian memang begitu telaten mengurus anak kecil. Namun, berbeda dengan ekspresi Marissa yang tampak sendu. "Ah, maaf, kok aku jadi melow ya. Mungkin karena aku kasihan sama Tania yang nggak pernah merasakan kasih sayang ayahnya. Sekali lagi selamat, ya." Marissa mencoba tersenyum lebar. Ia pun meminta Tania segera turun dari gendongan Andrian yang kerap ia sapa Ian itu.

"Tania, ayo turun, Nak!"

"Nggak mau. Mau cama Om Yan."

"Tapi Om masih sibuk, Nak."

"Ndak mau. Pokokna mau cama Om Yan," tolak Tania yang kini justru sudah memeluk erat leher Andrian. Marissa tampak salah tingkah. Yaya pun bingung harus apa sebab di belakang Marissa telah berjajar tamu undangan yang ingin bersalaman.

"Udah Sa. Nggak papa. Biar Tania sama aku aja."

"Tapi Ian ...."

"Mas." Yaya ingin meminta suaminya segera menyerahkan Tania pada Marissa mengingat mereka masih harus meladeni para tamu undangan. Tapi Andrian justru tidak mengindahkannya. Ia justru memilih mengajak Tania bersalaman dengan para tamu undangan membuat Yaya rasanya ingin kesal. Tapi ia mencoba bersabar. 'Namanya juga anak kecil,' batin Yaya mencoba menenangkan diri sendiri.

...***...

Resepsi pernikahan yang dilakukan di sebuah ballroom hotel itu pun akhirnya usai. Para tamu undangan pun akhirnya mulai undur diri menyisakan keluarga dan para pekerja saja.

"Pesta pernikahannya cukup meriah, Besan. Meskipun diselenggarakan di hotel kelas tiga, tapi ternyata tetap cukup meriah. Saya tadi sudah cukup was-was lho. Saya pikir tadi pestanya akan terasa membosankan. Untung saja tidak," ujar pak Priambodo–ayah Andrian.

Danang tersenyum kaku. Kata-kata pak Priambodo memang terdengar memuji, tapi juga seakan merendahkan.

"Semua karena kerja sama semua pihak. Lagipula ballroom ini sudah cukup kok untuk menampung para tamu undangan. Yang penting semua sudah terkonsep dengan baik. Ditambah tangan-tangan yang memang ahli di bidangnya membuat acara ini berlangsung sesuai ekspektasi."

"Tapi tempatnya ini nggak sesuai ekspektasi, Pak. Padahal anda seorang dokter kepala, seharusnya bisa dong mengadakan pesta pernikahan di tempat yang jauh lebih baik. Bukan ballroom hotel kelas tiga seperti ini," celetuk Bu Nurlela–ibu Andrian.

"Ma, bisa bantu ambil Tania," ucap Andrian sengaja agar ibunya tidak kembali mengeluarkan kata-kata yang bisa menyinggung orang tua Yaya.

"Oh, si cantik ternyata ketiduran. Sini, sini, ikut sama Oma." Ternyata sejak tadi Tania masih berada dalam gendongan Andrian. Nurlela pun segera mengambil Tania dari gendongan Andrian.

Djiwa yang melihat itu pun menghampiri sang kakak. "Dia siapa sih, Mbak? Kok minta gendong Mas Rian melulu? Dia bukannya anak kekasih gelapnya Mas Rian 'kan?" celetuk Djiwa yang masih duduk di bangku SMA itu.

"Hush, jangan bicara sembarangan!" sergah Yaya pada adalah adiknya yang memiliki selisih 12 tahun tersebut. "Dia itu Tania, anak Mbak Marissa, sahabatnya Mas Rian," tukas Yaya memberitahu.

"Sahabat?" Alis Djiwa menukik tajam. Ia tersenyum remeh.

"Udah nggak usah mikir macam-macam. Mbak mau ke kamar dulu."

"Mau ngapain? Cie, cie, mau buat dedek bayi ya?" goda Djiwa.

"Djiwa! Anak kecil nggak boleh ngomong sembarangan," sergah Yaya dengan pipi memerah.

"Yaya, anak Papa." Danang menghampiri Yaya. Ditatapnya wajah anak sambungnya yang begitu ia sayangi itu. Ia tidak pernah membedakan Yaya dengan adiknya. Baginya, kedua anaknya adalah anugerah terindah dari Yang Maha Kuasa. Berkat Yaya pula akhirnya ia bisa bertemu dengan Dina yang mana sudah berhasil membantunya menyembuhkan luka hati yang ia buat sendiri.

"Papa." Mata Yaya berkaca-kaca saat melihat laki-laki paruh baya yang berhasil menjadi cinta pertamanya itu. Meskipun Danang hanya ayah sambung, tapi berkat Danang ia bisa merasakan kasih sayang seorang ayah yang telah lama ia rindukan.

"Selamat atas pernikahannya, ya, Sayang. Semoga jadi pasangan sakinah, mawadah, dan warahmah. Putri Papa kini sudah menikah. Sudah menjadi seorang istri dan mungkin tak lama lagi akan menjadi seorang ibu. Berbahagialah, Sayang. Jangan lupakan Papa, ya. Dan kalau ada apa-apa atau butuh sesuatu, ingatlah, ada Papa yang akan selalu ada untukmu," ujar Danang dengan mata berkaca-kaca. Ia bahagia karena sudah berhasil mengantarkan anaknya ke pintu gerbang pernikahan. Namun, Danang sedikit sedih, setelah ini pasti putrinya akan lebih sibuk dengan suaminya. Akan tetapi, Danang tidak mempermasalahkan itu sebab baginya yang terpenting adalah kebahagiaan sang anak.

"Papa." Bibir Yaya melengkung ke bawah. Ia mulai tersedu. Danang lantas memeluk tubuh Yaya yang sudah bergetar. Dina yang melihatnya terasa terharu. Inilah yang membuat Dina tak henti-henti jatuh cinta pada suaminya. Kasih sayangnya begitu tulus. Tak pernah sedikitpun Danang mengungkap masa lalu Yaya. Ia pun tidak pernah membedakan baik Yaya maupun Djiwa. Ia seorang family man sejati.

Dina pun ikut meneteskan air matanya. Dari samping, Djiwa merangkul pundak sang ibu.

"Mama pelukannya sama Djiwa aja yuk." Djiwa tersengih. Dina terkekeh seraya menghapus air matanya. Danang yang menyadari keberadaan dua orang kesayangannya yang lain pun meminta mereka mendekat. Ia pun ikut merangkul keduanya.

"Ck, kayak nggak bakal ketemu lama aja pake pelukan kayak gitu," bisik Nurlela saat melihat keempat orang itu berpelukan.

"Ma, udah. Entar ada yang dengar 'kan nggak enak," sergah Andrian membuat sang mama mendengkus.

"Tapi emang keluarga istrimu itu lebay sih, Kak. Kayak apa aja gitu," timpal Ellena–kakak perempuan Andrian.

"Tuh, Ellen aja setuju ucapan Mama." Andrian menghela nafasnya dan segera menjauh daripada terus mendengar ocehan ibu dan kakak perempuannya itu.

...***...

...Halo everybody, selamat datang di cerita kesekian D'wie. Mohon dukungannya dengan tidak skip bab ya! Semoga suka dengan ceritanya. Terima kasih. ❤️❤️❤️...

...***...

...Happy reading 🥰🥰🥰...

Terpopuler

Comments

bunda syifa

bunda syifa

, apakah ini cerita squel Thor

2024-12-01

2

Mbak Rina

Mbak Rina

baru baca dah nggak respek dgn keluarga pengantin prianya 😀

2024-11-29

2

Happy Family

Happy Family

jika memang tak suka keluarga itu Dr awal... kenapa setuju anaknya dinikahkan? benci betullah...

2024-12-09

0

lihat semua
Episodes
1 Pesta Pernikahan
2 Malam pertama
3 Kecewa
4 Alasan kebencian
5 Di pantai
6 6
7 Pulang
8 Tempat kembali
9 Dilema
10 Layu sebelum berkembang
11 Pulang
12 Foto
13 Makan siang
14 Tercabik-cabik
15 ide
16 Mengikuti
17 Hancur
18 FWB
19 Akhirnya tahu
20 Geram
21 Djiwa in action
22 Pengadilan agama
23 Kedatangan ...
24 Curi-curi pandang
25 I-itu ...
26 Hati seorang ibu
27 Lho, kok ...
28 28
29 Dinding
30 Dia ...
31 Dapur
32 Kamar mandi
33 Tawaran tak terduga
34 Restoran
35 Pergi
36 Kehilangan
37 Di rumah sakit
38 Menyesal
39 Terbayang
40 Mall
41 Terbelalak dan menganga
42 42
43 43
44 44
45 Diusir
46 46
47 47
48 Suara familiar
49 49
50 50
51 51
52 Usaha Andrian
53 Jodohku
54 Ini ...
55 55
56 Misi
57 kerja sama
58 Berliku
59 Pingin buruan dihalalin
60 60
61 Kepergok
62 62
63 Laki-laki mokondo?
64 Terkezoet
65 Trauma
66 Kamu
67 67
68 68
69 Panic attack
70 Malu
71 Riuh
72 Teriak
73 Ambyar
74 Panas
75 75
76 Gagal lagi?
77 Sunshine, kamu ...
78 78
79 79
80 80
81 81
82 82
83 83
84 84
85 85
86 86
87 87
88 88
89 Patah
90 Ali
91 91
92 92
93 93
94 94
95 95
96 96
97 97
98 98
99 99
100 100
101 101
102 102
103 103
104 104
105 105
106 106
107 107
108 108
109 109 (S2 bag. 1)
110 110 (S2 bag. 2)
111 111 (S2 bag. 3)
112 112 (S2 Bag. 4)
113 113 (S2 Bag. 5)
114 114 (S2 Bag. 6)
115 115 (S2 Bag. 7)
116 116 (S2 Bag. 8)
117 117 (S2 Bag. 9)
118 118 (S2 Bag. 10)
119 119 (S2 Bag. 11)
120 120 (S2 Bag. 12)
121 121 (S2 Bag. 13)
122 122 (S2 Bag. 14)
123 123 (S2 Bag. 15)
124 124 (S2 Bag. 16)
125 125 (S2 Bag. 17)
126 126 (S2 Bag. 18)
127 127 (S2 Bag. 19)
128 128 (S2 Bag. 20)
129 129 (S2 Bag. 21)
130 130 (S2 Bag. 22)
131 131 (S2 Bag. 23)
132 132 (S2 Bag. 24)
133 133 (S2 Bag. 25)
134 134 (S2 Bag. 26)
135 135 (S2 Bag. 27)
136 136 (S2 Bag. 28)
137 137 (S2 Bag. 29)
138 138 (S2 Bag. 30)
139 Bonchap uhuy
Episodes

Updated 139 Episodes

1
Pesta Pernikahan
2
Malam pertama
3
Kecewa
4
Alasan kebencian
5
Di pantai
6
6
7
Pulang
8
Tempat kembali
9
Dilema
10
Layu sebelum berkembang
11
Pulang
12
Foto
13
Makan siang
14
Tercabik-cabik
15
ide
16
Mengikuti
17
Hancur
18
FWB
19
Akhirnya tahu
20
Geram
21
Djiwa in action
22
Pengadilan agama
23
Kedatangan ...
24
Curi-curi pandang
25
I-itu ...
26
Hati seorang ibu
27
Lho, kok ...
28
28
29
Dinding
30
Dia ...
31
Dapur
32
Kamar mandi
33
Tawaran tak terduga
34
Restoran
35
Pergi
36
Kehilangan
37
Di rumah sakit
38
Menyesal
39
Terbayang
40
Mall
41
Terbelalak dan menganga
42
42
43
43
44
44
45
Diusir
46
46
47
47
48
Suara familiar
49
49
50
50
51
51
52
Usaha Andrian
53
Jodohku
54
Ini ...
55
55
56
Misi
57
kerja sama
58
Berliku
59
Pingin buruan dihalalin
60
60
61
Kepergok
62
62
63
Laki-laki mokondo?
64
Terkezoet
65
Trauma
66
Kamu
67
67
68
68
69
Panic attack
70
Malu
71
Riuh
72
Teriak
73
Ambyar
74
Panas
75
75
76
Gagal lagi?
77
Sunshine, kamu ...
78
78
79
79
80
80
81
81
82
82
83
83
84
84
85
85
86
86
87
87
88
88
89
Patah
90
Ali
91
91
92
92
93
93
94
94
95
95
96
96
97
97
98
98
99
99
100
100
101
101
102
102
103
103
104
104
105
105
106
106
107
107
108
108
109
109 (S2 bag. 1)
110
110 (S2 bag. 2)
111
111 (S2 bag. 3)
112
112 (S2 Bag. 4)
113
113 (S2 Bag. 5)
114
114 (S2 Bag. 6)
115
115 (S2 Bag. 7)
116
116 (S2 Bag. 8)
117
117 (S2 Bag. 9)
118
118 (S2 Bag. 10)
119
119 (S2 Bag. 11)
120
120 (S2 Bag. 12)
121
121 (S2 Bag. 13)
122
122 (S2 Bag. 14)
123
123 (S2 Bag. 15)
124
124 (S2 Bag. 16)
125
125 (S2 Bag. 17)
126
126 (S2 Bag. 18)
127
127 (S2 Bag. 19)
128
128 (S2 Bag. 20)
129
129 (S2 Bag. 21)
130
130 (S2 Bag. 22)
131
131 (S2 Bag. 23)
132
132 (S2 Bag. 24)
133
133 (S2 Bag. 25)
134
134 (S2 Bag. 26)
135
135 (S2 Bag. 27)
136
136 (S2 Bag. 28)
137
137 (S2 Bag. 29)
138
138 (S2 Bag. 30)
139
Bonchap uhuy

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!