Sehari setelah menikah, Ryan kehilangan istri dan mertuanya dalam sebuah kecelakaan. Kemudian ia harus menikahi adik dari istrinya. Namun setelah menikah, ia memperlakukan istri keduanya dengan begitu buruk. Dengan alasan ia tak pernah menginginkan pernikahan itu.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon NovitaEdi Mboknya Gavriel, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
32. Bab 32
Pagi-pagi Luna sudah heboh. Dia kalang kabut mencari barangnya yang hilang. Ryan yang masih mengantuk hanya membuka matanya sedikit. "Ada apa sih Lun?" tanyanya agak kesal.
"Semalem masih kurang?" tanya Ryan kembali memejamkan matanya.
"Kamu tahu obat aku nggak?" Luna masih panik mencari-cari.
"Obat apa?" Ryan masih enggan membuka matanya.
"Obat kontrasepsi." seketika mata Ryan terbuka.
"Obat apa?" ia mengkonfirmasi bahwa apa yang ia dengar itu salah.
"Kontrasepsi. Seingatku aku taruh dilaci." Luna terus mencari. Dia nampak kebingungan dan hampir menangis.
"Kenapa kamu minum obat itu?" wajah Ryan mulai bete. Nada bicaranya pun mulai ketus.
"Ya karena aku nggak mau hamil." jawab Luna dengan cepat.
Namun dengan cepat Ryan menarik tangannya membuat Luna jatuh di kasur. "Kamu apaan sih, aku mau cari obat aku dulu." Luna berusaha bangun, tetapi Ryan terus menariknya.
"Nggak usah dicari! Emang kenapa kalau hamil?" Ryan marah. Dia berseru dengan suara yang cukup keras.
"Kamu nggak mau mengandung anakku?" tanyanya dengan sengit.
Seketika Luna terdiam. Dia terpaku dengan pertanyaan Ryan yang seolah dia mengijinkan Luna untuk mengandung anaknya. Namun sesaat kemudian Luna tersadar. "Apa aku pantas? Kamu aja lebih suka sama Rose. Aku nggak seberani itu buat mengandung anak kamu." jawab Luna dengan kepala tertunduk. Ada rasa kesal di dalam hatinya setiap kali teringat hubungan Ryan dengan Rose.
Luna kemudian bangkit. "Kalau nggak ada ya udah, nanti aku beli lagi aja." gumamnya. Kemudian ia kembali ke dapur untuk menyiapkan sarapan.
Setengah jam kemudian. Setelah mandi dan bersiap. Ryan keluar dari kamar dengan wajah kusut. Dia tidak mau bicara sama sekali. Bahkan dia juga tidak menyentuh sarapan yang Luna siapkan untuknya. Dia pergi tanpa berpamitan kepada Luna.
Luna tak tahu kenapa Ryan tiba-tiba marah dan bersikap dingin terhadapnya. "Kenapa sih? Aneh.." gumamnya seorang diri.
Dia menyayangkan makanan yang telah ia buat untuk suaminya. Tapi sama sekali tidak disentuh oleh Ryan. Akhirnya Luna pun membawa sarapan itu untuk bekalnya di kampus. "Ya udah, aku makan sendiri aja." gumam Luna. Ia memasukan roti lapis buatannya ke dalam kotak bekal.
Namun, ia masih memikirkan kenapa Ryan tiba-tiba mengabaikannya. Dia mulai menebak-nebak sejumlah rentetan kejadian tadi pagi. "Apa mungkin karena aku minum obat setelah berhubungan sama dia?" tanyanya pada dirinya sendiri.
"Tapi nggak mungkin kan aku hamil anak dia? Bukankah yang dia cintai itu Rose?" katanya seorang diri.
"Ah bodo amat. Dia memang orang aneh."
"Aku hanya berharap agar papanya bisa segera sembuh. Karena aku sudah capek hidup kayak gini." Luna merasakan rasa capek yang tak bisa ia ungkapkan. Apalagi sikap Ryan yang berubah-ubah membuatnya semakin lelah. Dia bahkan berpikiran untuk meninggalkan Ryan andai saja papa mertuanya tidak sakit.
Karena untuk apa dia hidup bersama Ryan, sedangkan wanita yang Ryan cintai adalah Rose. Bahkan mereka berdua sering pamer kemesraan di depannya. Sebagai seorang istri, tentu saja Luna merasa kesal.
******
Ryan kembali bersikap dingin. Dia bahkan tidak menyapa balik karyawan yang menyapanya. Padahal beberapa hari ini dia nampak berseri. Dan ramah terhadap karyawannya.
Dito juga bingung dengan sikap bos-nya tersebut. Semenjak menikah dengan Luna, mood Ryan sering banget berubah-ubah. Dia bahkan kewalahan menyesuaikan diri dengan mood bos-nya yang berubah-ubah.
"Menurut kamu, kenapa Luna nggak mau punya anak dari aku? Apa dia suka sama laki-laki lain?" tanya Ryan setelah sekian lama diam.
"Mungkin nyonya muda masih belum mau repot momong anak bos. Nyonya muda mau berkarir." sebenarnya Dito takut menjawab pertanyaan Ryan. Hanya saja kalau dia tidak menjawab, bos-nya akan semakin marah.
"Pasti karena dia suka sama Heksa atau kalau nggak Raditya." Ryan masih kesal setiap kali teringat Luna yang dekat dengan laki-laki lain.
"Apa kurangnya aku? Apa aku tidak lebih tampan dari mereka berdua?" Ryan mulai narsis.
"Tentu saja bos jauh lebih tampan dari mereka berdua. Hanya saja.." Dito berhenti bicara. Tapi itu justru membuat Ryan penasaran.
"Hanya apa?" tanya Ryan penasaran.
"Hanya.. Hanya.."
"Apa? Hanya apa? Ngomong yang jelas!" Ryan menjadi marah. Ia bahkan membentak Dito karena penasaran.
"Hanya saja, mungkin nyonya bos suka lelaki yang menghargai dia." Dito memberanikan diri untuk menjawab pertanyaan Ryan sesuai dengan pendapatnya.
"Jadi menurutmu aku tidak menghargai dia?" Dito menjadi takut dengan pertanyaan bos-nya.
"Bukan.. Bukan gitu maksudnya bos.." Dito bingung mau jawab apa. Dia ketakutan karena wajah Ryan mulai kusut.
"Jadi aku harus gimana memperlakukan dia?" tanya Ryan pelan. Matanya nampak kosong seperti sedang tidak ada ditempatnya.
Dito kaget mendengar pertanyaan Ryan. Padahal dia sudah takut kalau-kalau Ryan akan marah. Tapi ternyata Ryan justru menjadi sedih, terlihat dari raut wajahnya.
Dito tidak lagi menjawab. Dia hanya menatap iba ke arah bos-nya yang masih melamun. Baru pertama kali dia melihat Ryan segalau itu. Sikap itu meyakinkan Dito bahwa Ryan memang sudah jatuh cinta pada istrinya. Wanita yang merupakan adik dari mendiang istri pertamanya. Wanita yang menggantikan peran kakaknya setelah kakaknya meninggal dalam sebuah kecelakaan di malam pertama pernikahannya.
Di tempat lain.
Kafe Ana Bear.
Rey tidak menyerah begitu saja. Pagi-pagi dia sudah berada di kafe tersebut. Padahal kafe itu baru saja buka. Dengan alasan sarapan, dia sengaja menunggu Anabella di kafe tersebut. "Aku pesan omelet dong!" katanya mendekati Anabella yang duduk di meja kasir.
Karena baru buka, jadi pengunjung belum terlalu banyak. Hanya beberapa orang saja yang sedang cari sarapan. Anabella menghela nafas. Dia jengah melihat Rey yang selalu berusaha mendekatinya. "Sama apa lagi pak?" tanyanya.
"Susu putih hangat."
"Ada lagi?"
"Nomer wa kamu." Anabella melirik Rey dengan tajam.
"Itu aja." Rey takut melihat lirikan tajam Anabella.
"Jangan diludahi ya!" bisiknya sebelum bergegas mencari tempat duduk.
Anabella yang tadinya sinis, mulai tersenyum kecil mendengar perkataan Rey. Dia hanya menggelengkan kepalanya melihat tingkah konyol Rey.
Anabella menyibukan diri di meja kasir. Sementara Rey dilayani oleh karyawannya. Rey terus menatap Anabella dengan penuh rasa penasaran. Kenapa wanita seperti Anabella sulit sekali untuk didekati. Padahal biasanya, hanya dengan gombalan mautnya, semua wanita pada klepek-klepek. Apalagi dengan nama besar keluarganya. Para wanita antri mengajaknya berkencan.
Kedinginan Anabella membuat Rey semakin penasaran. Dia bersikeras untuk bisa mendapatkan perhatian Anabella. Dia ingin membuktikan jika dia adalah penakhluk wanita.
Rey mendekati Anabella. "An, udah sarapan belum? Nggak mau sarapan bareng aku?" tanya Rey. Dia berdiri di depan meja kasir sembari terus menatap Anabella.
"Terima kasih pak. Tapi aku sudah kenyang." jawab Anabella dengan sopan. Meskipun agak judes, tapi dia masih bersikap sopan.
"Nanti malam nongkrong yuk!" namun Anabella tidak lagi menjawab. Cukup lama Anabella terdiam, membuat Rey mulai canggung. Ia pun kembali ke tempat duduknya.
*kesalahan pemeran utama pria tidak mudah dimaafkan harus dapat balas dan menderita dulu baru dimaafkan sedangkan kalau pemeran utama wanita buat salah tidak dianggap salah malah dibenarkan ( pemikiran egois wanita)
*kalian melaknat pelakor dan mebinasakannya tapi kalian begitu memuja pebinor dan spesialkannya (ini pemikiran munafik wanita)
kesalahan fatal yang dibenarkan di novel ini yang membuat novel ini tidak bermoral
*istri curhat dengan lelaki lain dibenarkan
*istri pergi dan tinggal dengan lelaki lain dibenarkan
*istri sering kontak fisik dengan lelaki lain dibenarkan
*istri lebih membanggakan pria lain dari pada suami dibenarkan
*istri membela pria lain dibenarkan
minimal pakai hatimu thor bagaimana kalau posisimu
*suamimu curhat dengan wanita lain
*suamimu pergi dan tinggal dengan wanita lain
*suami mu pelukan dengan wanita lain
*suamimu membanggakan wanita lain
*suamimu membela wanita lain didepanmu
apkah kau akan membenarkan jika suamimu berbuat ini semua, jadilah wanita adil dalam berkarya biar novel bagus dalam segala aspek