NovelToon NovelToon
Antara Ada Dan Tiada

Antara Ada Dan Tiada

Status: sedang berlangsung
Genre:Cinta Seiring Waktu / Enemy to Lovers
Popularitas:414
Nilai: 5
Nama Author: Sazzzy

"Apa yang kamu bicarakan Lin Yi? A-aku sudah kotor sejak kecil haha, dan kamu, dan kalian kenapa masih tertarik pada perempuan sepertiku? Sepertinya kalian kurang berbaur ya, diluar sana masih banyak loh gadis yang lebih dariku dari segi fisik dan mental, so, kerjasama kita bertiga harus profesional ya!" Sebenarnya Safma hanya mengatakan apa yang ada dalam pikirannya, walaupun Safma sendiri tidak terlalu paham dengan maksud dari kalimatnya secara mendalam. Tidak ada airmata dari wajah Safma, wajahnya benar-benar pintar menyembunyikan emosinya.

"Safma!" Sudah habis kesabaran Lin Yi, kemudian menarik tangan Safma pelan juga tiba-tiba namun dapat membuat gadis itu terhuyung karena tidak seimbang. "Jangan bicarakan hal itu lagi, hatiku sangat sakit mendengarnya. Kamu terlalu berharga untukku, Please biarkan aku terus mencintaimu!" Lirih Lin Yi dibarengi air mata yang mulai berjatuhan tanpa seijinnya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sazzzy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Baper?

Malam hari, Safma sibuk berkutat di dapur untuk makan malamnya, ia berencana untuk membuat terong ungu yang dibuat ala chicken katsu dan nasi goreng.

Benar, Safma hanya seorang diri sekarang, sedangkan River sudah pulang sejam yang lalu.

Flashback on ...

Tok tok

Suara ketukan pintu kamar membuat Safma mengernyitkan dahinya, lalu segera membuka pintu kamar dan mendapati River berdiri menjulang tinggi disana.

"Kenapa?" Heran Safma.

"Aku izin pulang ke apartemen ku," tahu River menggantung ucapannya seakan menunggu reaksi Safma.

Safma menatap wajah River dengan wajah biasa saja, lalu mengangguk mengerti, "Pulanglah, jika kau mau."

Sadar ekspektasinya tak sesuai, River tersenyum kecut. "Kau tak melarang ku?"

Mendengar itu tentu saja Safma melotot tak percaya, "Untuk apa aku melarang mu?"

Mengangguk mengerti, "Benar juga, untuk apa kamu melarang ku."

"Ternyata kamu cukup dramatis juga," ceplos Safma.

Ekspresi wajah River langsung berganti tertawa, "Sorry, sebenarnya aku izin pulang mau mengurus hal yang harus aku selesaikan sebelum ikut denganmu ke Indonesia."

"Aku tahu," Safma paham.

"Iya," River tak tahu harus berkata apa lagi.

Tangan Safma meminta untuk River sedikit menurunkan tubuhnya agar mereka sejajar dan Safma mudah menjangkaunya.

Setelah itu tangan Safma terulur untuk mengusap lembut surai River dengan wajah yang terlihat teduh. "Selesaikan urusanmu, dan ingat untuk tidak melakukan hal itu lagi. Aku akan menunggumu, jadi datanglah setelah urusanmu selesai."

Deg

Jantung River berdetak kencang, seperti posisi ini tak nyaman untuk reaksi jantungnya. Matanya menatap wajah teduh Safma juga matanya yang terlihat menyakinkan.

Berakhirlah River dengan salah tingkahnya diperlakukan demikian dengan langsung berdiri dan bertindak seperti anak kecil.

"Tentu saja," yakin River berdiri tegap namun kepalanya bergerak kesana-kemari mencoba menyembunyikan telinga dan pipinya yang terasa panas, "Ingat janjiku, setelah urusan ku selesai, aku pasti akan menemui mu yang menungguku." Terdengar sangat semangat.

"Oke." Balas Safma yang terlihat sangat biasa saja, berbanding terbalik dengan River yang salah tingkah seperti cacing kepanasan.

Flashback off ...

Setelah selesai menikmati masakannya, Safma lanjut menonton drama China berjudul admiststorm of love yang diperankan oleh Zhao jinmai sebagai Yinguo dan Wulei sebagai Lin Yi Yang.

Sepanjang episode, Safma gemas dengan chemistry mereka dengan menggigit bibirnya sendiri.

Ah, begitu indah drama itu, dan untuk pria green flag seperti Lin Yi Yang pasti akan sulit ditemuinya di zaman sekarang.

Lalu untuk Yinguo, perannya sangat natural dan gadis itu menggemaskan, bahkan mereka berdua sama-sama berjuang untuk cinta mereka.

Teman-teman mereka juga termasuk green flag, apalagi yang jadi kakak sepupu Yinguo, tampan dan support untuk mereka, padahal sebelumnya aku berfikir akan ada drama menghambat dari kakak sepupu Yinguo.

Benar-benar drama yang bertabur bintang dan berlian, untuk tokohnya juga green flag. Tapi tidak membosankan, malah senam jantung tiap scene yang membuat Safma merasa ingin juga punya pacar namun ia sendiri saat didekati malah menjauh seperti dari planet lain.

Kemudian sampai di endingnya, benar-benar sesuai ekspektasi dan memuaskan bagi Safma.

Rasa kantuk mulai menyerang, beberapa kali Safma tak sengaja menjatuhkan kepalanya. Baiklah baiklah, Safma akan tertidur, kemudian merubah posisi yang nyaman untuk tidurnya.

Keesokan harinya ...

Seperti biasa, bangun tidur langsung bersiap mandi lalu ibadah, setelah itu baru turun ke dapur untuk menyiapkan sarapan karena niat Safma akan berjalan-jalan hari ini.

Namun baru memegang pisau, suara bel pintu berbunyi, mau tak mau Safma berjalan untuk memastikan bahwa benar itu tamunya walaupun dia rasa tak memiliki janji dengan siapapun hari ini.

Pintu pun terbuka, alangkah kagetnya Safma ketika melihat River berdiri dengan seragam kerja yang dibalut dengan Hoodie hitam ditubuhnya, rapih dan wangi.

Disana kedua tangan River sudah menenteng paper bag yang entah apa isinya, Safma tak tau.

"Hai," sapa River tersenyum manis.

Masih memasang wajah bingung, "Hem, kenapa? Ada barang kamu yang ketinggalan?"

"Lihatlah apa yang aku bawa!" Pamernya memperlihatkan isi paper bag yang ternyata terdapat makanan.

"Kamu datang sepagi ini?" Tanya Safma heran.

"Ayo sarapan bersama, aku memasak makanan enak untukmu. Dan asal kau tahu, klienku baru saja memberiku transferan dari design yang aku buat. Ah senangnya ..." River memberitahu seraya tangannya sibuk menyiapkan sarapan pagi.

"Wah, selamat untukmu." Respon positif Safma, tentu Safma merasa senang mendengarnya.

"Terimakasih, aku usahakan sarapan pagi kita akan bersama sebelum aku bekerja." Dengan kata lain, River akan menyempatkan waktu untuk makan berdua sama-sama.

"Terserah kamu, tapi untuk makanan tidak perlu repot-repot begini, untuk apa aku memiliki lemari es dan beli sayuran jika nanti malah terbuang sia-sia." Jelasnya.

Mengangguk paham, "Baiklah, ayo makan!"

Akhirnya acara sarapan bersama selesai, Safma meneguk air kemudian mulai bersuara.

"Terimakasih atas makanannya."

"Sama-sama."

"Aku saja yang mencuci ini semua, kamu pergilah bekerja sana!" Seperti mengusir secara halus.

"Kamu mengusirku ya?"

"Ya."

"Ck, iya-iya aku pergi bekerja," pasrah River berjalan keluar namun langkahnya terhenti di garis pintu kemudian menoleh.

"Jaga diri baik-baik ya sayang ketika aku bekerja! Bye!" River benar-benar mendramatisir pagi ini bahkan jalannya sangatlah pelan. Seperti slow motion.

"Cepat pergi atau ku lempar sofa?" Gertak Safma kesal dan geli dengan ucapan perpisahan River.

"Ya aku pergi, aku pergi." Ringis River dengan ancaman Safma. Gadis itu tak bisa sedikit romantis apa.

Setelah itu, Safma mencuci piring dan perkakas yang dipakainya. "Ck, pemuda gila."

Dijalan, Safma menaiki sepeda yang disewanya dengan headphone terpasang di kepalanya. Menyetel lagu-lagu doh Kyung-soo, Billie Ellis, Straykids dan NMIXX sepanjang jalannya.

Merasa sedikit haus dan lapar, Safma menghentikan laju sepedanya dan mampir ke sebuah minimarket.

Langkahnya langsung mencari rak cemilan dan lemari pendingin yang berisi minuman air mineral. Namun saat tiba mengambil air mineral, Safma dikejutkan dengan munculnya River dari balik rak yang tak jauh darinya.

Terlihat River sedikit terkejut, namun langsung mengubah raut wajah terkejutnya dengan senyuman mengembang ditambah kerlingan matanya seakan menggoda.

Melihat itu, Safma yang awalnya terkejut jadi memutar bola matanya jengah. Kebetulan macam apa ini? Setelah mengambil air mineral, Safma menatap gerak River yang berjalan kearahnya.

"Wah, takdir apa ini?" Goda River.

"Aku tidak tahu." Malas Safma.

"Biar aku yang mentraktir mu," putus River mengambil alih barang belanjaan gadis berkuncir cepol itu.

Tersenyum, "Silahkan, setelah itu perjanjian kita batal."

Mematung, tentu saja.

River tak bisa berbuat apa-apa dengan ancaman Safma, entah kenapa, River pun tak tahu. Sampai saat Safma mengambil kembali barang belanjaannya lalu tersenyum smirk.

"Selesaikan urusanmu dulu!" Safma menepuk pundak River lalu melenggang pergi ke kasir.

Di lain sisi, River paham dengan maksud Safma, ya, dengan kata lain Safma mengatakan bahwa dirinya harus menyelesaikan urusannya dan berdamai dengan diri sendiri dulu. Seperti membahagiakan diri baru orang lain.

Memikirkan hal itu membuat River tersenyum tanpa sadar, langkahnya berjalan ke arah kasir. "Teman-teman, perkenalkan dia temanku, namanya Safma asal Indonesia."

"Wah cantik ya, hai, salam kenal Safma, aku Zack lee." Salam kenal dari pemuda sipit dengan rambut ikalnya.

"Benar, hai Safma aku Zhang Jun." Tambah pemuda berambut lurus berponi.

"Hai Safma, aku Chen. Jika kamu butuh tour guide gratis, hubungi aku." Pemuda berambut wolf cut itu memberikan ponsel untuk Safma simpan kontaknya.

"Hai Safma, aku Wang Yihan." Kini pemuda berambut mullet menyapanya.

Diakhiri dengan pemudi berambut panjang berwarna hitam. "Hai Safma aku Linguo, perempuan paling sabar dari mereka."

"Jelas saja, kau satu-satunya perempuan disini." Respon kesal pemuda yang mengenalkan diri sebagai Chen.

"Salam kenal semuanya, senang bertemu kalian." Hangat Safma.

"Oh ya, bukankah kata kamu, kamu sibuk hari ini?" River mengarang.

Mendengar kalimat itu membuat Safma terkekeh kecil, "Ah, benarkah? Aku pikir ... Ya aku sedikit sibuk, baiklah, aku pamit dulu, sampai jumpa lain waktu." Pamit Safma langsung beranjak pergi.

"Bye Safma," respon semua dengan nada yang terdengar berbeda makna. Ada nada yang sedih, ada yang kurang puas, ada yang enggan, ada yang ramah, ada yang malu-malu karena kehangatan dari Safma dan ada yang senang.

Safma pun melanjutkan perjalanan menggowes sepeda sewaannya, hingga tak sengaja melihat seperti seorang pengemis tua yang terlihat begitu menyedihkan.

Bergegas Safma menghampiri pria tua kumuh dan kurus itu, "Hai, apa anda sudah makan?" Ramah Safma.

Pria tua itu menoleh lalu mengangguk, "Hai gadis muda ... Ya, aku lapar."

"Ini saya ada roti dan air untuk anda, kebetulan saya membeli lebih tadi." Menyerahkan bungkusan roti dan air mineral yang baru saja Safma beli.

Tersenyum senang setelah menerimanya, "Terimakasih banyak, kamu baik sekali."

Sedikit tersipu, "Pak tua, saya rasa anda agak berlebihan. Saya tidak sebaik itu kok." Elaknya.

"Hem, kamu memang anak gadis yang baik. Ngomong-ngomong apakah kamu bukan orang sini?"

Merasa pak tua seperti membuka obrolan, akhirnya Safma berinisiatif untuk duduk disebelah pak tua tersebut dan ikut makan roti bersamanya.

"Benar, saya memang orang asing yang kebetulan sedang liburan disini. Saya Safma asal Indonesia." Jelas Safma seraya memakan rotinya.

Obrolan mereka pun berlanjut hingga tak terasa menghabiskan waktu selama dua jam lebih. Tanpa sadar Safma membuat beberapa tatapan aneh orang yang lewat, namun Safma acuh tak acuh.

"Kakek!"

Tiba-tiba saja ada suara teriakan seseorang memanggil entah siapa, apakah kakek yang dimaksud adalah seorang yang berada disampingnya itu?

"Kakek!"

Lagi dan lagi Safma mendengar itu dengan jelas, bahkan melihat seorang pria muda yang mungkin sekitar umur dua puluh tahunan menghampiri mereka. Tepatnya sekarang dihadapan mereka berdua.

"Kakek darimana saja? Kenapa kakek bisa pergi dari rumah? Untung saja kakek memiliki kalung yang sudah dipasang alat GPS." Celoteh pria muda itu. "Dan kau siapa? Kau yang menculik kakekku ya?" Terdengar menuduh.

"Dia yang memberikan kakek roti, hey, kenapa kamu malah menuduhnya hah? Dia ini sudah baikloh, lagipula kakek ini bosan dirumah, kakek ingin jalan-jalan mencari udara segar. Tapi kakek memang lupa jalan pulang, kakek tidak ingat alamat rumah kita." Jelas kakek menghadiahi pukulan sayang dikepala sang cucu.

"Oh, maafkan aku, aku tidak bermaksud untuk menuduhmu, aku hanya khawatir tadi." Tak enak pria muda itu. "Kek, ayo pulang, sudah waktunya makan siang, roti sebungkus tak bisa membuat kakek kenyang."

"Tak menuduhku katamu? Ck, pria ini."

"Baiklah, aku maklumi, kalau begitu aku pamit pergi dulu kakek." Pamit Safma langsung.

Tiba-tiba tangannya ditahan sang kakek tua itu, "Ikutlah dengan kami, dan makan sianglah bersama kami." Ajak pak tua itu.

"Kakek?" Panggil pria muda itu.

"Kenapa? Kakek hanya ingin membalas kebaikan gadis cantik ini kok." Sanggahnya.

"Jangan bilang kalo kakek suka gadis ini?" Mendelik tajam pria muda itu tampilkan.

Plak

Pukulan sayang dua kali pria muda itu dapatkan dimata Safma, haha, puas sekali, enak saja mengatakan hal omongan kosong tadi. Dasar pemuda gila.

"Kakek ini sudah tua dan tahu diri, tidak mungkin hal itu terjadi. Kamu saja, udah berkepala tiga masih saja sendiri." Kesal kakek diakhiri dengan mengejek pria muda itu.

"Oh ayolah kakek, aku ini masih muda, lagipula tanpa dicari para gadis banyak yang mendekati. Tapi aku malas untuk berhubungan dengan mereka."

"Sok tampan!" Kakek berdecih.

"Aku memang tampan kakek." Bangga pria muda itu.

"Cih! Oh, atau jangan-jangan kamu juga suka pemuda yang tampan ya?" Celetuk kakek yang membuat pria muda itu menepuk dahinya tak habis pikir.

Sedangkan Safma menghela nafas pelan melihat drama kakek dan cucu didepannya ini.

"Enak saja, aku masih normal ya, nanti juga kakek akan tahu pilihanku."

"Ck, anak muda zaman sekarang, Safma, ikutlah dengan kami, untuk sepeda yang kamu bawa, itu akan kami urus nanti." Terdengar seperti perintah.

"Baik kakek," pasrah Safma, makan siang bersama bukankah berarti makan siang gratis? Tentu saja Safma tak mampu menolaknya.

Kini mereka sudah berada di dalam mobil mewah, pria muda itu berada di bangku kemudi sedangkan aku dan kakek berada di bangku belakang.

"Kenapa kakek tidak duduk didepan?" Tak terima pria muda itu.

"Sudah, jalankan saja mobilnya, kamu ini jadi lelaki kenapa cerewet sekali." Kesal kakek.

"Aku mendapatkan gen ini dari kakek." Dingin pria muda itu.

"Ck, kakek pikir kakek ini pendiam orangnya." Gumam kakek tua yang mendapat respon berbeda kepada kedua orang yang mendengar kalimat itu.

"Apa kamu seorang muslim?" Tanya kakek tiba-tiba.

"Benar kakek, Saya seorang muslim." Aku Safma.

"Baiklah, Lin Yi, beritahu pada para koki untuk memasak makanan halal China. Jangan menggunakan minyak babi, daging babi, dan semua harus serba halal oke!" Titak kakek yang diangguki pria muda itu.

Tak lama pria muda itu menghubungi orang rumah sepertinya. "Siapkan makan siang full halal, yang spesial karena sesuai permintaan kakek."

Disisi lain Safma sedikit terharu dengan tindakan kakek yang menurutnya sangat toleran terhadap dirinya. Ah, jadi teringat akan kakeknya, namun Safma dengan sang kakek sudah beda alam.

"Terimakasih atas toleransinya kek," Tulus Safma.

"Kamu juga tadi begitu tulus memberikan saya makanan dan minuman kamu, dan Lin Yi, sepertinya kakek membutuhkan pengawal pribadi agar tak seperti tadi."

"Akhirnya kakek mau memiliki pengawal pribadi. Aku sangat senang mendengarnya," tentu saja begitu, Lin Yi sudah berulang kali meminta sang kakek untuk memiliki pengawal pribadi malah ditolak mentah-mentah.

Akhirnya obrolan cucu dan kakek terhenti di gantikan dengan obrolan ringan Safma dan kakek. Kakek itu type orang asyik ketika diajak ghibah, Safma sadar betul akan hal itu.

Sepanjang obrolan, Safma hanya membalas ala kadarnya, apalagi saat kakek tua itu membicarakan perihal pernah pergi ke Indonesia untuk liburan dan menceritakan semua hal yang diinginkannya.

Sesampainya di sebuah rumah yang terlihat mewah, ketiga orang itu keluar dari mobil dan langsung disambut oleh beberapa pelayan.

"Ini rumahnya, ayo masuk." Ajak kakek.

Sesamoainya diruang tamu, Safma akhirnya dipersilahkan untuk duduk, "Terimakasih kakek."

"Lin Yi, temani lah gadis ini, kakek akan membersihkan diri dahulu, oh, kalian belum saling kenala bukan? Ayo kenalan!"

"Lin Yi," Pria muda itu mengulurkan tangannya.

"Safma," Balas Safma.

Setelah melihat hal itu kakek langsung pergi meninggalkan kedua orang yang berjenis kelamin pria muda dan gadis muda diselimuti awkward.

"Sudah berapa lama di negara ini?" Lin Yi membuka topik obrolan.

"Baru tiga hari."

"Bahasa dan logatmu cukup bagus untuk sekelas orang asing."

"Terimakasih."

"Umur berapa kalau boleh tahu?"

"Dua puluh satu."

"Wah, selisih sepuluh tahun dong dengan ku, aku tiga puluh satu."

Tak tahu harus membalas apa, Safma hanya mengangguk dan, "ya."

Kini mereka berdua sama-sama diam.

"Kamu terlihat tidak banyak bicara," ujar Lin Yi.

"Maaf, aku tidak bermaksud tak sopan." Tak enak Safma.

"Haha, santai saja, aku paham pasti kau sedikit tak nyaman karena kita merasa asing." Kelakar Lin Yi.

"Terimakasih sudah memaklumi."

"Oh, bagaimana jika kita membuat hubungan ini menjadi tak asing?" Celetuk pria muda itu.

"Maaf?" Safma tak paham.

"Wah, ternyata kalian sudah cukup akrab ya, baru ditinggal sebentar." Seloroh kakek yang tiba-tiba datang.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!