Huang Se Se, Putri keluarga kaya yang lahir di tahun 2200. Gadis cantik yang memiliki ilmu bela diri dan pengobatan. Dia adalah seorang pemimpin pasukan khusus di sebuah organisasi militer.
Pada malam pernikahannya, dia diberi obat bius oleh suaminya. Dia meninggal dalam penyesalan dan membawa dendam yang sangat besar.
Gadis itu mengira kehidupannya telah berakhir, namun saat dia membuka matanya, dia mendapat kesempatan baru untuk hidup di dunia yang berbeda, status yang berbeda, tubuh yang berbeda tetapi dengan nama yang sama.
Huang Se Se dilahirkan kembali ke tubuh seorang putri Perdana Menteri di jaman ribuan tahun yang lalu. Putri yang dirumorkan sombong dan angkuh.
Dia mendapat perintah dari Kaisar untuk menikah dengan Raja Wei yang terkenal dengan sifat kejam dan sadis.
Hidupnya penuh dengan luka, banyak orang yang ingin mencelakai dan membunuhnya. Ibu tiri dan kedua adik tirinya selalu mencari cara untuk membuatnya menderita.
Bagaimanakah perjalanan hidupnya?
Yang penasaran ayo segera dibaca ✌
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Win, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Sejak Kapan Bisa Ilmu Pengobatan?
Setelah berjalan beberapa menit, Se Se tiba dikediaman Tjia. Pengawal di kediaman memintanya menunggu didepan gerbang. Mereka akan melaporkan kedatangannya pada Tuan Besar Tjia.
Tidak lama kemudian, pengawal itu kembali dan mempersilahkan Se Se masuk. Dia membawa Se Se ke kamar tempat ayahnya dirawat.
"Tok Tok Tok...." pengawal mengetuk pintu kamar.
"Siapa?"
"Tuan Muda Huang, ada seorang nona yang datang mencari Tuan. Dia mengaku sebagai adik Tuan." jawab pengawal dari luar pintu yang masih tertutup.
"KREKKKK.... "
Pintu terbuka dan pemuda itu segera memeluk adik tercintanya. Pengawal itu berjalan pergi meninggalkan kakak adik itu melepas rindu.
"Meimei... Kenapa kamu bisa ada disini?" tanya Ye Yuan yang terkejut melihat kehadiran adiknya disana.
"Saya kesini karena mendengar kabar ayah yang terluka. Bagaimana keadaan ayah sekarang?" ucap Se Se.
Ye Yuan menggelengkan kepalanya. Wajahnya menunjukkan rasa sedih dan putus asa.
"Luka Ayah sangat parah, Tabib sudah menyerah dengan kondisi ayah saat ini." ucap Ye Yuan menahan air matanya.
Gadis itu segera berlari kecil menuju tempat tidur tempat ayahnya berbaring. Dia membuka selimut dan mencoba melepaskan pakaian ayahnya. Ye Yuan bingung melihat apa yang sedang dilakukan adiknya itu.
"Meimei, apa yang kamu lakukan?" tanya Ye Yuan.
"Aku akan memeriksa luka Ayah, tolong bantu aku untuk melepas pakaian nya!" ucap Se Se.
Ye Yuan menatap adiknya bingung namun dia tetap melakukan permintaan adiknya. Tubuh ayahnya dibalut beberapa kain perban. Se Se melepaskan semua perban itu dan memeriksa luka ayahnya.
Ada sayatan panjang dari dada menuju perut dan sebuah luka bekas tusukan pedang yang mengarah ke hati. Se Se mengeluarkan alat medis dari ruang dimensi. Dia terlalu panik hingga melupakan Ye Yuan masih berdiri disana.
Ye Yuan aneh melihat benda-benda asing yang dikeluarkan adiknya itu. Dia kemudian bertanya, "Untuk apa benda ini?".
Se Se mematung sesaat menyadari kesalahan yang dia lakukan. Dia menoleh ke arah Ye Yuan dan berpikir dengan cepat untuk mencari jawaban.
"Ini adalah benda yang aku buat saat merasa bosan dikamar." ucap Se Se berbohong.
Hahhh....
Se Se menghela nafas panjang mengeluarkan kegelisahannya. Sedetik kemudian dia kembali fokus pada luka ayahnya.
Dia mengambil sebuah pisau bedah dan mulai membuka luka di bagian hati. Ye Yuan sangat terkejut melihat adiknya yang kelihatan seperti akan membunuh ayah didepannya.
Dia menahan lengan Se Se dan bertanya dengan suara keras, "APA YANG KAMU LAKUKAN? APA KAMU SUDAH GILA?
Se Se menahan perasaan tertekannya karena sulit menjelaskan apa yang sedang dia lakukan. Dia memejamkan mata memendam kekesalan dihatinya, menarik nafas panjang dan kemudian berkata, "Kak, tolong jangan bertanya apapun saat ini dan percayalah padaku. Aku akan menyelamatkan Ayah!.
Ye Yuan melihat mata gadis didepannya. Mata yang penuh percaya diri dan tanpa keraguan apapun. Dia melepaskan genggaman pada lengan adiknya.
"Kakak akan percaya padamu. Tolong selamatkan nyawa ayah!" ucap Ye Yuan.
Se Se kembali pada luka ayahnya dan menyayat tubuh ayahnya itu. Dia kemudian memeriksa kondisi hati dan organ disekitar. Hati Ayahnya tertusuk pedang yang melukai tubuhnya.
Se Se berpikir sejenak dan kemudian mengeluarkan beberapa obat dan alat medis lain. Dia menyuntik cairan anestesi ke pria itu dan mulai menjahit lukanya. Ye Yuan ngeri melihat apa yang dilakukan adiknya. Namun dia tetap fokus melihatnya karena penasaran.
"Kak, bantu aku memotong tali ini." ucap Se Se.
Ye Yuan melihat sebuah gunting di antara peralatan yang terletak di tempat tidur, dia mengambil gunting itu dan membantu adiknya menggunting tali jahit.
Se Se kembali menjahit dan mengikat kemudian meminta kakaknya memotong tali yang sudah terikat berulang-ulang hingga jahitan selesai.
Melihat keringat mengalir dari kening adiknya, Ye Yuan mengeluarkan sapu tangan dan mengusapnya. Sementara gadis itu masih sibuk mengobati luka ayahnya.
Ye Yuan tertidur dikursi. Se Se menyelimuti kakaknya yang terlihat lelah. Dia kemudian duduk dilantai samping tempat tidur dan menatap wajah ayahnya. Wajah yang dipenuhi banyak keriput karena terlalu lelah menjalankan tugas.
Mata sang gadis berkaca kaca, terlihat air mata keluar dari ujung matanya. Dia merasa sakit hati melihat kondisi ayahnya yang sedang berbaring. Ayah yang biasanya disegani dan terlihat kuat, saat ini sedang berbaring lemah di tempat tidur.
Pagi harinya Ye Yuan terbangun dan melihat adiknya tertidur dilantai yang dingin. Dia memanggil pelayan untuk menyiapkan makanan kemudian menggendong adiknya dengan pelan, tidak ingin gadis itu terbangun.
Ye Yuan membawanya ke kamar sebelah, dia membaringkan adiknya di atas tempat tidur dan memakaikan selimut. Dia keluar dari kamar itu dan menutup pelan pintu kamar.
kembali ke kamar ayahnya, Ye Yuan menatap wajah ayahnya yang mulai kelihatan lebih sehat. Dia menyuruh pelayan memanggil tabib.
"Bagaimana bisa seperti ini? tanya tabib terkejut.
Mata tabib itu sedikit membesar memperlihatkan rasa kagetnya. Dia tidak percaya kondisi pasien didepannya berubah banyak hanya dalam satu malam saja. Orang yang dianggapnya sudah tidak tertolong, saat ini terlihat baik-baik saja walaupun masih berbaring lemah.
"Bagaimana kondisi ayah saya?" tanya Ye Yuan.
"Tuan Huang sudah membaik dan nyawanya sudah tidak terancam. Tapi... itu hal yang tidak masuk akal. Apa yang terjadi kemarin malam? Apakah ada tabib dewa yang datang mengobati Tuan Huang?" tanya Tabib dengan penasaran dan rasa takjub.
Ye Yuan tidak bisa menjawab pertanyaan itu. Dia tau jika mengatakan yang sebenarnya akan menjadi masalah untuk Se Se.
"Saya hanya berjaga disini semalaman dan saat pagi ayah sudah terlihat lebih baik." jawabnya berbohong.
"Sejak kapan meimei belajar ilmu pengobatan? caranya mengobati terlihat aneh dan belum pernah ada tabib lain yang menggunakan cara itu. Bahkan peralatan yang dia gunakan juga terlihat asing." batin Ye Yuan.
Ye Yuan duduk menatap makanan di meja. Pemuda itu sedang menunggu adiknya bangun. Saat makanan menjadi dingin, dia akan memanggil pelayan untuk memanaskan kembali makanan itu.
Se Se membuka matanya perlahan. Dia merasakan sakit pada seluruh tubuh dan tulangnya. Berkuda sehari semalam membuat remuk tubuh lemahnya itu. Dia meregangkan otot ototnya dan kemudian berjalan ke kamar ayahnya.
Pintu kamar terbuka, Ye Yuan melirik kearah pintu dan tersenyum melihat gadis yang ditunggunya sejak tadi.
"Kemarilah..." ucap Ye Yuan.
"Selamat pagi kak." sapa Se Se dengan senyuman manisnya.
"Selamat pagi meimei. Kakak sudah menyiapkan makanan untukmu." ucap Ye Yuan.
"Kriukkkk...." terdengar suara perut yang kelaparan. Wajah Se Se memerah menahan malu karena perutnya itu.
"Hahaha..." tawa Ye Yuan mendengar suara itu.
"Kak, berhentilah tertawa. Bisakah kita mulai makan? aku belum makan apapun dari semalam." ucap Se Se mengeluh.
"Baik baik... ayo makan!" jawab Ye Yuan yang menahan tawa.
Se Se duduk disamping kakaknya dan mulai makan dengan lahap sepertinya biasa.
"Meimei, sejak kapan kamu belajar ilmu pengobatan?" tanya Ye Yuan sambil memasukkan makanan ke mulutnya.
Mulut gadis itu berhenti mengunyah dan menatap kakaknya. "Mati aku." batinnya.