Giani Fifera adalah gadis yang tak pernah mengenal dunia luar. Sejak kecil ia hanya belajar dari rumah, tak pernah mengenal dunia luar seperti kebanyakan gadis seumurannya.
Saat orang tuanya meninggal, Giani tinggal berdua dengan kakaknya Geraldo. Giani bahagia karena kakaknya itu sangat menyayanginya. Namun suasana damai di rumah mereka berubah menjadi neraka semenjak kakaknya menikah dengan Finly Prayunata, anak salah satu konglomerat di Indonesia.
Finly punya selingkuhan. Dan selingkuhannya itu adalah anak angkat papanya. Seorang pria bule keturunan Spanyol-Inggris.
Giani tahu kalau kakaknya sangat mencintai istrinya sekalipun sudah tahu kalau istrinya itu punya selingkuhan. Giani pun bertekad merebut dan menikahi selingkuhan kakak iparnya. Dan untuk bisa melakukan itu, Giani harus merubah penampilannya dari gadis lugu, menjadi gadis dewasa dengan gaya yang sedikit menggoda.
Berhasilkah Giani merebut selingkuhan kakak iparnya itu? Berhasilkah Giani membahagiakan kakaknya Geraldo?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Henny, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Malam di Tepi Danau
Saat mereka sampai di rumah, Giani segera mencuci tangannya dan menyiapkan makan malam untuk mereka. Tadi pagi ia sudah menyiapkan bahan-bahannya sehingga malam ini ia tinggal masak saja.
"Ada yang bisa aku bantu?" Tanya Jero yang sudah membuka jas dan kemejanya, menyisahkan singlet warna hitam. Ia juga sudah membuka sepatunya dan menggantinya dengan sandal rumahan.
"Aku bisa sendiri, kak. Lagi pula tinggal dimasak saja karena semua bahannya sudah aku siapkan tadi pagi. Kakak nonton TV saja sambil menunggu aku selesai masak." Kata Giani sambil terus mencuci sayuran.
"Baiklah. Kalau butuh sesuatu panggil saja aku."
"Siap, kak."
Jero tersenyum. Giani terlihat cantik saat di dapur. Rambutnya yang diikat sembarangan ke atas justru semakin menambah kecantikannya.
"Bagaimana kalau aku menyiapkan segalanya di dekat danau?" Tanya Jero dengan nada menggodanya. Sesungguhnya ia sudah tak sabar untuk mencoba di dekat danau seperti yang Giani katakan.
"Boleh. Bawa saja sekalian dengan peralatan makan minumnya."
Jero pun melakukan seperti apa yang Giani katakan.
Di dekat danau ada sebuah pondok kecil. Di sana ada sebuah meja makan berbentuk bulat dan 4 kursi makan. Di dalam pondok itu juga ada 2 kursi panjang yang bisa dipakai untuk tiduran karena ada busa empuk yang membungkus kursi itu. Jero bahkan sering melihat beberapa kali Giani tertidur di sini sambil membaca buku.
Malam ini, bulan bersinar dengan sangat indah. Air danau seperti menyala disinari cahaya bulan. Jero tersenyum bahagia. Papa Denny memang sangat menyayanginya sehingga membuat rumah impiannya di dekat danau.
Jero menyalahkan lampu yang ada di pondok itu. Ia kemudian mengatur peralatan makan yang dibawahnya. Setelah itu, ia kembali dalam rumah, untuk mengambil air mineral dari dalam kulkas dan sebotol anggur dari mini bar yang ada di dekat dapur.
Bau harum masakan Giani membuat perut Jero jadi lapar.
"Gi, mau minum anggur untuk makan malam?" Tanya Jero sambil mengangkat botol anggurnya.
"Boleh. Tapi nggak banyak ya? Takut mabuk."
"Ini anggur yang kadar alkoholnya sangat rendah. Papa yang memberikannya."
Giani hanya mengangguk dan melanjutkan pekerjaannya. Wajahnya terlihat berkeringat dan membuat Jero semakin suka melihatnya. Ia mendekat sambil membawa tisue.
"Gi...!" Panggilnya.
Giani menoleh. Ia terkejut melihat Jero yang sudah berdiri sangat dekat dibelakangnya. Gadis itu pun membalikan badannya. "Ada apa, kak?"
Jero menghapus keringat di wajah Giani dengan sangat lembut. "Lanjutkan saja." Katanya setelah selesai menghapus keringat di dahi Giani.
Cup
Bola mata Jero membesar karena Giani tiba-tiba mencium bibirnya. "Makasih, kak!"
Hati Jero bergetar. Bukan hanya karena ciumannya. Namun kata 'Terima kasih' yang diucapkan Giani dengan mata berbinar dan wajah polosnya.
"Sama-sama." Kata Jero dengan wajah bahagia. "Kalau masakannya sudah siap, panggil saja aku." Jero meninggalkan Giani dan kembali menuju ke pondok. Ia menuangkan anggur di gelas kristal sambil memandang ke arah danau. Ponselnya berbunyi. Sebuah panggilan dari Finly.
"Hallo...!" Sapa Jero.
"Jero, ayo ketemu!" terdengar suara manja Finly.
"Aku nggak bisa, Fin. Ada pekerjaan yang harus aku kerjakan sekarang."
"Kamu selalu begitu ya? Kita kan hanya akan ketemu saja. Semenjak kamu pulang dari Spanyol, kita tak pernah bisa ketemu. Aku takut kalau kamu sudah terjerat dengan Giani. Apakah kamu tak mencintai aku lagi? Apakah aku sudah tak menarik lagi di hadapanmu?" teriak Finly terdengar frustasi.
"Bukan seperti itu, Fin. Aku hanya takut jika Giani tahu. Aku takut dia akan bilang ke mama Sinta. Kamu kan tahu kalau mama punya penyakit jantung."
"Aku mau ketemu denganmu. Besok aku tunggu di kantorku. Jika kamu tak datang, aku yang akan mencarimu!" suara Finly terdengar penuh ancaman, setelah itu ia memutuskan sambungan telepon.
Jero mendengus kesal. Ia tahu Finly orangnya nekat. Makanya ia memutuskan untuk menemui Finly esok siang.
Tak berapa lama kemudian, Giani datang sambil membawa kotak makanan berbentuk segi empat, yang bersusun 3.
"Kenapa nggak panggil aku kalau sudah selesai?" Tanya jero. Ia langsung mengambil kotak makanan itu dari tangan Giani.
"Nggak berat, kok."
Jero membuka penutup kotak makanan itu. "Kelihatannya sangat enak."
"Makan saja dulu baru berkomentar."Kata Giani lalu mulai mengambil makanan dan menuangkannya di atas piring mereka. Ketika sudah selesai, Giani langsung duduk.
"Ehm...ini memang enak." guman Jero. Ia melihat Giani sedang melipat tangan dan menutup matanya. Giani sedang berdoa. Kebiasaan yang sudah selalu Giani lakukan namun entah kenapa malam ini membuat Jero semakin kagum melihatnya.
"Makan, kak." ujar Giani setelah selesai berdoa.
Keduanya pun makan sambil sesekali berbincang tentang banyak hal.
"Kak, besok jangan lupa. Ada terapi dengan psikiater." Kata Giani mengingatkan.
"Ya. Aku sudah mengosongkan jadwal kerjaku mulai jam 3 sore. Kamu akan menemani aku kan?"
"Aku tadi sudah minta mama Sinta untuk menemani kakak. Soalnya besok aku harus berada di restoran pada jam 4 sore. Tadi kak Beryl menelepon untuk memintaku menghadiri pertemuan dengan salah satu peminat kopi dari Brazil. Ia tertarik untuk bekerja sama dengan kami."
Dasar si Beryl. Ada saja akal-akalannya untuk membuat Giani bersamanya.
"Baiklah." Jero tersenyum walaupun hatinya sedikit dongkol.
Giani menyusun alat makanan yang mereka pakai lalu ia membawa gelas yang berisi anggur dan duduk sambil berselojor kaki di kursi panjang.
"Ah, malam ini sangat indah." Kata Giani lalu meneguk anggurnya. Jero pun melangkah sambil memegang botol anggur dan sebuah gelas ditangannya. Ia ikut duduk di samping Giani. Setelah menuangkan anggur digelasnya dan juga digelas milik Giani yang hampir kosong, ia pun bersandar sambil berselojor kaki.
"Kak, kursi yang disebelahkan kosong. Ngapain juga berhimpitan dengan aku di sini." protes Giani. Namun Jero seakan menulikan telinganya. Ia bahkan melingkarkan tangannya dipinggang Giani.
"Udaranya mulai dingin. Duduk berdekatan seperti ini kan jadi hangat." Kata Jero dengan suara yang menggoda.
"Dasar genit! Bilang aja mau berdekatan dengan aku." Cibir Giani membuat Jero makin gemas rasanya. Ia mencium pipi Giani.
Keduanya pun saling diam sambil menatap ke arah danau. Tak lama kemudian Jero mengambil gelas yang ada di tangan Giani dan meletakan di lantai, berdampingan dengan gelasnya yang sudah sejak tadi diletakan di atas lantai.
"Gi, tadi kamu bilang kan kalau ingin mencoba di dekat danau." Kata Jero sementara tangannya mulai membelai punggung Giani. Kepala Jero sudah mendekat diceruk leher Giani dan memberikan ciuman-ciuman kecil yang menggoda di sana.
Giani turun dari kursi lalu menatap Jero dengan tatapan menggoda.
"Kak, ayo kita lakukan di dalam air."
"Maksudnya?"
Giani melangkah ke arah danau sambil melepaskan bajunya satu persatu. Di tepi danau, gadis itu sudah benar-benar polos.
"Gi, kamu nggak bermaksud mandi di danau kan? Ini sudah hampir jam 10 malam." seru Jero lalu melangkah mengikuti Giani.
Giani tersenyum. Lalu....
Byur.....!
Giani sudah melompat ke dalam danau.
"Giani....!" teriak Jero saat tubuh gadis itu menghilang di dalam air.
"Giani....! Giani....! Loe jangan buat gue takut dong!" Jero membuka sandal, kemeja dan celana panjangnya.
"Hai, kak...!" teriak Giani yang sudah muncul dari dalam air.
"Ah....!" Jero yang sementara membuka celana panjangnya beteriak karena terkejut.
Giani tertawa dengan sangat keras.
"Keluar, Gi! Bagaimana kalau ada binatang buas didalamnya?"
"Binatang buas? Ini danau kak"
"Nanti ada ikan, ular atau belut mungkin. Ayo keluar. Dingin, Gi!" Jero mengulurkan tangannya.
"Belut?" Mata Giani membulat. "Kayaknya ada yang...ah....ada yang menjilati punggungku."
"Gi....!" Jero panik. Iangsung terjun ke dalam air dan memeluk tubuh Giani.
"Mana belutnya?"
Giani tertawa. "Akhirnya kakak mau juga masuk ke dalam air."
"Kamu mainin aku ya? Nggak ada belutnya kan?" Jero melotot.
"Ada."
"Mana?"
"Nih!"
Wajah Jero langsung terasa panas ketika si palo disentuh oleh Giani. Dan sebelum Jero menahan Giani, gadis itu sudah berenang menjauh.
"Kak, ayo kejar aku!"
"Awas kau ya, jika dapat tak akan ku lepaskan!" Jero langsung berenang mencari Giani sambil tertawa.
*********
"Minum kak!" Giani menyodorkan segelas teh jahe. Keduanya baru saja selesai mandi air hangat setelah selesai main kejar-kejaran dalam air yang berakhir dengan percintaan manis dan romantis.
"Gi, lain kali jangan mandi di danau malam-malam. Kita bisa sakit karena masuk angin." Kata Jero sambil menikmati teh jahe buatan Giani. Jero sudah mengenakan piyama tidurnya yang berlengan panjang. piyama tidur ini memang sangat jarang Jero pakai. Namun selesai mandi air hangat, ia masih merasa dingin.
"Air danaunya hangat, kak. Jadi lebih hangat karena dipeluk kakak terus." Kata Giani sambil tersenyum manis.
Hati Jero menghangat mengingat betapa indahnya keintiman yang terjadi diantara mereka tadi. Dari dalam air sampai di tepi danau, keduanya larut dalam kepuasan raga. Jero begitu terpesona dengan semua percintaan mereka yang tentu saja tak pernah Jero rasakan saat bersama Finly.
"Aku sudah selesai." Kata Giani lalu meletakan gelasnya yang sudah kosong didalam tempat cuci piring. "Aku tidur dulu, kak." Giani melangkah hendak menuju ke kamarnya namun Jero menahan tangannya.
"Ada apa, kak?"
"Mulai malam ini, kita jangan tidur pisah kamar lagi. Pindahkan barang-barangmu ke atas. Aku selalu merasa jantungku kurang sehat jika kamu tak ada."
Giani tertawa. "Bilang saja kalau kakak sudah terbiasa memelukku."
"Mungkin." Jawab Jero dengan gaya cueknya. Ia menarik tangan Giani menaiki tangga.
*********
Setelah memeriksa stok kopi yang ada, Giani pun melangkah menuju ke ruangan kantornya. Belum 10 menit ia memeriksa pembukuan keuangan, pintu ruangannya diketuk.
"Masuk!"
Vita, salah satu pegawainya masuk. "Bu, di luar ada orang yang mencari ibu."
"Siapa?"
"Dia tak mau menyebutkan namanya. Tapi dia seorang perempuan bule."
Giani bergegas keluar dari ruangannya. Ia melihat seorang perempuan yang tinggi, rambut pirang yang diikat satu sedang membelakanginya.
"Can i help you, miss?"
Perempuan itu berbalik. Giani terpana.
"Joana?" Pekik Giani tak percaya.
Jangan lupa like, komen dan vote ya?
tpi lebih enak dibaca kata memelihara diganti dg kata " merawat" ☺☺☺