Seorang CEO yang tak sengaja mendapatkan amanah dari korban kecelakaan yang ditolongnya, untuk menyerahkan cincin pada calon pengantin wanita.
Namun Ia malah diminta Guru dari kedua mempelai tersebut untuk menikah dengan mempelai wanita, yang ditinggal meninggal Dunia oleh calon mempelai pria. Akankah sang CEO menikah dengan mempelai wanita itu? Akankah sang mempelai wanita setuju Menikah dengan sang CEO?
Dan sebuah masalalu yang mempelai wanita itu miliki selalu mengganggu pikirannya. Kekhawatiran yang ia rasakan selalu menghantui pikirannya. Apakah masalalu yang menghantui pikiran mempelai wanita itu?
Cerita ini hanya khayalan Author, jika ada kesamaan tokoh, kejadian itu hanya kebetulan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sebutir Debu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
2. PENOLAKAN BRAMANTYO PRADIPTA
Suara Kyai Rohim terdengar cukup keras. Keluarga pak Erlangga terlihat kaget mendengar penuturan sang kyai. Bram pun membesarkan bola matanya.
Pak Erlangga merasa penasaran membuka suara pertama nya dihadapan kyai Rohim.
"Maaf pak, tetapi bagaimana anda tahu tentang nama putra kami. Perasaan kami belum mengenalkan diri kepada siapapun disini."
Pak Erlangga menatap Kyai Rohim penuh tanya. Sedangkan Bram lebih terlihat santai, karena jiwa seorang pengusaha. Maka mudah baginya untuk menyimpan ekspresi keterkejutan. Bukan hal yang sulit bagi CEO MIKEL Group yang bergerak di bidang ekspor minyak sawit itu.
"Dan saya pun tidak tahu bahwa hari ini akan terjadi kejadian seperti ini. Kita hanya mahluk yang kecil dimuka bumi ini pak Erlangga. Semua nya sudah ada yang mengatur, kita hanya bisa berusaha dan berdoa. Saya pun telah berdoa untuk jodoh santri saya, ternyata takdir berkata lain. Dan sekarang saya sedang berusaha untuk mendapat kan jodoh salah satu santri terbaik saya, dengan melamar putra anda."
Kyai Rohim membuka satu persatu toples kaca yang ada dimeja, dan mempersilahkan tamunya untuk mencicipi kue dan permen yang ada di dalam toples-toples tersebut.
Pak Erlangga dan istri mengangguk merespon sikap sopan kyai Rohim. Pak Erlangga pun melirik putra sulungnya yang sedari tadi sangat tenang dan wajahnya masih sangat dingin seperti orang acuh tak acuh dengan permintaan kyai Rohim.
"Saya sebagai orang tua menyerahkan kepada putra kami untuk permintaan bapak barusan. Kedatangan kami kemari sebenarnya hanya ingin menyampaikan amanah dari mempelai lelaki yang menjadi korban kecelakaan tadi. Saya tidak menyangka kalau bapak malah melamar putra kami."
Pak Erlangga menatap Bram yang tak bergeming dari tempat duduknya bahkan putra nya itu masih menatap kyai Rohim seperti orang sedang bermain catur yang akan memilih bidak untuk di gerakkan.
"Ehm. Ehm."
Bram terlihat mencondongkan tubuhnya kedepan dan menopang dagunya dengan ujung-ujung jari tangan yang ia rapatkan di bawah dagunya.
"Apakah sebegitu tidak laku nya murid anda itu pak Kyai? hingga anda meminta orang yang baru saja anda temui ini untuk menikahi dia? apakah lelaki yang memberikan cincin itu tadi calon suaminya?"
Bram menatap Kyai Rohim dengan tatapan tajam. Beruntung Burhan tidak ada di ruangan itu, santri kepercayaan kyai Rohim itu biasanya akan bertindak kasar kepada siapa saja yang dia anggap tidak sopan pada gurunya. Tentu saja tindakan nya itu tanpa sepengetahuan kyai Rohim.
Kyai Rohim terkenal dengan kesederhanaan nya, akhlaknya yang selalu rendah hati, mengormati perbedaan, menjunjung tinggi kejujuran serta selalu menjaga toleransi dalam beragama. Bahkan Kyai Rohim memiliki jiwa nasionalisme begitu tinggi. Karena di pesantren nya setiap hari Senin selalu disempatkan untuk mengibarkan bendera merah putih walau para santrinya mengenakan sarung dan gamis.
Kyai Rohim tersenyum dan sedikit tertawa sebelum menanggapi jawaban dari Bram.
"Justru karena dia begitu banyak yang ingin meminangnya, maka aku melihat kamu orang yang pantas untuk menjadi suaminya. Kita memang baru bertemu, tetapi dalam doa ku beberapa waktu lalu Gusti Allah memberikan isyarat. Bahwa Amir adalah salah satu jodoh untuk santri ku itu. Dan amanat Amir adalah salah satu jawaban atas setiap doa ku dan doa santri ku itu.
Bahwa yang pantas menjadi suaminya itu ternyata memang kamu. Sungguh indah cara Allah menunjukkan jodoh kita walau kadang kita lebih memilih dari sudut pandang kita. Bukan sudut pandang Allah. Bukankah lelaki yang menitipkan cincin ini mengatakan bahwa saya berhak mencarikan jodoh yang pantas menggantikan dirinya menjadi pengantin hari ini?"
Kyai Rohim mengambil kacang tanah yang ada di dalam toples, ia membuka dan memakan nya satu persatu.
"Maafkan saya pak Kyai, saya tidak tertarik dengan santri anda. Saya kemari hanya mengantarkan cincin itu bukan untuk menikah dengan santri anda. Silahkan cari orang lain saja. Ini bukan zaman Siti Nurbaya dimana orang-orang harus menikah karena dijodohkan dan tanpa rasa cinta. Saya sudah punya calon sendiri!"
Nada kesombongan dan amarah begitu terdengar dari ucapan Bram.
soalnya saya banyak kenal orang dari berbagai daerah meskipun pernah mondok, tp tidak sedetail itu tau tentang najis
mau komen keseeell.. ternyata udah ada yg mewakili😆