Gadis Rental Ceo Arogan

Pesta pernikahan putra sulung Arjuna Raka Sastrowardoyo yang terkenal sebagai seorang pengusaha sukses dan kaya di kota itu begitu sangat ramai dan meriah.

Ada banyak keluarga dan kerabat yang datang untuk memberikan doa dan restu untuk kedua mempelai yang sangat serasi di atas panggung pelaminan itu.

Tak sedikit juga yang datang untuk melihat seperti apa sosok pengantin wanita yang katanya seorang yatim piatu dan merupakan karyawan di perusahaan Arjuna sendiri.

Mereka penasaran dan berakhir bahagia, bagaimana tidak, Serena Ibrahim ternyata adalah sosok yang sangat cantik dan juga ramah pada semua orang.

Pesta yang berlangsung sejak pagi itu membuat semua orang tampak sangat bahagia, tak terkecuali pasangan pengantin. Bima tak berhenti melirik bahkan sengaja menatap istrinya karena sebuah perasaan bahagia yang tak bisa ia sembunyikan.

Serena begitu manglingi karena sangat cantik. Entah karena ia dipingit dan baru bertemu dengan Bima hingga pria itu jadi semakin rindu plus kangen.

"Mas, gak malu apa dilihat semua orang?" lirih Serena.

"Gak. Aku lihat istriku sendiri kok. Ngapain malu," jawab Bima santai tapi dengan gaya penuh percaya diri.

"Iya nih mas Bima, bikin semua cewek di sini cemberut dan patah hati sedunia," ucap Ayu dengan bibir manyun.

Bima seperti biasa tak perduli. Ia bahkan meraih tangan istrinya dan menggenggamnya sedangkan Serena hanya bisa menundukkan wajahnya dengan dada berdebar.

"Tuh kan, tambah romantis bikin mules tahu gak?" ucap Ayu berpura-pura kesal kemudian segera pergi dari pelaminan itu. Entah kenapa di lubuk hatinya yang paling dalam, ia juga ingin merasakan menjadi seorang pengantin.

"Kenapa kamu?" tanya Amar seraya mendudukkan tubuhnya di samping Ayu.

"Gak kenapa-napa," balas Ayu masih dengan wajah juteknya.

"Semua orang kelihatan gembira, kok kamu gak? Untungnya cantik," ucap Amar dengan senyum samar dibibirnya.

"Ish, muji cantik tapi tak ikhlas!"

Amar langsung tertawa kemudian berucap, " Kamu cantik kalo gak suka masang muka jutek kayak gitu."

"Ish! Gimana gak jutek, Ini semua gara-gara kamu mas!" balas Ayu dengan tatapan tajamnya.

"Lho? Apa salahku?" Amar menatap Ayu bingung kemudian menyeruput minumannya santai.

"Gara-gara kamu mas. Daren gak datang ke pesta ini padahal udah aku undang dengan spesial. Kita bahkan udah rencana couple an baju supaya kayak pasangan kekasih gitu."

Amar langsung terkekeh.

"Tuh kan malah ketawa. Mas Amar yang ngancem Daren ya supaya gak datang kesini?" tuduh Ayu masih dengan tatapan tajamnya.

"Daren itu bukan anak kecil. Ngapain juga aku harus ancam. Kalau dia benar-benar suka sama kamu dan mau bertemu sama om dan Tante, ya harusnya dia memang datang."

Ayu mencibir dan semakin kesal.

"Daren itu sayang sama aku. Hubungan kami selama ini baik-baik saja sebelum mas Amar datang dan mengikuti aku kemana saja. Jadi aku yakin, Daren kayak gini karena gak nyaman!"

"Lah trus, itu salah aku juga?" balas Amar.

"Ya tentu saja lah masak gak. Pokoknya mulaj sekarang mas Amar berhenti ngikutin aku titik!" putus Ayu kemudian berdiri dari duduknya bersiap untuk meninggalkan Amar.

"Baiklah. Kamu juga udah selesai ujian akhir bukan? Aku gak akan ngikutin kamu mulai besok karena aku akan kembali ke perusahaan. CEO dan sekretarisnya pasti sedang ingin bulan madu juga. Jadi jaga dirimu baik-baik."

Ayu langsung tersenyum lebar. Perasaannya langsung plong dan nyaman. Ia jadi merasa bisa bernafas dengan sangat lega.

"Akhirnya kamu mengambil keputusan yang benar mas. Terimakasih banyak ya," ucap Ayu kemudian meraih tangan Amar dan menyalaminya.

"Daren yang akan menjagaku sekarang. Lihat! Akhirnya dia datang," senyum gadis itu seraya membawa pandangannya ke arah pintu.

"Daren menyayangi aku mas. Tidak seperti yang kamu katakan," lanjut Ayu dengan dada berdebar bahagia.

Amar tidak menjawab tapi hatinya merasakan rasa sakit yang teramat sangat.

"Nikmati pestanya ya mas Amar, dan carilah pasangan juga supaya hidupmu lebih bahagia, hihihi," tawa Ayu dan langsung menuju Daren yang baru saja memasuki ruangan pesta itu.

Amar mengeratkan rahangnya marah. Tangannya tanpa sadar menggenggam gelas minumnya dengan keras hingga hampir saja pecah.

Pesta pernikahan sang sahabat sekaligus bosnya itu sepertinya berubah jadi mendung baginya.

🌺

Malam semakin larut, kemeriahan pesta pernikahan yang sangat mewah itu pelan-pelan meredup dan akhirnya selesai. Semua orang yang terlibat dalam acara itu sudah lelah dan butuh untuk beristirahat.

Mereka semua meniggalkan tempat acara menuju kamar mereka masing-masing untuk memberikan kesempatan pada otot-otot mereka untuk mendapatkan haknya.

Begitupun sang pengantin, Serena sudah merasakan kakinya pegal karena terlalu banyak berdiri untuk menyambut para tamu yang datang. Ia bahkan tak sanggup untuk berjalan tapi ia kuat-kuatkan.

"Capek ya sayang?" tanya Bima khawatir. Serena hanya tersenyum seraya menggelengkan kepalanya. Rasanya ia sangat malu kalau ia mengeluh apalagi kedua mertua dan keluarga yang lain ada disana.

"Kalau kamu gak kuat, aku gendong ke kamar ya," ucap Bima menawarkan bantuan. Serena sekali lagi menolak.

"Aku gak apa-apa mas," lirih Serena dengan suara yang sangat pelan.

"Beneran?" tatap Bima tak percaya.

"Iyaa mas Bima. Aku masih kuat kok. Lagian kamu dari kemarin maunya gendong terus hihihi." Serena akhirnya tertawa cekikikan dan berhasil menarik perhatian semua orang.

"Nanti deh, acara gendong-gendongnya kalau udah di kamar," sindir Arjuna.

"Kasihan nih yang sudah tua dengan tulang keropos. Udah gak kuat gendong-gendongan hahaha," lanjutnya dengan tawa yang sangat renyah.

"Hahahaha!" Semua orang yang ada di sana langsung tertawa kecuali Amar. Pria itu sejak tadi gelisah karena tidak melihat Ayu ada dimana-mana.

"Ayo kita istirahat. Udah ngantuk dan capek banget nih," ucap Arjuna seraya meraih pinggang Mayang, sang istri. Yang lain pun ikut dan melangkahkan kaki mereka menuju ke kamar masing-masing yang memang sengaja disiapkan di hotel itu oleh sang tuan rumah.

Tak terkecuali pasangan pengantin baru itu. Tetapi tidak dengan Amar, pria itu belum berniat untuk beristirahat. Ia masih belum tenang kalau tidak melihat Ayu. Untuk itu ia masih berusaha mencari keberadaan gadis itu yang ternyata tidak ada di dalam kamarnya.

"Kemana kamu Yu?" tanyanya dengan perasaan yang sangat khawatir. Rekaman Cctv di ruangan pesta itu pun ia cek dan tidak menemukan petunjuk karena banyaknya tamu yang datang.

Segera ia melacak ponsel gadis itu untuk mengetahui keberadaannya.

"Ya ampun, kok bisa berada jauh dari hotel ini sih?" ucapnya kesal. Setelah itu ia berlari ke arah mobilnya dan mengikuti kemana arah GPS itu membawanya.

🌺🌹🌺

*Tobe Continued.

Like dan ketik komentar agar author semangat updatenya oke?