Si pincang Furya, Itulah julukannya di sekolah. Sejak tragedi berdarah yang menimpa ia dan keluarganya, Furya mengalami luka fatal dan kaki kirinya tidak berfungsi lagi.
Ia juga kehilangan ayah serta ibunya harus koma di rumah sakit. Saat ini Furya yang menjadi tulang punggung keluarga dan harus menghidupi kedua adik kecilnya sendirian.
Di masa-masa tersulit dalam hidupnya, Takdir berkata lain dan ia mendapatkan sistem misterius.
Dengan bantuan Perfection System, mampukah Furya mewujudkan semua impian dan keinginannya...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon haoyi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Genteng Bocor
Karena lelah bekerja, Furya yang rebahan tanpa sadar tertidur di kamarnya.
Belum lama Furya terlelap, ia di bangunkan secara paksa oleh air hujan yang bocor dan menetes di wajahnya.
“Heeee, astaga bocor lagi.”
Sadar genteng yang sempat ia tambal dan perbaiki bocor kembali, Furya dengan berat hati di paksa bangun dari tempat tidurnya.
Genteng yang sudah keropos dan minta di ganti itu akhirnya berulah kembali.
Setelah mengambil ember, Furya yang mendengar suara petir dan gledek yang begitu besar pindah ke ruang tamu.
Ia yang masih mengantuk ingin melanjutkan tidur manjanya yang sempat terganggu.
Sampai suara gemuruh yang begitu besar mengagetkan dan memaksa Furya untuk membuka matanya kembali.
~Gruuussshhh~
Mendengar suara berisik, Furya bangun dan mengecek.
Lalu alangkah terkejutnya ia ketika melihat atap kamarnya roboh dan air hujan mengalir deras membasahi seisi ruangan.
Melihat baju, buku dan beberapa benda lainnya yang basah, Furya langsung berlari dan mengamankan semua barang berharga miliknya.
“Sialan...kok bisa roboh sih.”
“Aduh...buku pelajaranku...”
Malam itu Furya di paksa begadang dan mengamankan semua barang yang ada di kamarnya.
Atap yang memang sudah lapuk dan sudah waktunya di renovasi seperti menjerit menghadapi badai dan hujan yang begitu lebat.
Furya yang lupa untuk memperbaiki atap rumahnya benar-benar di buat menyesal.
Uang 10 Milyar di rekeningnya seperti tak ada gunanya dan malam itu dirinya hanya bisa meratapi nasib sial yang menimpanya.
***
Sampai pagi hari akhirnya datang dan Furya yang terbangun di ruang tengah karena alarm hpnya langsung membuka mata.
“Hoammm...”
Karena malam tadi sibuk memindahkan barang, Furya yang tidur hanya 2 jam terlihat masih mengantuk.
Ia juga langsung melihat kondisi kamarnya yang sudah banjir dan di penuhi air.
“Haduh...nambah kerjaan aja.”
Untungnya karena sudah memiliki banyak uang, Furya langsung menelepon tetangganya yang merupakan kuli bangunan.
Setelah menelepon dan bernegosiasi, Furya akhirnya bisa bernafas lega.
Pagi itu ia langsung melanjutkan pekerjaannya yang belum selesai.
Semua barang yang masih bisa di selamatkan ia rapikan dan pindahkan ke tempat lain.
Karena hanya ada 2 kamar, Furya mau tak mau membangunkan Ren dan Yuki lebih cepat.
Melihat sang kakak yang tumben membangunkan mereka pagi sekali, Ren langsung protes dan mulai mengigau.
“Kakak...Ren masih ngantuk kak. Sepuluh menit lagi ya...”
“Ren bangun cepat. Bantuin kaka mindahin barang-barang!”
Karena atap kamarnya yang roboh, air hujan memang masuk sampai ke ruang tengah dan membasahi hampir semua tempat.
Untungnya kamar sang adik yang dulunya kamar orangtua Furya sempat di renovasi dan tak mengalami bencana yang sama.
Melihat kedua adiknya masih enggan bangun, Furya terpaksa mengerjakan semua itu sendirian.
Sampai 1 jam yang melelahkan akhirnya berlalu...
Ren dan Yuki yang bangun dan melihat rumah mereka kebanjiran terlihat senang dan bermain air.
Bukannya membantu sang kakak, adik lelaki Furya justru berseluncur di lantai yang becek.
“Yuuuhuuu...”
“Woi, sana mandi. Malah main air.”
“Hehehe, kamar kakak kenapa? Kok bisa bolong?”
“Udah jangan banyak tanya, cepat mandi nanti telat sekolah kamu.”
Dengan berberat hati, Furya yang di timpa kesialan akhinya memilih libur sekolah hari itu karena seragam sekolahnya ikut basah.
Rumahnya yang memang minta di renovasi seperti mengetahui dirinya sudah memiliki banyak uang dan minta di majakan.
Setelah memastikan kedua adiknya berangkat sekolah, Furya yang masih mengantuk kembali ke kamar sang adik dan lanjut tidur.
Sampai suara orang tua yang mengetuk pintu membangunkanya kembali.
~Tok...tok...tok~
“Furya, ini pak Toleh.”
~Tok...tok...tok~
Mendengar suara tetangganya yang pagi tadi sempat ia telpon, Furya yang bangun dan melihat layar hp sudah pukul 10 pagi beranjak dari kamar sang adik dan keluar membuka pintu.
~Cekrekkk~
“Ehhh pak Toleh. Masuk pak.”
Di suruh masuk, pak Toleh langsung masuk dan berbicara.
“Mana atap kamu yang rusak?”
“Itu pak, di kamar ujung.”
Di temani pak Toleh, Furya yang baru bangun tidur pergi berjalan menuju kamarnya.
Pak Toleh yang merupakan kuli veteran dan ahli dalam dunia perkulian langsung mengetahui cara memperbaiki kamar Furya yang atapnya jebol.
“Ohhh, bisa-bisa. Tapi saran bapak semua pondasinya di kuatin lagi.”
“Ini langit-langit rumah kamu kayaknya harus di perbaiki ulang biar makin kuat.”
Mendengar nasehat orang tua yang sudah katam dalam dunia perkulian, Furya hanya mengangguk dan mengikuti instruksinya.
Semua yang di katakan pak Toleh juga Furya dengar dan setujui.
“Oke pak, pokoknya aturlah semau bapak. Yang jelas Furya mau kejadian ini gak terulang lagi.”
“Aman, hari ini juga bisa bapak selesaikan kalau bahannya ada.”
“Sep pak, berapa tuh semua?”
Sambil berfikir dan menentukan harga, pak Toleh yang mengetahui kondisi keluarga Furya yang sulit mencoba memberikan harga yang rendah.
Karena itu juga ia berfikir cukup lama.
Semakin murah harga barang maka kualitas barang juga akan rendah. Karena itu pak Toleh memberikan Furya 2 opsi yang bisa di pilih.
Furya yang memiliki banyak uang tanpa berpikir langsung memilih opsi terbaik.
“Kalau gitu pake bahan yang bagus aja pak. Soal harga tenang, nanti saya lebihin.”
“Yakin kamu, soalnya lumayan mahal loh.”
“Santai pak, sebutin aja harganya berapa biar bisa langsung di kerjain nih.”
Mendengar langsung dari mulut Furya, pak Toleh yang sudah menetukan budget tertinggi dan terbaik langsung berbicara kembali.
“Sepuluh Juta deh, kalo deal langsung bapak kerjain nih.”
“Deal, saya lebihin jadi Lima Belas Juta deh bair makin cepet kerjanya.”
Mendengar ucapan Furya, pak Toleh hanya bisa bengong dan kebingungan.
Ia yang masih tetanggaan masih tak percaya dengan apa yang ia dengar.
Tapi karena tau Furya tak akan bercanda di saat seperti itu, pak Toleh hanya diam saja dan menerima bayaran 15 juta langsung di awal.
Setelah menyelesaikan pembayaran, pak Toleh dan anaknya Rafi yang bujangan langsung memesan bahan bangunan dan mulai memperbaiki atap kamar Furya.
“Huuuh, semoga aja sore bisa siap.”
“Pak, sore kira-kira bisa selesai gak?”
“Bisa...serahin semuanya sama bapak.”
Karena di bayar lebih, pak Toleh dan anaknya berkerja lebih cepat.
Ren dan Yuki yang siang itu pulang sekolah dan melihat rumah mereka sedang di renovasi langsung mengungsi dan bermain ke cafe Sherly.
Furya yang sudah bolos sekolah dan hari itu di telpon Jamal mengingat kembali tentang Festival Motorland yang tinggal satu hari.
Jika tak hari itu, maka even penting dan sangat menarik bagi penyuka motor seperti Furya akan berakhir tanpa sempat ia kunjungi.
Karena masih ada waktu, Furya mandi dan bersiap-siap pergi.
Sherly yang bosan di rumah ternyata ingin ikut dan sedikit memaksa.
Setelah mandi dan bersiap-siap, Furya yang sudah tampil rapi dengan kaos putih dan jaket kesayangannya langsung menemui pak Toleh.
“Pak, maaf ya saya mau ada urusan jadi Furya tinggal dulu.”
“Ohhh, santai. Pokoknya kamu tau beres deh.”
“Sep pak.”
“Bang Rafi, tuh nasi sama rokok udah Furya beliin.”
“Woah...mantap. Btw rapi gitu mau kemana?”
“Biasa bang, anak muda, hehehe.”
Setelah basa-basi, Furya pergi meninggalkan rumahnya dan berjalan ke rumah Sherly.
Melihat kedua adiknya asik bermain, Furya duduk dan menunggu Sherly yang kepo dan memaksa ingin ikut.
Sampai setengah jam berlalu, Sherly akhirnya selesai dandan dan menemuinya.
Melihat sang pacar yang cantik dan mempesona dengan hodie putih, Furya langsung tersenyum.
“Wihh cantiknya.”
“Hehehe. Yuk. Berangkat!”
Siang itu Furya izin pamit jalan-jalan kepada pak Hery dan buk Dinda.
Menaiki bus, dua pasangan yang bolos sekolah bergandengan tangan dengan begitu mesra dan pergi menuju acara Festival Motorland.