Sebuah alam yang penuh kekacauan menunggu seorang pemimpin yang di
ramal kan. Dia yang akan terlahir, mencabut segala segel, dan kutukan. Serta segala alam akan terhubung segala dimensi akan tersambung, dia juga termasuk kekasih Sang Pengantar Tulisan, juga sang pewaris empat naga kuno. apa? dia bisa menaklukkan dua alam, yaitu Alam Eheiwha dan Alam Armanaya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon MAHLEILI YUYI, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 33. Gong Sxhiansa
Lain, mereka terus berjalan ber bimbingan dengan erat seakan Yuyi dan Admiko berjalan di padang salju.
Tubuh mereka telah menggigil kedinginan dari mulut mereka telah mengeluarkan asap putih, bibir merah Yuyi agak menghitam karena dingin, sesekali Yuyi melihat ke arah Admiko, tiap anak tangga yang mereka injak menguap air setinggi mata kaki.
Ternyata tangga ini terbuat dari awan salju menurut legenda turun temurun alam Eheiwha, mereka baru percaya dengan cerita awan salju yang di pintal menjadi tangga ke langit.
"Tadi kenapa kamu berbohong?". Tanya Admiko.
"Berbohong, maksud mu". Jawab Yuyi.
"Ya, tadi kamu mengangguk, karena tetua Eiji mengatakan kamu pembantu". Ucap Admiko.
"Aku pembantu mu". Jawab Yuyi.
Admiko hanya melihat orang yang dia bimbing itu dengan tampa berkata-kata lagi, walaupun Yuyi tidak melihat ke arah nya.
Di luar lantai sembilan, Eiji terperangah seperti tidak percaya pada apa yang di lihat nya, dengan langkah terseok dia mundur ke belakang dan hampir jatuh, dengan cepat para murid nya menangkap Eiji.
"Kita tidak mimpi kan?". Tanya Eiji pada semua murid nya.
"Tidak Tetua". Jawab salah satu murid nya.
"Mereka akan mencapai lantai sepuluh". Ucap Eiji tertawa gembira.
\*\*\*\*\*\*\*
Saat mata hari mulai tenggelam, cahaya kuning senja telah turun, tidak lama lagi malam telah datang.
Dari samar cahaya kuning matahari yang hampir redup, empat sosok manusia berbimbingan tangan melintasi ribuan mil gurun gersang berkabut dalam keadaan terluka selama berhari- hari, mereka berjalan tampa kendaraan, sebab hewan tunggangan mereka telah di habisi oleh mahluk gurun terganas di gurun Negara Dutao.
Seekor mahluk yang pernah di lukis kan di atas sebuah kanvas kuno, di lukis oleh seorang pelukis yang terkenal dari negara An zaman.
Seekor mahluk berkepala serigala yang memiliki surai, dengan tubuh seperti kalajengking bersisik, setiap kaki nya memilki taji berkuku tajam melebihi pedang, nafas nya mengandung debu kehancuran. Ekor nya mengandung racun terganas.
Menurut para cerita dan legenda kultivator yang pernah menghadapi nya. Mahluk ini kelemahan nya tidak bisa menatap cahaya matahari. Menurut catatan kuno mahluk ini telah punah ribuan tahun yang lalu. Hanya lukisan nya saja yang di pajang di museum terbesar di Negara An zaman.
Dari kejauhan seseorang dari mereka tersenyum melihat sesuatu karena melihat hutan belantara, tanda nya mereka telah tiba di tepi sungai, salah satu sungai terbesar dari lima sungai di alam Eheiwha, sungai Ryota perbatasan negara Dutao dan An zaman.
Mereka dari sekte harimau buta, menuju sebuah sekte yang berdiri di tengah lautan gurun petir berbadai ganas yang bernama sekte Tujuh Konde Halilintar. setiap saat debu beterbangan di tiup angin kencang, sehingga pakaian mereka tidak ada lagi yang memiliki warna dasar, hanya di penuhi warna debu. Tujuan mereka ke negara Anzaman ialah mengantar kan sepucuk surat pada sebuah sekte yang telah menutupi diri dari dunia luar ratusan tahun yang lalu.
Ternyata hamparan hutan luas larangan di belakang sekte yang mereka tuju ini, rumah bagi mahluk penghuni gurun. dan sebuah bekas gerbang teleportasi lebih kurang lima ratus hasta tinggi nya. Tujuh kapal tua yang bewarna hitam yang telah lapuk.
Dengan langkah tertatih dan gemulai penuh waspada kelima orang itu telah berdiri di gerbang ke dua sekte, di lihat dari bangunan sekte ini, tidak ada yang menarik dan tidak ada keindahan dari tempat ini hanya milyaran batu persegi empat yang di susun dan di tata rapi.
"Praaaaakkkkkkk". Sebuah tombak menancap di tempat kelima orang itu berdiri.
"Swiiiiiss". Walaupun dalam keadaan terluka parah orang yang berlima itu, tapi kewaspadaan naluri kultivator nya, tidak pernah turun sedikit pun.
"Heaaatttttt". Suara orang menyerang.
"Praaaanggg". Suara benda keras menangkis.
"Ting, ting, ting, ting, ting". Suara senjata beradu.
Wanita itu lalu melompat pada sebuah batu, aura gerhana matahari akhir nya memancar seperti gelombang air bah, ingin netral kan tempat itu dan mengambil lagi sebuah kuda-kuda berniat menyerang kembali. Dan empat teman nya yang lain bersiap siaga jika ada penyerangan yang tak terduga.
Dari sebuah kabut perkelahian mereka yang telah mulai hilang tertiup angin, ternyata berdiri seorang pria yang berumur di atas enam puluh tahun, aura kultivasi nya di tingkat langit awal. Memiliki rambut putih berjalin tiga, yang hampir menyentuh tanah, lengan nya bergelang tali emas, tujuh tusuk konde yang menghiasi rambut nya. Sebenar nya laki-laki ini telah berumur di atas tujuh Rhutz atau bahkan lebih lagi.
Namun tiba-tiba wanita itu menyemburkan darah dari mulut nya, sambil memegang dada, karena bisa mahluk gurun yang pernah menyerang mereka tidak tertawar lagi oleh qi nya. Tapi di balik wajah pucat nya, dia tersenyum menatap laki-laki yang menyerang nya.
Dalam sekelebat bayangan laki-laki ini lalu melompat dan menangkap wanita yang hampir tidak sadar kan diri itu.
"Iva". Ucap Laki-Laki yang sedang menangkap nya.
"Ayah". Jawab wanita itu terhenti, lalu dia tak sadarkan diri dalam pelukan laki-laki itu.
Tiba-Tiba ratusan murid entah dari mana datang nya, tiba-tiba memenuhi halaman sekte itu, rambut mereka semua hampir mencapai tanah, dengan wajah pucat bersih, tubuh kekar terlatih, dengan jiwa dan fisik kultivator gurun terpampang jelas di tubuh mereka. Aura kultivasi di tingkat gerhana matahari tengah mereka memancar seperti menyinari ratusan hasta ke sekeliling tempat itu.
"Thahoroa, apa, apa, benar makluk itu yang menyerang putri ku, tidak mungkin, mahluk gurun terkutuk itu telah punah ribuan tahun yang lalu". Ucap Pria itu sambil menatap wajah wanita yang telah berpisah ratusan tahun itu. Tubuh wanita yang lunglai di pelukan nya itu telah kelihatan mulai membiru.
Langsung pria itu melarikan putri nya ke sebuah ruangan, dan di ikuti oleh semua murid nya. Dalam sebuah ruangan itu ada sebuah sungai selebar tujuh hasta yang bewarna hitam pekat yang berasal dari gurun, karena sejak zaman dahulu kala air sungai itu tak pernah bening, karena pengaruh sebuah sumpah dan kutukan.
Pria itu terhenti.
"Sungai Nyxoria telah mulai bening, ternyata benar, mahluk itu mulai bangkit, ternyata benar, gong Sxhiansa di bait dewi timur telah meruntuh kan segala segel dan kutukan, siapa yang telah melampaui ruang delapan bait dewi timur". Ucap nya dalam hati, dia terus menatap sungai di dalam ruangan itu dengan wajah ketakutan.
"Apa yang di nantikan itu telah terlahir". Ucap nya terus bergumam.
Lalu dia meletak kan putri nya di kolam kecil itu dengan ukuran sembilan orang dewasa. Lalu laki-laki itu dan beserta ratusan murid nya
Bersambung*******
