Segala derita dan air mata di masa lalu berhasil menjadi kan sosok Naima Maheswari menjadi wanita mandiri.
Kata malas dan malas sudah menjadi makanan sehari - hari yang di cap sang bapak kepada ibu nya.Naima bukan lagi bayi kecil yang tidak mengerti keadaan di sekitar nya.
Akan kah Naima membenci pernikahan atau malah sebaliknya dan bertemu lagi dengan sosok pria yang mirip dengan kelakuan Ayah nya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon oland sariyy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pesan Seorang Ibu
Selesai mencari handphone.Lara mengajak Naima untuk keliling ibu kota.mereka berdua duduk di kursi penumpang sedang kan yang bertugas menyetir mobil adalah sopir Nenek nya Lara.
" Mahal banget harganya." keluh Naima sambil membolak-balik kotak handphone yang masih bersegel di tangan nya.
Naima tidak tahu kalau sudah di bohongi oleh Lara, Naima hanya membayar dari setengah harga sedang kan sisa nya langsung di transfer oleh Mama Lara .
Lara sudah kongkalikong bersama pegawai toko handphone dan Naima sama sekali tidak menyadari nya.
" Masa di kota nggak ada handphone bekas sih Ra! Tau gitu mending Aku beli di kampung saja waktu itu." sambung Naima masih tidak percaya dengan ucapan pegawai toko tadi yang mengatakan tidak ada yang menjual handphone second di tempat ini.
Lara mentertawakan tingkah Naima dalam hati, sahabat nya mau saja percaya dengan apa yang di katakan oleh pegawai toko tersebut.Lara tidak ada maksud apa-apa,dia hanya ingin Naima di hargai di tempat baru nanti.handphone ini juga bisa membantu Naima dalam belajar.
" Udah biarin aja Nai,duit Kamu kan masih banyak! Handphone ini nanti bisa Kamu pakai untuk mencari apa yang tidak ada dalam buku." Naima mengangguk samar sambil menghitung-hitung sisa uang di buku tabungan nya.
Lara mengalihkan perhatian Naima ke gedung-gedung tinggi yang ada di ibu kota.Naima terkesima melihat barisan gedung tinggi itu.
" Kenapa di kampung tidak ada gedung seperti ini ya Ra?" tanya Naima ambigu.
Lara mengedikkan bahu tidak tahu harus menjawab apa,Lara menjelaskan kepada Naima nama dan apa fungsi gedung pencakar langit ini.Naima mengangguk paham sambil mengingat penjelasan dari Lara.
Beruntung sekali Naima memiliki sahabat seperti Lara,andai saja Naima tidak satu kampus dengan Lara, pasti saat ini dia sedang berpanas-panasan di jalan ibu kota.mau naik angkot juga mikir-mikir takut uang nya habis.
" Besok kalau sudah sukses kita pulang kampung ya Ra! Kita bangun gedung tinggi yang banyak dan mampu menampung banyak tenaga kerja." ujar Naima bercanda tapi malah di tanggapi dengan serius oleh Lara.
" Kamu jadi CEO nya dan aku jadi wakilnya Nai." balas Lara sambil memeluk sahabat nya.
Perjalanan kedua sahabat ini semakin menjauh.begitu melihat ada pedagang es cendol yang sedang mangkal di tepi jalan.Naima mengajak Lara untuk membeli es cendol tersebut.
Panas terik begini memang cocok di temani sama es cendol dan jajanan pasar lain nya.Lara mengiyakan keinginan Naima lalu meminta Pak sopir untuk menepikan mobil.
Meskipun keluarga nya punya bisnis yang lumayan besar,Lara sama sekali tidak melupakan jajanan yang sering di beli sewaktu masih tinggal di kampung halaman Naima.lidah Lara cocok dengan segala jenis makanan dan tidak gengsi jajan di tepi jalan.
Tiga ikat es cendol sudah berada di tangan,Naima mengajak Lara pindah ke gerobak sebelah lalu membeli dua porsi rujak,tiga porsi batagor dan dua porsi martabak mini.
Makanan tersebut rencananya akan di bagi juga untuk pak sopir yang menunggu mereka di dalam mobil.
" Makasih ya Nai traktiran nya." Lara sengaja mengalah demi menyenangkan hati Naima.
Lara tidak mau terlihat dominan,ia sengaja membiarkan Naima membayar semua makanan yang mereka beli karena ingin menghargai pemberian sahabat nya.ya sekalipun nanti uang itu akan di ganti secara diam-diam yang penting saat ini dia harus menghargai usaha Naima yang ingin mentraktir nya.
" Dengan senang hati!Maaf ya baru bisa traktir kamu makanan di pinggir jalan." ucap Naima sambil nyengir .
" Makanan pinggir jalan juga makanan layak di makan kan Nai? Aku suka makanan nya karena enak-enak." Lara kembali merangkul lengan Naima untuk kembali ke mobil.
Setelah ini mereka berencana mencari makan siang di rumah makan terdekat,Naima tidak mau makan di restoran karena takut uang nya cepat habis.Lara memaklumi itu semua.
" Nak bagi makanan nya Nak! Cucu Nenek dari tadi malam belum makan." seorang wanita paruh baya yang menggendong balita datang menghampiri Naima dan Lara.
Suara Nenek ini bergetar seperti sedang menahan sesuatu, begitu juga seluruh tubuh.
Baju yang mereka kenakan sudah kotor dan robek di segala sisi.melihat Nenek ini membuat Naima teringat akan sosok ibu nya.
Naima merasa beruntung masih bisa makan dengan layak dan punya tempat tinggal untuk berteduh.
" Ini cucu nenek ya?" tanya Naima sambil tersenyum ramah.
Nenek ini menjawab dengan mengangguk kan kepala nya,sedetik kemudian balita mungil itu langsung menangis sesenggukan sambil meminta makan.
" Mam.mam....Hiks...Hiks."
Botol susu yang di pegang balita itu juga sudah kotor hanya di isi dengan air putih saja.di tangan sang Nenek ada kemoceng yang biasa di gunakan untuk bersih-bersih.pekerjaan sehari-hari Nenek ini membersihkan kaca mobil,tapi hingga detik ini belum juga mendapatkan uang.
" Ibu nya kemana Nek?" tanya Naima lagi.
" Sudah meninggal Nak,ayah nya pergi tidak tau kemana, sampai sekarang tidak pernah datang melihat anak nya." ujar Nenek ini berhasil membangkitkan kenangan buruk Naima tentang sosok seorang Ayah.
Ternyata nasib balita mungil ini sama seperti dia,beda nya Naima masih memiliki ibu di samping nya.andai saja bapak balita ini mau bertanggungjawab pasti sang Nenek tidak perlu meminta makanan seperti ini.
" Rudi versi kedua ada di sini,kenapa pria cuma mau enak nya saja Ra." lirih Naima di telinga Lara.
" Nggak semua Nai, kebetulan saja." bisik Lara lagi tidak ingin Krisis kepercayaan Naima terhadap Pria semakin meningkat drastis.
" Sama saja Ra! Kasihan adik kecil ini." mata Naima berkaca-kaca menatap balita mungil ini.
Lara yang ingin memberikan selembar uang ratusan kepada sang Nenek sudah di dahului oleh Naima.
Mana tega Naima menolak permintaan Nenek ini,jika pun tidak punya uang apapun yang ada di tangan nya rela dia berikan untuk sang Nenek.
Naima memang tidak pernah merasakan hidup di jalanan seperti ini,tapi dia tahu bagaimana capek nya menahan rasa lapar.
" Mau beli batagor atau jajanan lain nya Nek?" tawar Naima dan Lara secara bersamaan.
Setelah mengatakan itu kedua sahabat ini saling melirik lalu tersenyum lebar.memang sehati mereka berdua,di kampus nanti mereka juga tidak perlu merasa kesepian lagi karena sudah punya teman sejati yang selalu menemani.
Lara memesan beberapa makanan yang akan di bawa Nenek pulang ke rumah nya, sebelum pergi Lara tidak lupa memberikan selembar uang ratusan lagi untuk sang Nenek.
" Kenyang banget Nai,Aku tidur sebentar ya." Lara langsung merebahkan tubuh di atas kasur tipis milik Naima.
Sisa makanan tadi belum sempat di bereskan tetapi Lara sudah terlelap dalam tidur siang nya meninggal kan Naima yang sedang sibuk mengotak-atik handphone baru.
Drt...Drt...
Naima memutuskan untuk menghubungi sang Ibu sambil duduk bersandar meregangkan pinggang yang tiada henti nya duduk di dalam mobil.
" Halo...Siapa ini?" tanya Maryah karena belum tahu kalau yang menelpon nya adalah Naima.
Naima tersenyum haru mendengar suara ibu nya yang masih sama seperti saat dia pergi kemarin.rasa nya Naima ingin sekali memeluk tubuh ibu nya yang begitu menenangkan jiwa.
" Ini Aku Naima anak ibu,apa kabar Bu?" tanya Naima .
" Ini Kamu! Nai? Ya Allah nak, gimana perjalanan kemarin.Kamu sudah makan belum.tinggal dimana Nak? uang mu masih ada kan?" Maryah langsung menyerang Naima dengan banyak pertanyaan.
Membuat Naima tertawa terbahak-bahak mendengar nya.Lara yang terusik dengan suara Naima langsung membuka sedikit mata nya, setelah mendengar dengan siapa nama berbicara dia kembali melanjutkan tidur.padahal Naima lah yang paling capek dan butuh istirahat tapi malah Lara yang tertidur pulas.
Naima bercerita banyak hal kepada ibu nya, mulai dari bertemu dengan Lara, kontrakan yang dekat dari kampus dan rencana nya untuk mencari pekerjaan yang tidak menggangu jadwal kuliah nya.
" Kalau Kamu butuh uang, telpon ibu ya nak,jangan sampai melakukan hal yang di larang agama kita,Ibu dan Dito selalu ada untuk Kamu." ucap Bu Maryah takut Naima salah jalan seperti anak tetangga nya yang pulang dari ibu kota malah hamil tanpa suami.
Meskipun beliau tahu Naima tidak seliar itu tapi Maryah merasa wajib bagi nya untuk mengingat kan sang putri.sejak tadi Maryah gelisah menunggu kabar dari putri nya, setelah ini dia bisa istirahat dengan nyenyak karena rencana nya besok akan mulai membuat kue lagi.tidak banyak kue yang akan di buat takut Dito marah kepada nya.
" Naima bisa jaga diri dengan baik Bu! Jangan pikirin Naima,ada Lara di sini .mana mungkin Lara membiarkan Aku melakukan hal buruk .besok Aku mulai ke kampus dan sore nya Aku berencana mencari pekerjaan."
Bersambung.
Jangan lupa like, bantu rate ⭐ ⭐ ⭐ ⭐ ⭐ dan tinggal kan jejak kalian di kolom komentar meskipun hanya satu kata saja guys.
Sudah gila saraf otak pak rudi, dia yang menghabiskan uangnya demi si neneng itu malah balik menyalahkan naima... tega banget seorang ayah tanpa memberi nafkah dan kasihsayang ingin menukarkan harga diri anaknya buat orang lain karena demi uang...
lanjut dong thor
naima dan dito sangat menyayangi ibunya,
tapi bagaimana mereka bisa mendapatkan biaya untuk operasi? apakah ada yg membantu mereka? semoga saja ada orang baik yang bsa menolong ibunya...
sepertinya dokter bagas dia tertarik pada naima tetapi dia sadar diri, naima masih bocah....
bu maryah sudah pasrah dengan tindakan kasar pak rudi tapi dia selalu percaya pak rudi setia...
setelah ini, apakah bu maryah tetap bertahan dengan segala cobaan rumahtangga mereka, dan apakah naima dito masih mau menerima perilaku buruk pak rudi kepada mereka....
naima,punya teman yang baik , selalu bantuin ketika lagi kesusahan dengan cara diam" memasukkan selembar uang ke dalam tas naima. tapi naima susah dia tidak pernah memanfaatkan temannya itu karena dia anak yang tulus...