Istri Nakal Sang Gubernur

Sudah tiga bulan Annabelle keluar dari rumah sakit, begitupun dengan sang suami yang sudah mulai bekerja di kantor.

Lagi-lagi selama itu Annabelle di sibukkan dengan dimulainya ujian sekolah. Setelah melakukan ujian yang membuat Annabelle melongo dan sakit kepala setiap malam, belum lagi yang membuat kesal adalah si suaminya itu yang sama sibuk, pergi pagi buta, pulang larut di malam gelap gulita.

Annabelle 'kan jadi kesal!

Namun semua itu tidak lagi di rasakan karena hari libur ini, tanggal merah yang biasa dirinya tunggu-tunggu akhirnya telah kesampaian juga.

Annabelle telah lulus, satu bulan lalu mengikuti ujian sekolah, kini dirinya hanya menunggu ijazah dan wisuda saja. Ah, Annabelle tidak sabar, apalagi sekarang ada sang suami yang pasti akan menemaninya.

Dan hari minggu ini, dirinya akan melakukan sesuatu bersama Daneesh.

Kencan!

Ya, dirinya dan Daneesh akan kencan ala-ala remaja!

Walau Annabelle masih muda dan maklum Daneesh sudah tua! Eh, hampir tua.

Tapi tidak sesuai ekspektasi Annabelle, mulutnya menganga saat melihat Daneesh keluar dengan kaos polos putih dan celana jeans hitam.

Benar-benar! Ini suaminya?

"Sudah sayang, aku memang tampan!" Celetuk Daneesh terkekeh geli melihat reaksi berlebih sang istri.

Cih!

"Siapa yang bilang Abang tampan!" elak Annabelle dengan wajah memerah.

"Ya sudah," acuh Daneesh kemudian berlalu meninggalkannya seorang diri dari kamar.

"Ih, Abang! Tunggu!!!"

"Bilang tampan dulu tapi!" ujar Daneesh.

Huh!

"Iya, suaminya Annabelle yang cantik imut lucu ini! Sudah ya!" Ujar Annabelle keras, membuat Nathalie dan Kaisar yang berada di lantai bawah tersenyum lebar.

Daneesh mendengus kesal.

🍒🍒🍒

Daneesh benar-benar tidak mengerti dan tidak habis pikir dengan istrinya yang terlihat senang hanya dengan berjalan-jalan saja.

Dengan tangan yang saling bergandengan erat dan saling menebar senyum manisnya.

Daneesh tidak habis pikir jika ini sangat menyenangkan.

Beberapa orang yang tahu Daneesh adalah mantan gubernur menyapanya ramah. Tidak sesekali kaum ibu-ibu meminta foto, membuat Annabelle kesal sendiri. Masalahnya dia tidak diajak juga toh!

"Tolong bantu foto kami ya, Neng." ujar salah satu ibu-ibu itu membuat Annabelle menahan kesalnya.

"Boleh ibu," tekan Annabelle.

Setelah kekesalan itu hilang, kini keduanya masuk ke dalam stand penjual cokelat yang tengah viral dikalangan remaja. Tentu saja sesuai permintaan Annabelle, istrinya.

"Kau saj yang makan, sayang. Abang tidak makan coklat, itu lemak semua! Itu coklat sayang!" tolak halus Daneesh saat sang istri menawarinya untuk memakan cokelat.

"Ih, dasar! Ini enak tahu Bang! Mentang-mentang sudah ada kotak-kotak di perutnya takut sekali ya itunya hilang!!" Daneesh tersenyum mendengar ucapan sang istri yang terkesan menyindir.

Tapi bukan menyindir, wanita itu memang mengatakan sebuah fakta!

"Kau mau Abang gendut sayang? Terus buncit? Kau mau hmm?"

"Ya tidak mau lah Bang! Seperti Papanya Alice dong! Ih geli! Nanti kalau aku mau di gendong, Abangnya tidak kuat lagi tahu!" cerocos Annabelle.

Daneesh tidak bisa berkata-kata lagi, Annabelle dengan segala keunikannya itu membuat Daneesh bahagia setiap hari.

Apalagi wajah ikut dan menggemaskan miliknya itu!

Tidak tahu kenapa Daneesh bisa jatuh cinta kepada wanita ini, jika dulu kriterianya adalah wanita dewasa, cantik, seksi, dan pintar. Tapi saat ini semuanya ditepis dengan kehadiran Annabelle.

Annabelle dengan sifat yang cerewet, manja, tidak terlalu pintar, bahkan tubuh mungilnya itu yang bukanlah tipe pria sukses kebanyakan.

Tapi namanya juga hati, tidak ada yang tahu bagaimana akhirnya! Bukankah Tuhan yang membolak-balikkan hati manusia? Daneesh hanya berharap semoga hatinya dan hati sang istri selalu terkait satu sama lain hingga mati memisahkan.

Annabelle adalah jodohnya.

Bukankah setiap kesuksesan seorang anak ada pada doa orang tuanya?

Jadi Daneesh mengikuti apa yang dikatakan oleh sang mami dulu.

"Mami hanya bisa mendoakan semoga kau bahagia selalu, Rain-nya Mami. Kesayangan Mami dan Papi." ujar tulus Nathalie kala itu.

Dan terbukti dengan apa yang Daneesh rasakan saat ini. Kebahagiaannya dengan Annabelle sangat sederhana, sangat berbeda dengan kebahagiaan yang sebelumnya dia rasakan.

"Sudah yuk, Bang! Kita lanjut lagi!" ujar Annabelle dengan mulut penuh cokelat es krim.

Daneesh juga dapat melihat sisa lelehan es krim di sudut bibir istrinya. Jika bukan di tempat umum, Daneesh akan langsung melahap habis bibir manis itu.

Bibir yang selalu merajuk manja dan cerewet kepadanya.

Namun, ini tempat umum. Tidak mungkin Daneesh melakukan hal itu.

"Eh, Bang!" Annabelle terkejut saat Daneesh mengusap sudut bibirnya dengan ibu jari, apalagi pria itu menghisap ibu jari bekas bibir istrinya.

"Manis sayang, seperti dirimu."

Blush!!

Annabelle tidak kuat!! Ah! Babang Daneesh!

🍒🍒🍒

Kini Daneesh dan Annabelle tengah berada di sebuah mall, mereka berjalan menyusuri jalanan kota yang saat ini ramai pula di penuhi oleh sepasang suami istri.

Annabelle melihat-lihat toko topi dengan seksama, barangkali ada topi couple untuk dirinya dan Daneesh.

Sedangkan di sisi lain, Daneesh pergi sebentar ke dalam kamar mandi.

Annabelle sibuk dengan pilihannya, hingga tiba-tiba sebuah tepukan di belakang tubuhnya membuat Annabelle menoleh.

Deg!

"Kau?" Annabelle terkejut.

"Hai, Anna? Bagaimana kabarmu? Aku sudah lama mencari mu, nomormu juga tidak aktif?" cerocos pria dihadapannya itu.

Bima Sakti, teman SMP Annabelle itu membuat dirinya terkejut.

"Hai Bim, aku baik. Kau sendiri bagaimana?" Ramah Annabelle, memang dirinya sudah tidak pernah bertemu lagi dengan pria itu. Apalagi setelah pindah ke Jakarta Pusat dimana Ayah Bima adalah seorang anggota DPR.

"Aku baik, kau mau menonton film bersamaku? Kebetulan aku akan menonton, supaya kita bisa bernostalgia?" Goda Bima, menatap wajah cantik wanita yang sudah lama dia impikan.

Annabelle berpikir, jika dirinya ikut Bima lalu bagaimana dengan Daneesh? Apalagi hal itu adalah salah! Annabelle telah memiliki suami dan itu adalah hal yang tidak baik, bukan?

Dirinya tidak ingin menghancurkan kepercayaan sang suami karena seorang teman lama.

Bagaimana jika dirinya salah paham dan marah?

Annabelle seketika mencari ke kanan dan kiri, apakah suaminya itu belum pulang dari kamar mandi?

"Tidak Bima, aku tidak bisa." Jawab singkat Annabelle, perasaannya mulai gelisah.

"Lah, kenapa? Daripada di toko ini, lebih baik bersamaku saja! Film ini perdana tayang tahu Ann, kau harus menontonnya. Lagipula ini genre kesukaan dirimu!" Ujar lagi Bima, mencoba membujuk wanita pujaannya ini.

Annabelle yang tengah berpikir, mencoba mengulur waktu menunggu suaminya itu terkesiap saat tangannya di tarik oleh Bima, "lama ah!

Belum hilang keterkejutannya, Annabelle di buat lebih terkejut saat tautan tangan itu terlepas kasar oleh seseorang.

'Bang Daneesh?'

"Kenapa sih Om? Tidak sopan tahu!" Gerutu Bima yang merasa kasihan saat melihat tangan Annabelle yang memerah.

"Aku bukan Om-mu!" tekan Daneesh.

"Terus siapa? Om-nya Annabelle?" tanya heran Bima.

Daneesh rasanya ingin meledak saat lagi dan lagi dirinya di sebut sebagai Om dari Annabelle.

****!!

Begitu pula Annabelle, saat melihat amarah dalam diri sang suami membuat dirinya gemetar.

"Pulang Annabelle!" Sebisa mungkin Daneesh menahan amarahnya, dirinya tidak ingin meledak di tempat umum dan dihadapan istrinya ini.

Daneesh tidak ingin hubungannya kembali memburuk!

"Om maaf sebelumnya, aku ingin meminta izin untuk membawa Annabelle pergi menonton. Aku amanah Om, aku akan menjaga Annabelle dengan aman selamat sentosa!" ujar bangga Bima.

Lah!

Semakin emosi Daneesh mendengar hal itu!

Kedua tangannya terkepal kuat, Daneesh sebisa mungkin untuk menahan emosinya.

"Ayo pulang!" Daneesh langsung menarik lengan istrinya untuk pulang.

Bagaimana Daneesh bisa tenang? Bagaimana bisa tangan istrinya di pegang oleh pria lain seusia istrinya begitu saja?

Daneesh benar-benar tidak terima!

Daneesh tidak terima istrinya di sentuh orang lain!

"Masuk!" Daneesh berusaha untuk tetap sabar walaupun dirinya tidak bisa sabar.

Daneesh juga tahu jika apa yang dilakukannya tadi membuat tangan sang istri memerah tanpa sadar.

Annabelle tidak menjawab apapun, tapi sebelum masuk ke dalam mobil. Dirinya memberanikan diri menatap wajah Daneesh.

Tatapan yang sangat berbeda sekali.

Daneesh menyadari itu semua. Tatapan kekecewaan yang di perlihatkan sang istri saat ini.

Tatapan yang menyiratkan sebuah rasa sakit dan kecewa yang Annabelle rasakan. Sejenak Daneesh merasa bersalah, tapi emosi pria itu sudah ada di ubun-ubun.

Emosi Daneesh sudah menguasai diri pria itu.

Deg!

[ To be continued ]

Spoiler!!

"Sikap kau itu kekanakan! Kau sudah keterlaluan Annabelle!!!"

Plak!

"Kau!!!"