Ayahnya Arumi terlilit hutang. Hal itu membuat sang ayah kena serangan jantung. Arumi tidak punya uang untuk membawa sang ayah berobat. Bahkan, rumah sebagai jaminan sudah ditarik rentenir. Dalam keadaan sulit itu, seorang dokter wanita menawarkan bantuan kepada Arumi. Akan membiayai pengobatan sang ayah, asal Arumi mau menikah dengan ayahnya yang sedang sakit.
Tidak ada pilihan lain, dalam keadaan terpaksa Arumi menerima tawaran itu, walau sebenarnya ia masih ingin melanjutkan studynya.
Pernikahan Itu pun terlaksana, dan ia dikejutkan dengan kenyataan bahwa, pria yang ia sukai di pandangan pertama adalah anak dari pria tua yang menikahinya, tepatnya. Arumi menyukai anak tirinya.
Bagaimana kah kelanjutan kisah cinta terlarang itu?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Febriliani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
penjelasan
Huufft..
Dimas bangkit, ia seret kaki nya ke arah Arum yang ada di ambang pintu. Wanita itu benar-benar ingin ia pergi. Dimas sedih sih, ia terlihat tidak diharapkan.
"Aku bukan anak kandung bapak Subroto!"
"Haahh...!" kedua matanya Arum membeliak mendengar ucapan Dimas. Kaget..! itu sudah pasti. "Jangan ngarang dech!" Arum dorong tubuhnya Dimas agar keluar dari kamar.
"Heii... Arummm... Jangan dikunci..!" Dimas mendorong kuat pintu yang hendak Arum kunci.
Ia kesal sekali kepada Dimas. Tapi, pria ini tidak bisa dibilangin.
Hufffftt..
Arum menarik napas barat. "Terlepas siapa kamu, aku gak perduli. Aku gak mau berurusan dengan keluarga kamu lagi. Pergi...!"
Arum kembali mendorong baru nya Dimas, agar pergi dari rumah nya. Dimas yang berbadan kekar, tetap bergeming.
"Jangan ganggu hidupku. Aku ingin hidup tenang. Walau aku cinta kamu pak Dimas. Tapi, karena ibumu yang menyebalkan itu. Ku anggap aku tidak mencintaimu. Hidup ini indah, aku tidak mau gila kalau bergabung dengan keluargamu. Kamu pergilah....!" ujar Arum histeris. Matanya sudah berkabut. Mengingat Bu Dewi saja, darahnya sudah mendidih.
"Iya, aku mengerti. Ibu jahat padamu. Karena ia takut kehilanganku. Ia cemburu padamu, karena ayah juga baik padamu. Ibu tidak mau dua pria yang ia sayangi dan cintai, berpaling darinya, karena kamu!" ujar Dimas lirih.
Keningnya Arum tertaut mendengar penuturan Dimas. Ingin Rasa nya dia tertawa di hadapannya Dimas. Bu Dewi cemburu pada nya?
"Sudah lah, jangan kebanyakan drama. Aku gak mau tahu tentang kalian lagi!" Arum kembali mendorong bahunya Dimas agar pergi dari hadapannya.
"Rum, Aku mencintaimu!"
Deg
Jangan tanya gimana keadaan jantungnya Arum saat ini. Pria ini terlalu blak blakan.
Arum yang syok dengan pengakuan Dimas, membuang cepat pandangan dari tatapan tulusnya Dimas. Ia juga cinta Dimas. Tapi, kan hubungan nya dengan keluarga nya Dimas gak baik. Lagi pula dia Ibu tirinya Dimas.
"Ibu sekarat di rumah sakit dan sudah 2 tahun Ibu sakit. Ibu stroke, badan setelah kanannya tidak berfungsi.
Rasain.
Astagfirullah, Arum sempat-sempatnya mengumpat soal bu Dewi. Arum manusia biasa, yang bisa sakit hati dan dendam. Ia belum ikhlas menerima sikap Bu Dewi yang tidak memperlakukannya dengan baik.
" Sejak Ibu stroke, Ibu sering nanyain kamu. Ibu sudah mengakui kesalahan nya, yang bersikap tidak adil padamu. Dan kemarin, akhirnya aku melihatmu di bandara. Kejadian itu ku anggap sebagai tanda, kalau kita masih ditakdirkan untuk bersatu. Sempat mencari keberadaanmu, dan Ibu tahu akan hal itu. beliau marah besar, dan setelah itu, aku tidak cariin kamu lagi. Karena aku merasa kamu tidak menyukaiku."
"Lah, itu Kamu nyadar. Sudah lah...Yang lalu biar berlalu. Aku sudah bahagia sekarang. Aku bisa hidup tanpa cinta. Apa itu cinta, deritanya tiada akhir" ujar Arum enteng, malas sudah dia berurusan dengan keluarga nya Dimas.
"Iya, cinta membuat derita. Seperti aku yang menderita tanpa melihat senyummu. Arum, sikapku dulu yang selalu ingin dekat dengan mau, harus nya bisa kamu baca."
"Karena sikap mu itu membuat ku takut padamu. Ada ya anak tiri, mau nya nempel terus sama Ibu tirinya." Sahut Arum ketus.
"Karena, kamu bukan Ibu tiriku, maka nya aku berani dekatin kamu. Belum juga ku cerita kan semua nya. Kamu nya sudah menghilang." Ujar Dinas sedih. Ia duduk kan bokongnya di ambang pintu, menyandarkan tubuhnya di kusen pintu.
Arum terhenyak mendengar penjelasan Dimas.
"Aku tidak pergi, tapi diusir!" tegas Arum sok tegar. Padahal hati nya kacau saat ini.
"Iya, Ibu sudah sadar akan kesalahan nya." Dimas mendongak, menatap Arum dengan muka penuh kasihan
Arum kembali membuang pandangan, Ia tidak sanggup bersitatap dengan Dimas.
"Temui Ibu sekali saja!"
Haahh..
Arum memutar lehernya menatap heran kepada Dimas.
"Ibu sekarat di rumah sakit. Ibu selalu menyebutkan nyebut namamu. Siapa tahu, setelah bertemu dengan mu, Ibu bisa pergi dengan tenang. Keluar dari pesakitannya." Ujar Dimas sendu. Pria itu bangkit dari duduk nya.
Arum masih terlihat barat untuk memenuhi permintaannya Dimas.
"Apakah kamu juga tidak ingin ziarah ke makam ayah!"
Deg
Dadanya Arum berdebar hebat di saat mengingatkan nama Pak Subroto. Suaminya itu dulu sangat baik pada nya
"A, apakah beliau sudah meninggal?" tanya Arum lirih, mata nya sudah digenangi air.
Dimas mengangguk lemah
"Iya, 6 bulan setelah kamu pergi dari rumah. Ayah sempat dirawat intensif di rumah sakit di kota ini. Dan ayah juga dimakamkan di kota ini. Bukan di kampung kita." Ujar Dimas sedih. Kedua mata pria itu juga nya nampak berkaca-kaca menahan sedih.
Arum merasa sangat keterlaluan jika tidak mau menjenguk bu Dewi dan ziarah ke kubur suaminya. Rasa sakit dan dendam tidak lah berguna. Toh, yang salah sudah sadar dan ingin minta maaf.
