"Sebenarnya Aku hanya terpaksa menikahi mu demi memenuhi permintaan terakhir mendiang Papa, jadi kamu jangan pernah berharap lebih dalam pernikahan ini. Satu bulan lagi Kania kekasihku akan kembali dari luar Negeri, kami sudah berencana menikah setelah dia kembali dan pernikahan kita hanya sebatas itu saja" Farhan Adinata.
Mendengar pengakuan suaminya yang begitu menyesakkan dada, tak menyurutkan keteguhan Nada K.A mencintai suaminya. Ia meminta waktu satu bulan itu untuk menjalankan perannya sebagai istri yang berbakti kepada suaminya. Setelah satu bulan ia akan merelakan suaminya untuk wanita lain. Namun, setelah satu bulan Nada berubah pikiran, ia lebih rela di madu dan menyembunyikan statusnya sebagai istri Farhan demi cinta dan baktinya kepada sang suami.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon syitahfadilah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
KCN~ BAB 33
"Hanya karena Mama tidak merestui pernikahan kamu dan Kania, kamu sampai tega mengatakan padanya kalau Mama mu ini sakit jiwa. Keterlaluan kamu, Farhan!" Ucap mama Sarah dengan bibir bergetar. Jika saja orang lain yang mengatakan itu mungkin tidak akan sesakit ini rasanya.
"Apa hebatnya perempuan itu sampai kamu lupa diri seperti ini, huh?"
Farhan tak mampu menjawab apapun. Sungguh, ia menyesali perkataannya kala itu. Saat itu ia merasa terdesak karena Kania dan keluarganya yang terus mempertanyakan ketidakhadiran mama nya dari awal lamaran sampai menjelang hari pernikahan. Karena tidak mungkin mengatakan jika mamanya tidak memberi restu maka tidak ada pilihan lain selain mengatakan bahwa mamanya memiliki gangguan kejiwaan demi agar pernikahan dengan Kania tidak dibatalkan.
"Maafkan aku, Ma." Hanya itu yang mampu Farhan ucapkan. Tubuhnya luruh ke lantai bersimpuh dihadapan mamanya.
Namun, mama Sarah memundurkan langkahnya ketika Farhan bergerak maju hendak memeluk kedua kakinya.
"Pergi kamu dari sini, pulang sana kerumah Istri baru kamu itu dan jangan pernah datang kesini lagi!" Ucap mama Sarah dengan berteriak sambil menunjuk kearah pintu kamarnya yang tidak tertutup rapat. Air matanya jatuh membasahi pipinya.
Sejak awal ia sudah merasa sakit hati dengan keputusan Farhan yang akan menikah lagi, dan kini sakit hatinya bertambah atas ucapan putranya itu yang mengatakan dirinya mengalami gangguan kejiwaan hanya karena tidak mendapatkan restu darinya.
"Maafkan aku, Ma. Aku sangat menyesal, aku mohon maafkan aku." Farhan mengatupkan kedua tangannya memohon kepada mamanya. Kedua matanya nampak berkaca-kaca, sungguh ia menyesali ucapannya saat itu. Andai saja ia tahu sejak awal bahwa Kania telah mengkhianatinya, tidak akan ia membawa wanita itu kedalam kehidupannya dan menyia-nyiakan dua wanita yang sangat berharga dalam hidupnya selama ini.
Sungguh bodoh dirinya telah menyakiti wanita yang telah melahirkannya dan wanita yang ia anggap adik namun ternyata mencintainya dengan tulus.
"Penyesalan mu itu sudah gak ada gunanya lagi, Farhan. Kamu bukan hanya menyakiti Nada tapi kamu juga sudah menyakiti hati Mama. Bahkan kamu juga sudah mengecewakan almarhum Papa kamu!" Ucap mama Sarah dengan berurai air mata.
Begitupun dengan Farhan. Air matanya semakin deras mengalir tanpa suara. Sungguh ia mengutuk dirinya sendiri yang telah membuat mamanya menangis. Ia tahu kata maaf dan penyesalan nya tidak akan bisa mengembalikan semuanya seperti semula.
Semuanya sudah ia rusak hanya karena keinginannya yang ingin memiliki wanita yang begitu ia cintai sampai rela menunggu dengan waktu yang lama, namun yang ia dapati hanya kekecewaan yang mendalam. Penantiannya selama bertahun-tahun lamanya menunggu sang kekasih kembali, berbalas dengan pengkhianatan.
"Aku mohon maafkan aku, Ma. Aku janji akan memperbaiki semuanya." Ucap Farhan dengan terbata karena menahan isak tangisnya.
"Gak ada lagi yang perlu kamu perbaiki, Mama hanya mau kamu akhiri hubungan kamu dengan Nada secara baik-baik dan setelah itu Mama akan mencarikan laki-laki yang jauh lebih baik daripada kamu untuk Nada." Ucap mama Sarah.
"Ma, aku mohon jangan lakukan itu. Aku ingin memperbaiki rumah tanggaku dengan Nada. Aku sungguh menyesal sudah menyia-nyiakan dia." Ujar Farhan memohon.
Namun, mama Sarah tak merasa kasihan sedikitpun. Ia melangkah maju mendekati Farhan lalu menarik sebelah tangannya putranya itu bak anak kecil, untuk keluar dari kamarnya.