Takdir hidup memang pilihan, lalu bagaimana kalau takdir itu yang memilihmu?
"Disaat takdir sudah memilih mu, aku sudah siap dengan segala resikonya!"
Bekerja sebagai pengasuh anak berkebutuhan khusus, membuat Mia harus memiliki jiwa penyabar yang amat besar.
Bagaimana reaksi Mia, saat anak yang diasuhnya ternyata pria berusia 25 tahun?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Defri yantiHermawan17, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
SA BAB 29 Sidang
Mia menahan napas sejenak, udara di sekitarnya mendadak pengap- bahkan tenggorokan Mia terasa kering, padahal dia sudah menghabiskan satu gelas jus jeruk dingin dengan es doubel.
"Mia? siapa dia? apa wanita itu-,"
"Sepertinya pembicaraan kita sudah selesai. Terimakasih atas kerja sama anda dengan Rajendra, maaf karena saya tidak bisa mewujudkan kemauan anda, untuk menjodohkan putra saya dengan putri anda,"
Nyonya Arista tersenyum tipis, terkesan tidak enak. Mau bagaimana pun rekan bisnisnya ini terlihat sangat mengagumi Januar, walaupun tahu kalau putra bungsunya itu memiliki kekurangan.
"Tidak apa apa, saya paham kenapa anda-,"
"Aku juga enggak mau di jodohkan sama cowok autis kayak dia. Walaupun kaya raya, aku enggak akan mengorbankan hidup sama masa muda ku buat ngurusin cowok id-,"
BRAK!
Semua orang terlonjak kaget, termasuk Mia yang sedari tadi sudah menahan kepalan tangannya, saat mendengar celotehan gadis bergaun merah, yang terang terangan menghina anak asuhnya.
"Lo boleh nolak perjodohan sialan ini! tapi lo enggak berhak buat ngehina adek gue. Dia memang autis, begok, dongo, tapi lo enggak jangan pernah berani ngerendahin keluarga Rajendra!"
'Karena cuma gue yang berhak ngebully adek gue!' lanjutnya dalam hati.
"Ayo, kita pergi! enek gue lihat cewek sok sempurna kayak lo!"
Tubuh Januar terseret, kala Julian membawanya pergi. Meninggalkan Sang Mama dan keluarga rekan bisnisnya.
Nyonya Arista terdiam, tatapan matanya terlihat datar namun begitu tajam. Wanita yang sudah membesarkan Januar dan menjadi ibu sambung Sang Tuan Muda, melirik pada berkas penting yang ada di depannya.
Sreek!
Tanpa ampun dia merobek map coklat yang berisikan perjanjian kerja sama perusahaan mereka. Tatapan Nyonya Arista begitu dingin, bahkan terlihat sekali tangannya bergetar karena menahan emosi.
"Sepertinya tidak akan pernah ada kerja sama apapun diatara kita. Terimakasih atas waktunya," ujarnya tenang dan begitu dingin.
Nyonya Arista bangkit, rahangnya mengetat- bahkan Sang Nyonya mencengkram erat tas mahalnya, menyalurkan amarah yang dia tahan.
"Kamu boleh menolaknya, tapi jangan pernah menghinanya. Harus kamu tahu nona, Januar ku lebih segalanya dari mu- bahkan otak mu saja tidak sebanding dengannya!" tukasnya lagi.
Nyonya Arista melangkah cepat, dia tidak berniat untuk menoleh. Sang Nyonya menghela napas kasar, saat tidak lagi melihat kedua putranya dan Sang Pengasuh di tempat itu.
🍭SA🍭
Sepanjang perjalanan ke empat orang itu membisu. Mia sibuk dengan pikiran dan amarahnya pada gadis di restoran tadi, Januar sibuk dengan rubik di tangannya- wajahnya terlihat biasa saja. Sepertinya Januar sama sekali tidak terpancing, berlainan dengan Julian. Pria berdimple di dagu itu terus saja berceloteh saat mereka keluar dari restoran.
Bahkan makian dari mulutnya tidak dapat di kontrol lagi. Entah untuk siapa makian itu, yang jelas Julian terlihat sangat kesal dan marah. Sementara Nyonya Arista, sedari tadi wanita setengah baya itu hanya diam memperhatikan Januar. Bahkan sebelum mereka masuk kedalam mobil, Nyonya Arista masih sempat memberikan kecupan di pucuk kepala Januar.
Membisikan sesuatu yang tidak dapat di dengan oleh siapa pun, kecuali Januar. Mia melihat Januar mengangguk pelan, setelah Nyonya Arista selesai berbisik- sedangkan Julian, pria itu hanya berdecak pelan.
Dan saat ini ke empat orang beda usia itu telah sampai di kediaman Rajendra. Dengan terburu buru Mia segera keluar, saat melihat Januar pergi begitu saja tanpa sepatah kata pun.
Mia sampai berlari kecil untuk menyeimbangkan langkahnya dengan Januar, gadis itu mende*sah lelah saat tidak dapat menyusul anak asuhnya.
"Pengasuh Mia!"
Langkah Mia terhenti, gadis itu menoleh saat mendengar suara Sang Nyonya Rajendra.
"Iya Nyonya?" sahutnya sedikit gugup.
"Kita harus bicara, ikut saya!"
Mia mengangguk, dia yakin Nyonya Arista ingin menginterogasinya soal tadi,
Calon istri.
**BUKAIN BAJU DEDE JANU, MIAAAAA
HOLLA MET PAGI EPRIBADEH
GIMANA KANGEN GAK? KEMAREN GAK UP HEHE
JANGAN LUPA LIKE VOTE KOMEN HADIAH DAN FAVORITNYA
SEE YOU NEXT PART MUUUAAACCHH😘😘**
perkara pertanyaan dari april (calon istri) yg buat jun salah paham karena mia ga jelasin detail.. masalah ny jadi melebar 😆😂😂
dari kulitnya, wajah, hidung, mata apalagi bibirnya..