Anandi, gadis yang di anggap mati oleh ayah nya, hanya karena satu kesalahan yang tidak di sengaja.
Karena kesalahan itu lah membust mereka selalu bersama.
Akan kah kebersamaan itu membuat mereka saling jatuh cinta.
Mari kita ikuti kisah nya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon AdlanAdam, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tingkah yang sangat aneh
Pagi harinya Andini bangun, ia langsung berlari ke kamar mandi karna perutnya bergejolak ingin mengeluarkan sesuatu.
Hueekk hueek hueek
Andini terduduk lemas di wastafel, setelah ia memuntahkan isi perutnya. Kaizal yang masih di atas tempat tidur terganggu saat mendengar istrinya yang muntah-muntah.
"Andini kamu kenapa?" tanya Kaizal, ia itkut berlutut di samping Andini.
"Kenapa harus bertanya, memangnya tidak lihat apa, kalau aku sedang muntah," jawab Andini ketus.
Kaizal mengerutkan keningnya, heran melihatnya Andini. Padahal ia bagus hanya bertanya, tapi kenapa respon Andini terlalu berlebihan.
Hueekk hueek hueek
Andini kembali muntah, dia bahkan menyuruh Kaizal menjauh, karna semskin kaizal mendekat dia akan kembali muntah.
"Aku ingin membantumu," ucap Kaizal, Andini memggelaeng tanda tidak mau.
Kaizal tetap memaksa memdekat, yang mengakibatkan Andini kembali muntah-muntah.
"Sudah ku kakatakan jangan memdekat, itu lebih membantu aku," sergah Andini, ia marah pada suaminya.
"Apa sih masak membantu saja tidak boleh," gerutu Kaizal, ia keluar dari kamar mandi.
"Bukan tidak boleh, tapi kau membuatku semakin mual ingin muntah-muntah terus," jelas Andini, mbuat Kaizal tambah bingung, sekaligus marah mendengar perkataan Andin.
Merasa sudah lebih baik, Andini keluar dari kamar mandi. Di dalam kamar Kaizal sudah cemberut, saat ia mendekati Andini, wanita itu kembali menjauh darinya.
Kaizal yang merasa kesal langsung masuk ke kamar mandi dengan membantik pintunya dengan kuat.
Braaakk
"Apaan gak bisa di dekatin, tidak tau apa kalau sidia lagi rindu lembah hangatnya," gerutu Kaizal di dalam kamar mandi, sambil mengelus benda keramatnya.
Andni yang mendengar pintu yang di tutup kuat oleh Kaizal, hanya bisa mengelus dadanya karna terkejut.
"Aku kenapa ya? setiap kali Kaizal mendekat, aku pasti merasa mual dan ingin muntah?" gumam Andini bertanya-tanya.
Sebelum suaminya keluar, Andini sudah menyiapkan baju yang akan Kaizal pakai ke kankor, lengkap dengan dasinya. Ia keluar dari kamar, mengambil teh hangat untuk suaminya.
Saat keluar dari kamar mandi, tanpa memeriksanya Kaizal mengenakan baju yang sudah Andini siapkan. Lalu melirik ke sekeliling kamar untuk mencari keberadaan istrinya.
Andiiiiiniiiii
Jerit Kaizal terkejut saat ia melihat sitelan pakaiyannya yang berwarna-warni.
"Apa sih Kai? gak usah triak-teriak aku denar ko," ucap Andini setelah ia masuk ke kamar.
Andini meletakan teh hangat yang ia bawa, lalu melihat ke arah Kaizal.
"Apaan pakaian ku kok sepeeti ini?" perotes Kaizal, mendekati Andini.
"Stop! cukup di situ saja! jangan mendekat, dan satu lagi kau harus mengenakan baju itu kekantor, karna kau sangat tampan mengenakan itu," seru Andini.
Andini tidak mendengarkan protes Kaizal, dia tidak mengijin kan Kaizal mengganti pakaiyan yang sudah ia siapkan.
Dengan sejuta kekesalam, Kaizal terpaksa memakai baju yang sudah Andini siapkan, karna setiap kali ia melepaskannya Andini akan menangis, bahkan kembali muntah-muntah.
"Benar-banar keinginan yang aneh," ucap Kaizal. Lali keluar dari kamar, pergi menuju meja makan.
Selesai sarapan Kaizal pergi begitubsaja, karna ia tidak bisa mengecup kening Andini, setiap ia mendekat Andini akan menghindar darinya.
Di perjalanan Kaizal, kembali kesal belum apa-apa Derkan sudah mentertawakannya, apa lagi di kantor nanti.
Tertawalah sepuas hatimu Derkan, setelah ini kau tidak akan mendapat bunus dariku," ucap Kaizal, mbuat derkan menahan tawanya.
Karena dia takut kehilangan bonusnya yang berjumlah besar.
"Sampai di kamtor, semua orang melihat Kaizal, mperhatikan penampilannya, tapi satupun di antara mereka tidak ada yang berani tertawa, karna mereka semua sudah di tatap oleh Derkan.
"Andini sangat menyebalkan pagi ini, masak aku di suruh memakai baju seperti ini, yang lebih parahnya lagi setiap kali aku mendekatinya dia akan muntah, memangnya aku sebau itu." ucap Kaizal bercerita pada Derkan.
"Mungkin Nyonya sedang ingin mengerjai Tuan, karna masalah kemarin, aku kan sudah bilang pada tuan, jangan dengarkan wanita itu," balas Derkan.
Semalam dia memang sudah melarang Kaizal, tapi bosnya itu tidak mendengarkan, dan sebenarnya Derkan juga ada di rumah makan itu, hanya saja di meja yang berbeda, karna di larang oleh Laras, yang lebih parahnya lagi pulangnya dia harus naik taxi karna kaizal sudah meninggalkannya.
*********
Iren keluar dari mobilnya dengan terburu-buru, ia kembali di minta untuk datang ke sekolah Raka, karna putranya itu lagi-lagi bertengkar dengan anak lain.
"Sebenarnya apa yang terjadi Pak? masa hal sepeleh begini saja saya harus di panggil, namanya anak-anak itu biasa bertengkar, paling juga nanti kembali berteman," ucap Iren kesal, dia sedang asik nongkorong dengan teman-temannya malah di suruh datang ke sekolah.
"Raka mendorong Atta dari tanggak Buk, membuat dia mengalami patah tulang dan harus di rawat di rumah sakit," jawab Pak kepala sekolah menjelaskan pada Iren.
"Jadi saya harus bagai mana Pak? bukankah kalian sebagai guru juga harusnya bertanggung jawab mengawasi para murit, karna anak saya sekolah disini bukan geratis," ucap Iren bertanya.
"Kami tau Buk, tapi kali ini Raka sudah keterlaluan, dia sampai membuat cedera Murit lain, dan ibunya meminta pertanggung jawaban untuk biyaya perobatan," balas Pak kepala sekolah, lagi-lagi menjelaskan.
"Jadi masalah uang, dasar orang-orang miskin, selalu mencari kesempatan dalam kesempitan," cetus Iren.
Lalu ia bertanya di mana anaknya dan anak yang sudah Raka dorong sampai masuk rumah sakit.
Raka yang melihat mamanya datang, ia sudah merasa takut, ia meminta Gadis kecil yang di sampingnya untuk pergi, ia tau kalau mamanya akan nemarahinya.
"Ayo kita ke reumah sakit! minta maaf lah pada orang yang sudah kau buat celaka," ajak Iren, dengan mennyeret sebelah tangan Raka.
"Pelan pelam Tante, kak Rakanya jangan di gituin," ucap gadis kecil, adik kelas Raka.
"Terserah Tante, dia ini anak Tante," balas Iren. Terus menarik tangan Raka.
"Tapi Kak Raka gak salah Tante, dia itu cuma mau belain Rere, karna kak Atta jahat sama Rere," lanjut Rere membela Raka.
Iren menghentikan langkahnya, ia menarap Rere, "Apa benar yang dia katakan anak itu?" barulah Iren bertanya pada putranya.
Raka hanya mengangguk, lalu dia menyuruh Rere untuk pergi, karena ibunya sudah menatap gadis kecil itu. Tapi Rere tetap kekeh ingin menemani Raka biarpun dia harus ikut terkenak marahan ibunya Raka.
"Diana ibumu? kenapa tidak dia saja yang bertanggung jawab atas anak yang sudah kalian celakakan itu, karna Raka hanya berniat membelamu," Iren bertanya sekaligus meminta anak itu yang bertanggung jawab.
"Mama Rere di rumah Tante, mama Rere gak punya uang banyak, karna mama Rere cuma penjual kerupuk," jawab Rere menjelaskan pada ibunya Raka.
"Kalau begitu kau dian saja!a jangan banyak bicara!" seru Iren, padahal Rere hanya anak kecil.
Sudah lah Ma, Ayo kita ke rumah sakit," ajak Raka, sekarang gantian dia yang menarik tangan ibunya.
Menpuh perjalanan 15 menit, sampai lah Iren dan Raka di rumah sakit yang di sebutkan Pak kepala sekolah tadi, Iren membawa putranya untuk menemui orang tua Atta.
"Memangnya berapa sih biyayanya? apa kalian tidak punya uang makanya harus menuntut biyaya perobatan dari saya." Dengan sombongnya Iren langsung bertanya pada orang tua Atta.
"Kita punya uang Buk, kita bukan lah orang susah, tapi ini semua karna anak Ibuk yang sudah mencelakakan anak saya, jadi Ibuk tetap harus bertanggung jawab," balas Ibunya Atta, tak kalah sombongnya.
"Kalau punya uang tidak usah megnemis biyaya, bayar saja sendiri," cetus Iren lagi.
"Apa..., mengemis biyaya, ibuk sebagai orang tua, harus menjaga Anaknya, jangan bisanya mencari keributan dan melukai orang lain." Ibunya Atta balik menyindir, karna dia kesal mendengar ucapan Iren.
Yah semua orang tau kalau Raka itu selalu membuat keriburan, padahal dia hanya membela diri.
"Ini uang untuk biyaya perobatan anakmu, dan juga biyaya perobatan mulutmu agar tidak bicara sembarangan." Setelah mengatakan itu, Iren melemparkan uang yang banyak pada ibunya Atta. Lalu pergi meningalkan ibunya Atta yang terpaku melihat uang yang berserekan.
"Dasar wanita sombong," cetusnya, tapi dia mengumpulkan uang yang Iren lemparkan.
Iren kembali membawa Raka dari rumah sakit, tanpa meminta maaf pada Atta.
Mohon dukung krya mak ya🙏🙏🙏
Dengan like komen favorit dan vote nya🙏🙏🙏
Love you sekebun buat kalian semua 💓💓💓💓💞💞
mantap Kaizal lindungin istrimu