Lintang Sang Baga

Dia sibak selimut yang hanya menutupi ujung jempol kakinya, keberaniannya terkumpul, dia nggak mau jadi seorang pengecut yang bersembunyi di balik akun halu. Masalah ini harus dia hadapi, harus diselesaikan.

Lintang memutuskan turun ke lantai bawah. Masih dengan baju tidur cinnamoroll warna putih gading, nggak ada niat untuk ganti pakaian, tanpa make up, tanpa merapikan rambutnya yang berantakan. Keputusannya udah mantap, dia ingin bicara empat mata dengan Baga.

Bukan perkara mudah untuk memantapkan hati seperti ini, debaran jantungnya udah kayak tabuhan genderang penyemangat perang, ditambah lagi dengan perasaan muak dan kesal pada pemuda yang selama ini akunnya menjadi pacar online nya itu. Rasanya campur aduk!

Berdiri dia di anak tangga terakhir, dia melipat kedua tangannya di dada. Menatap kesal ke arah bapak dan ibunya, pandangan mematikan dia tujukan pada sang Baga.

"Eh, keganggu ya dek bobonya. Maaf ya.." bapak Den menyadari kehadiran Lintang lebih dulu.

Lintang masih nggak beranjak dari tempatnya berdiri, dia hanya mendengus saja menanggapi basa-basi yang dilakukan bapaknya.

Karena merasa diperhatikan oleh saudara jauhnya lelembut, Baga merasa tengkuknya merinding. Ada sensasi seperti tersengat aliran listrik halus yang tiba-tiba menjalar pada tubuhnya, seketika dia memutar badannya ke arah belakang. Pantes aja kalau dia semerinding ini, ternyata bukan lagi saudara jauhnya lelembut yang menatapnya dari arah belakang tapi the real of jurig itu sendiri yang sedang memantaunya dari kejauhan!

"Bapak, apa ai ini bukan anak kesandung bapak? Bapak nemuin ai dulu di bak sampah, karena kasihan lalu bapak pungut ai jadi anak, ya kan?" pertanyaan yang sangat membagongkan.

"Aiiish Ntang, ngomong apa sih kamu. Dari pertama kamu muncul di perut ibun sampai kamu segede gentong kayak gini, bapak kamu yang paling excited sama kehadiranmu. Bapakmu kerja keras buat bikin kamu, asal kamu tahu! Bisa-bisanya bilang kamu anak hasil mungut! Mulutmu itu nggak lulus sekolah pasti ya!" bentak emak Tisya geram.

"Ai nggak percaya!! Ai kesel sama bapak!!"

Baga bingung harus gimana, dia kok jadi ada di tengah-tengah drama keluarga kayak gini. Dia memilih diem aja udah, emang paling bener kalo dia diem karena nanti ada giliran untuknya adu mekanik sama dek Lintang Denara.

"Iya maaf.. Bapak tahu bapak salah.. Maaf ya sayang."

Bapak Den mengerti kenapa Lintang bisa semarah ini. Ya karena dia mengabulkan permintaan Baga untuk meretas akunnya! Itu membuat Lintang sewotan. Dia belum tahu aja kalau Baga hanya mengetahui fakta jika akun Bintang212 ada di rumah ini, tapi belum tahu siapa pemiliknya karena om Den nya tadi nggak masuk ke tahap membuka akun putrinya sendiri. Hanya mencari lokasi akun Bintang212 itu berada.

"Minggir! Ai mau bicara sama dia, bapak! Mami juga, ai nggak mau mami nguping! Hargai privasi ai! Ai serius, ai nggak suka masalah pribadi ai dijadiin korupsi publik!" tau ah.. Suka hati kau aja, Ntang.

Bapak Den mempersilahkan tuan putrinya berjalan bak jenderal mau perang menuju arah Baga. Lihat aja visual Lintang sekarang.. Rambut acak-acakan kayak spaghetti yang jatuh ke lantai lalu diinjak-injak, mata merah bukan kebanyakan nangis tapi terlalu lama melotot di depan layar laptop demi menggagalkan usaha bapaknya meretas akunnya (tapi tetep aja Lintang nggak berkutik melawan keahlian bapaknya). Celana babydoll yang dia pakai tinggi sebelah, entah kenapa bisa kayak gitu. Pokoknya sekarang ini Lintang sedang dalam keadaan yang nggak banget!

Memberi privasi untuk anak dan pacar onlinenya, bapak Den beneran ngajak emak Tisya pergi dari ruang tamu itu. Sebenarnya nggak bener-bener pergi juga karena mereka tetap mengawasi keduanya melalui cctv.

"Ai mau ngomong sama you!" Lintang menatap garang ke arah Baga.

"Tinggal ngomong aja." Baga cuek. Pikirannya masih tertuju pada siapa sebenarnya pemilik akun Bintang212, dia nggak peduli ada sosok bidadari yang sekarang cosplay jadi memedi di depannya.

"You udah tau ai siapa?" pertanyaan pertama dari Lintang.

"Orang bego juga tahu kalo kamu anaknya om Den." jawab Baga makin bikin Lintang mendengus kesal.

"You kura-kura stupid? You nggak tau siapa ai, hah?!"

Baga menatap ke arah Lintang, sorot matanya makin tajam, berjalan mendekati Lintang yang terlihat awut-awutan. Hanya beberapa langkah, dan keduanya bisa merasakan hembusan nafas masing-masing.

"Ngomong yang jelas. Nggak usah ngata-ngatain orang, bisa?!"

Lintang nggak takut. Dia malah ikut maju, hal yang Lintang lakukan kemudian emang di luar nurul banget. Dia mengarahkan jari tengahnya ke muka Baga. Benar-benar di depan lelaki itu. Baga sampai melongo saking terkejutnya.

"Heh!" sentak Baga nggak terima. Dia ambil tangan Lintang dia pegang erat-erat.

"Aku tahu ini rumah mu, aku tahu ada orang tua mu yang lagi ngawasin kita, tapi bukan berarti kamu bisa bersikap seenaknya kayak tadi." kata Baga tepat di dekat telinga Lintang.

"Ai benci sama you!!" Kata itu seperti hunusan pedang tak kasat mata yang berhasil membuat Baga mundur satu langkah.

"Kalau nanti you tahu siapa ai sebenarnya, dan you ngemis-ngemis minta maaf sama ai, ingat ini baik-baik anak kuda! Ai nggak mau maafin you!" anak kuda katanya..

"Wohohoho, emang kesalahan apa yang aku perbuat sampai aku wajib ngemis maaf sama kamu? Nothing! Aku nggak merasa punya salah apa-apa sama kamu!"

Adu argumen berlangsung. Sepertinya ini akan memakan waktu berabad-abad untuk meredupkan emosi antara jiwa muda keduanya.

"Ai nggak peduli."

"Sama."

"Ai benci you! Benci banget!"

"Terserah. Kamu pikir aku peduli?"

"DASAR OTAK UDANG! YOU NGGAK KENAL SAMA AI TAPI SERING GOMBALIN AI, MINGGAT SANA KE GURUN SAHARA! AI SUMPAHIN YOU BAKAL JADI COMBRO SEUMUR HIDUP YOU!"

"Hahaha, iya iya iya. Nggak apa-apa. Aku combro kamu oncomnya."

Bukannya marah Baga malah ngakak melihat Lintang mode ngomong serabutan kayak gitu.

"Amit-amit! Nggak judi ai! YOU MENYEBALKAN!"

"Udah sana balik tidur, pusing banget denger kamu ngomel ngomel tapi typo mulu."

Lintang beneran nggak habis pikir, kok bisa dia dulu bilang sayang segampang itu ke mahkluk yang ngeselin tingkat mahkamah agung kayak Baga itu!

"You cari akun Bintang212, right... Udah ketemu?" Lintang melemah. Dia menatap Baga yang kaget, matanya membola. Kembali pemuda itu maju satu langkah.

"Bintang212.. Jangan bilang kalau kamu..." Wajah Baga pias.

"Zyan609. Ai yang hubungi bapak polisi and petugas damkar buat nolongin akun itu.. Ai pikir akun itu butuh perlontongan, but sekarang yang butuh perlontongan itu ai.. Ai nyesel kenal sama you.. Zyan609!"

Baga nyaris oleng. Jadi ini maksudnya Lintang marah-marah sama dia? Gadis itu berpikir jika Baga hanya mempermainkan dirinya saja. Demi apapun, Baga nggak bermaksud kayak gitu. Dia aja sampai bela-belain minta tolong om Den nya untuk mencari tahu keberadaan Star. Nggak tahunya Bintang212 yang dia cari ada di depan mata. Lebih menyebalkan lagi, Baga nggak bisa mengenali Bintang212 meski cara bicara dan ketikan yang diperlihatkan Lintang dan Bintang212 itu sama!

"A-aku.. Aku.. Star.. Astaga.. Aku..." Baga tergagap. Otaknya masih butuh waktu mencerna semuanya.

"No. Sebaiknya you pulang. Ai nggak mau liar you lagi. Ai udah hapus aplikasi itu. Antara kuota nggak ada hubungan apa-apa lagi."

Baga masih diam di tempat. Dia bingung, perasaannya campur aduk. Tadi ingin tahu identitas Bintang212, giliran udah tahu kok jadi ngelag gini..

"Star.."

Lintang nggak berhenti meski Baga memanggilnya. Di dalam kepala Baga berputar semua memori chat mereka selama setahun ini. Sedih banget! Apalagi waktu sekelebat ingatan muncul saat pertama kali mereka bertemu di kantor bapaknya beberapa hari yang lalu... Baga geleng kepala. Dia seperti ingin memusnahkan ingatan buruk antara dirinya dan Lintang. Jika udah kayak gini, Baga bisa apa?

"You inget ini baik-baik, selamanya you bakal jadi combro! COMBRO!" kutukan mematikan itu terdengar menggelikan. Lalu Lintang hilang di balik belokan anak tangga. Meninggalkan Baga dengan segepok kutukan combro habis-habisan yang dia sematkan dalam jiwa Baga.

Hayolo Ga, jadi combro loo...