Pelayan Duda Casanova

"Bibi, Ace Mana?" tanya Hans. Tengah hari, Hans sengaja pulang ke rumah. Tadi pagi sebelum berangkat kerja. Ace tidak menjawab kesediaanya untuk membantu Hans sembuh dari kelainan itu. Sebenarnya, Hans tidak separah itu. Tapi entah mengapa beberapa bulan ini setiap dirinya ada masalah maka Hans melampiaskan kemarahan saat bercinta. Dan soalnya, Hans melampiaskan kemarahan, kekecewaan atas pekerjaan yang gagal dikerjakan di luar kota itu.

Bukan hanya masalah pekerjaan. Ada masalah pribadi yang sedang dipikirkan oleh Hans saat ini sehingga pria itu lepas kontrol ketika bercinta dengan Ace. Hans merasa bersalah tapi lidahnya merasa kelu untuk meminta maaf.

"Ada di kamar Tuan."

"Di kamar mana?"

"Di kamar khusus pelayan ranjang."

"Apa maksud Bibi?"

"Bukankah sebelah kamar ku itu dikhususkan untuk pelayan ranjang anda tuan?. Ace sedang disana saat ini," sindir Bibi Santi.

Ace sudah menceritakan apa yang dialaminya tadi malam kepada Bibi Santi. Dan sebagai wanita, Bibi Santi juga tidak terima diperlakukan seperti itu. Di tengkuk Ace ada bekas gigitan yang ditinggalkan Hans di sana.

Hans terdiam mencerna perkataan Bibi Santi. Dia tidak merasa apapun karena sampai saat ini. Bagi Hans, Ace adalah pelayan ranjangnya. Bahkan tadi pagi, sebelum berangkat kerja. Hans meninggalkan sejumlah uang di ranjang atas pelayanan Ace tadi malam.

Bibi Santi memandangi punggung Hans yang sudah melangkah ke arah kamar Ace. Bibi Santi merasa bersalah karena mendukung Ace untuk menjadi istri bagi Hans. Tapi melihat hasil perbuatan Hans tadi malam di tubuh Ace. Bibi Santi sangat menyesal. Dia tidak menyangka Hans seperti itu karena pelayan pelayan sebelumnya tidak ada yang mengeluh tentang aktivitas ranjang bersama Hans.

Hans mendorong pintu kamar tempat Ace berada. Ace yang berbaring membelakangi pintu kamar tidak merasa terganggu dengan suara derit pintu. Hans semakin mendorong langkahnya mendekati kasur busa itu.

Hans berdiri terpaku memandangi sekujur tubuh Ace. Pakaian Ace yang tanpa lengan dan celana hot pants yang memperlihatkan karya Hans di Sana. Bukan kissmark tapi beberapa bekas gigitan yang ada di lengan dan paha milik Ace.

Hans kemudian mengusap wajahnya dengan kasar. Tadi malam dirinya benar benar dibutakan oleh naf su. Bisa dikatakan, Keadaan Ace yang lebih parah dibandingkan pelayan pelayan sebelumnya jika diperlakukan Hans sebagai pelampiasan kemarahan.

Hans mundur, menutup pintu kamar itu kembali dan masuk ke dalam kamarnya. Beberapa jam lagi, Hans harus kembali ke kantor. Sebelum ke kantor, Hans berencana untuk beristirahat sebentar.

Hingga malam tiba, Ace masih bertahan di kamar itu. Jujur, Ace takut jika Hans meminta pelayanan dari dirinya jika tidur di kamar apalagi tidur diatas ranjang yang sama.

"Kamu menyesal ce?" tanya Bibi Santi. Pertanyaan yang sama dengan pertanyaan Hans tadi malam.

"Tidak bu. Aku tidak menyesal hanya saja hatiku sangat sakit diperlakukan seperti itu bu."

Bibi Santi mengelus kepala Ace. Wanita tua itu sangat kasihan melihat Ace. Pengorbanan Ace memang tidak sia sia tapi Ace harus merasakan kepahitan di pengalaman pertama melaksanakan kewajibannya sebagai istri.

"Kamu tidak tidur di atas?"

"Disini saja dulu Bibi."

"Bagaimana kalau tuan besar dan Nyonya besar menginap di rumah malam ini."

Ace menggerakkan tubuhnya, Ace tidak memikirkan sampai ke sana. Benar, kedua mertuanya sudah mengetahui pernikahan sandiwara itu. Dan Ace sudah berjanji untuk menyadarkan Hans supaya kembali ke jalan yang benar.

Dengan berat hati, akhirnya Ace keluar dari kamar. Beruntung, dirinya mempunyai teman seperti Bibi Santi di rumah itu. Kalau tidak, bisa dipastikan area pribadinya masih bengkak. Dan berkat bantuan Bibi Santi membeli salep untuk mengobati area pribadinya miliknya.

Ace membuka pintu kamar Hans. Kamar itu kosong tidak berpenghuni. Sekarang, sudah jam delapan seharusnya suami pura puranya sudah di dalam kamar.

Hingga, besok paginya tiba. Ace terbangun tidak mendapati Hans di sampingnya.

"Bu, Tuan Hans tadi malam tidak pulang ya," kata Ace. Bibi Santi yang sedang memasak nasi goreng menghentikan tangannya sebentar.

"Tuan tidak tidur di kamar kalian?"

"Berarti Tuan Hans pulang tadi malam kan bu. Lalu dimana dia. Apakah sudah berangkat ke kantor?" tanya Ace.

"Sepertinya belum Ce. Karena Tuan Hans biasanya harus sarapan terlebih dahulu sebelum ke kantor."

Ace mengerutkan keningnya. Hans tidak ada di kamarnya tapi juga belum berangkat ke kantor. Itu artinya Hans masih di dalam rumah ini dan kemungkinan masih tidur.

Ace meninggalkan Bibi Santi di dapur. Tujuan kini ke kamar tamu untuk melihat suami pura puranya itu. Dan benar saja, Tuan Hans berada di ruang tamu itu dan masih tidur dengan pakaian kantor yang masih lengkap di tubuhnya dan juga sepatu masih berada di kakinya.

Ace merasa ada yang tidak beres dengan suaminya pura puranya itu. Ace mendekati tempat tidur. Ace terkejut dan merasa ditipu dan dibohongi. Hans sudah berjanji tidak akan ada lagi pelayan ranjang selama Ace menjadi istri pura pura tapi yang dilihat Ace saat ini. Janji itu sudah diingkari.

Andaikan hubungan mereka layaknya suami istri normal. Ace pasti akan meminta penjelasan atas pakaian Hans yang ternoda lipstick warna merah terang. Noda itu tidak hanya satu titik tapi beberapa titik.

"Apa memang kamu tidak bisa berubah lagi Tuan?" tanya Ace dalam hati. Ace merasa kesal, dibohongi tapi Ace juga merasa kasihan. Sampai kapan, suaminya itu terus dalam kubangan dosa. Mengingat perlakuan Hans tadi malam. Ace sebenarnya ingin menyerah.

"Tuan bangun," kata Ace. Dia menggerakkan tangannya di tangan Hans sehingga laki laki itu menggeliat.

"Jam berapa ini. Mengapa aku tidur di kamar tamu?" tanya Hans sambil mengedarkan pandangannya.

"Yang pasti sudah pagi Tuan. Tuan tertidur di kamar ini mungkin karena kelelahan menggoyang tadi malam sehingga lupa arah ke kamar mu sendiri," kata Ace.

"Apa maksud kamu ce," tanya Hans bingung.

"Lihat ini tuan, maha karya pelayan ranjang mu. Dasar otak kecil, pikirannya hanya lubang saja," jawab Ace ketus. Tangannya menunjuk kemeja Hana yang ada noda lipstick berbentuk bibir.

Hans mengarahkan matanya memandang ke arah telunjuk Ace tadi.

"Tuan setelah aku berpikir, sepertinya wanita yang cocok jadi istri mu adalah orang yang buta. Dengan seperti itu, istri mu tidak dapat melihat kelakuan hina mu ini. Ingat Tuan, wanita yang menjual tubuhnya bisa saja karena terpaksa. Tapi laki laki yang terbiasa menikmati wanita wanita malam. Itu adalah laki laki murahan. Laki laki yang tidak bisa menjada kesucian tubuhnya. Melihat Tuan seperti ini. Julukan yang sangat pas untuk Tuan adalah piala bergilir."

Setelah mengucapkan perkataan itu. Ace keluar dari kamar. Ace berpikir, tidak perlu lagi berkata halus untuk menyadarkan suami pura puranya.