Segala derita dan air mata di masa lalu berhasil menjadi kan sosok Naima Maheswari menjadi wanita mandiri.
Kata malas dan malas sudah menjadi makanan sehari - hari yang di cap sang bapak kepada ibu nya.Naima bukan lagi bayi kecil yang tidak mengerti keadaan di sekitar nya.
Akan kah Naima membenci pernikahan atau malah sebaliknya dan bertemu lagi dengan sosok pria yang mirip dengan kelakuan Ayah nya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon oland sariyy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Lamaran
Satu bulan kemudian...
Setelah semua urusan di sekolah nya selesai,dini hari Naima sudah bersiap-siap untuk berangkat ke kota.bermodal kan nekat, semangat untuk sukses yang tinggi dan restu dari sang Ibu.Naima siap menghadapi kehidupan seorang diri di kota.
" Dito! Jaga ibu ya,jika ada waktu dan Mbak punya uang lebih,Mbak usahakan untuk pulang menjenguk kalian." ucap Naima ketika Dito ikut terbangun karena mendengar keributan di luar kamar.
" Mbak yakin mau sekolah di kota?" tanya Dito yang sebenarnya tidak rela berpisah dari Kakak satu-satunya.
Ia bisa kuat menjalani hidup tanpa kasih sayang dari bapak kandung ya berkat dukungan dari Naima, tidak bisa Dito bayangkan bagaimana hidup nya nanti tanpa ada Naima di samping nya.
" Harus yakin To! Kamu juga harus rajin sekolah biar punya peluang besar mendapatkan beasiswa, hidup kita akan berubah di tangan kita sendiri,ayok kita buktikan sama mereka kalau kita bisa sukses tanpa melibatkan mereka - mereka yang selama ini meremehkan kita." Kata Naima menggebu-gebu.
Setidaknya dengan menyelesaikan sekolah mereka punya bekal untuk masa depan, mereka tidak mungkin hanya mengandalkan dari berjualan kue keliling.
Masa tua ibu nya harus cerah dari masa lalu.
Naima menitipkan banyak pesan kepada Dito semua tentang ibu dan ibu. Apa saja yang boleh dilakukan dan tidak boleh di lakukan.
" Jaga kesehatan Kamu dan Ibu, ingat kan Ibu untuk lebih sering istirahat di rumah." Dito mengangguk paham.sekarang tugas menjaga ibu berada di pundak nya.tidak akan dia biar kan ibu nya kenapa-kenapa .sang Kakak harus fokus dengan sekolah nya.
Dito pikir mungkin ini cara tuhan untuk mengubah hidup mereka.di zaman sekarang susah mencari pekerjaan dengan hanya bermodal kan ijazah SMA.Dito pun berjanji akan belajar lebih rajin lagi dan suatu hari nanti akan menyusul Mbak nya ke kota.
" Mbak tenang saja! Aku akan ingat semua pesan Mbak." Dito memeluk tubuh Naima untuk terakhir kali sebelum nanti terpisah jauh.
Di dekat pintu yang sedikit terbuka,Bu Maryah berdiri menatap haru kedua anak nya.selama ini mereka berdua memang sangat lengket dan tidak pernah terpisah jauh.sekali pun harus berpisah malah melintasi pulau.
Dito yang jarang menangis pagi ini menjatuhkan air mata kesedihan karena harus melepas sang Kakak tercinta.padahal sejak tadi Dito sudah susah payah menahan air mata nya agar tidak tumpah tapi tak sanggup di pertahankan nya.
" Jaga diri baik-baik di sana Mbak,kalau ada yang jahat sama Mbak cepat lapor polisi." kata Dito seakan-akan orang yang di sebut bisa menyelamatkan Mbak nya dengan cepat.
" Iya,udah jangan cengeng gitu,malu sama sama nama mu." kekeh Naima berusaha menghibur sang adik.
Naima lalu beralih memeluk ibu nya sambil berbisik di telinga sang ibu,jangan terlalu lelah,jangan bergadang dan jangan lupa untuk membahagiakan diri sendiri.
Kali ini giliran Bu Maryah yang menjatuhkan air mata nya, ternyata seperti ini rasa nya berpisah dari putri sulung nya.jauh lebih berat dari apa yang Maryah bayangkan.tidak seperti saat berpisah dari Rudi.
Harus di ingat,Maryah dan Rudi sudah resmi bercerai.semua surat cerai di urus oleh Maryah agar tidak lagi berhubungan dengan Rudi dan keluarga nya.hutang pada Lidia juga sudah di lunasi berkat kerja keras dari Dito.
" Aku pergi dulu." Naima melambaikan tangan nya kepada sang Ibu dan adik.
Naima pergi dengan membawa tas ransel di punggung yang berisi surat-surat penting dan juga sebuah tas jinjing berisi beberapa helai pakaian yang layak pakai.baju lusuh yang sudah robek tidak serta merta ia bawa karena memang sudah tidak layak pakai lagi, percuma juga dibawa hanya menambah beban nya saja.
" Jaga tas nya Mbak,di kota banyak jambret." teriak Dito sebelum Naima masuk ke dalam angkot milik tetangga.
" Iya." balas Naima sambil tersenyum tegar padahal saat ini hati nya sama kacau nya dengan orang yang di tinggal kan nya.
Sebenar nya Naima ingin mengajak Ibu dan Adik nya pindah merantau ke kota,di sana nanti mereka bisa memulai bisnis kue untuk modal menatap di kota.jadi dia tidak perlu hidup sendirian di kota.namun sayang nya Dito masih sekolah tidak bisa ikut pindah,maklum saja biaya sekolah di kota jauh lebih besar ketimbang di kampung mereka.dengan segala pertimbangan Naima memejamkan mata berharap keputusan besar ini bisa membuat ibu dan adik nya hidup bahagia.
Beruntung ada angkot milik tetangga yang biasa narik di pagi buta,ini sangat membantu Naima untuk bisa sampai di terminal.di sana Naima akan melanjutkan perjalanan dengan menaiki bus dengan jurusan ke kota.entah berapa kali Naima harus berpindah Bus Naima sama sekali tidak perduli yang penting dia bisa sampai di tempat tujuan,lusa dia harus segera datang ke kampus untuk mengumpulkan data yang di butuhkan oleh pihak kampus.
Uang tabungan nya masih tersimpan rapi di buku tabungan, nanti di kota dia juga akan bertemu dengan Lara yang sudah lebih dulu sampai di sana,Lara juga sudah membantu mencari kontrakan yang murah dan paling dekat dari kampus untuk sahabat nya ini.
Lara sebenarnya sudah mengajak Naima untuk ikut tinggal bersama nya di rumah Nenek dan Kakek nya tetapi Naima tidak setuju karena merasa segan kepada Kakek dan Nenek Lara.
Lebih baik tinggal di tempat sempit hidup nyaman sesuka hati nya ketimbang harus menumpang di rumah orang lain yang belum tentu suka dengan gaya hidup nya,belum lagi nanti Naima pasti akan sering pulang telat karena harus bekerja mencari uang.
Di kota nanti Naima tidak hanya kuliah tapi sekaligus bekerja juga.
" Ra! Temani Aku beli handphone murah tapi masih layak di gunakan ya.Aku ingin mengabarkan kepada Ibu kalau Aku sudah sampai di kota." ucap Naima setelah selesai membereskan pakaian dan semua barang-barang bawaan nya.
Pinggang yang pegal akibat terlalu lama duduk di bus tak lagi di hiraukan, sebab dia sudah terbiasa dengan rasa lelah.Naima tidak sabar lagi bertukar kabar dengan sang ibu,baru berpisah beberapa jam saja Naima sudah merindukan sosok ibu nya.
" Dengan senang hati Nai." balas Lara sumringah akhirnya Naima mau membeli handphone juga.dengan begitu mereka jadi lebih mudah bertukar informasi.
Ketika melihat Naima masuk ke kamar mandi,Lara buru-buru mengeluarkan dompet dari tas mehong nya lalu mengambil sejumlah uang yang baru di ambil dari bank dan di masukkan ke dalam tas milik Naima, seperti biasa uang itu adalah titipan dari ayah nya,Lara menepati janji untuk kuliah di universitas yang sama seperti Naima. Orang tua Lara sangat setuju dengan keputusan Lara . mereka jadi lebih mudah membantu kehidupan Naima di kota.
Di negara I,saat ini Bagas tengah kesal setengah mati,seharus nya sore ini dia sudah bisa kembali ke tanah air.namun karena ada perubahan schedule dan beberapa pertemuan dadakan dengan rekan bisnis orang tua nya,Bagas di minta untuk tetap di sini sampai semua urusan selesai.
" Ya ampun! Sudah satu bulan Aku di sini,bosan banget." gerutu Bagas sambil merebahkan tubuh nya di sofa panjang.
Bagas memang seorang dokter,namun bisnis keluarga yang semakin menggurita kemana-mana membuat dia harus bisa membagi waktu antara dunia yang di pilih nya dan dunia yang di inginkan oleh kedua orang tua nya.
" Kalau bukan karena di paksa dengan ancaman kondisi Papa yang sakit,mana mau Aku di sini terus." sesal Bagas yang harus menahan rasa rindu karena sudah lama tidak bertemu dengan Naima.
Setiap hari ada saja pertemuan bisnis yang harus Bagas hadiri,semua di lakukan dengan wajah dingin tanpa banyak bicara.Bagas menyukai profesi nya sebagai seorang dokter dan tidak ingin memimpin perusahaan milik keluarga.namun desakan dari orang tua tak bisa di hindari.Bagas satu-satunya orang yang bisa mereka harapkan karena hanya Bagas yang mereka miliki.
" Om Teja kan ada,kenapa juga harus aku yang menggantikan Papa." sungut Bagas menghela nafas gusar.
" Om Teja itu adik Papa Kamu! Bukan anak Papa Kamu,ya seharusnya Kamu yang memang pantas melanjutkan kepemimpinan Papa mu." seseorang tiba-tiba menyelonong masuk ke dalam kamar nya.
Siapa lagi orang itu kecuali asisten yang selama ini membantu nya, asisten nya ini sekaligus sahabat dan sepupu nya.sejak kecil mereka sudah bersama-sama hingga sekarang jadi tidak ada rahasia di antara mereka termasuk soal cinta .
" Jangan sampai perusahaan orang tua mu di ambil alih sama Om Teja yang suka menghambur kan uang,bisa bangkrut perusahaan Om Ale kalau yang pegang nya Om Teja." kata Dimas menyuarakan isi hati nya.
Ia tidak habis pikir kenapa juga dulu Bagas memilih mengambil profesi yang berbeda dengan dunia orang tua nya, padahal jelas-jelas kursi kepemimpinan sudah menanti kedatangannya.
Dimas hanya bisa geleng-geleng kepala melihat kelakuan Bagas, sekarang dia ikut-ikutan pusing mengatur pekerjaan Bagas.
" Kalau gitu Kamu saja yang menggantikan Aku,setiap bulan Aku akan mengecek kondisi perusahaan. " ucap Bagas begitu enteng nya.
" Aku bukan anak nya Om Ale,tugas ku hanya membantu Kamu bukan malah sebaliknya." tolak Dimas sambil nyengir karena Bagas langsung melempar kan bantal ke arah nya.
Wajah Bagas semakin kusut,mau menghubungi Bu Maryah tapi malu.kalau bukan Bu Maryah kemana lagi dia bisa mendapatkan kabar tentang wanita yang sudah berhasil mencuri perhatian nya.selain merindukan Naima dia juga merindukan pekerjaan nya di rumah sakit.
Di saat orang lain ingin menjadi penerus Haditama,Bagas sendiri malah ingin menjadi orang lain yang bisa hidup sesuka hati mereka.
" Cantik banget sih dia." gumam Bagas masih bisa di dengar oleh Dimas yang duduk di tepi ranjang sambil menatap ponsel nya.
" Awas saja kalau sampai Naima di ambil orang lain,Aku tidak akan mau lagi mengganti kan Papa mengurus perusahaan." sambung nya terus menatap gambar Naima yang tersimpan di galeri ponsel.
Gambar itu di ambil secara diam-diam tanpa sepengetahuan Naima,Dimas yang penasaran dengan siapa yang di maksud oleh bos nya.berjalan- jalan mengendap dan mengintip layar ponsel Bagas sampai terlihat lah wajah cantik Naima yang sedang tersenyum manis.
" Cantik banget cewek itu, pacar Kamu ya?" tanya Dimas membuat Bagas gelagapan dan langsung menyimpan ponsel ke bawa bantal nya.
Bagas menatap tajam Dimas yang sudah lancang mengintip rahasia nya, tidak ada yang boleh menatap kagum wajah Naima kecuali dirinya.
" Berani banget Kamu ngintip ponsel ku,bulan ini bonus mu di tiadakan." sentak Bagas membuat Dimas melotot tak percaya.
" Gila banget Kamu! Cuman gara-gara lihat foto doang." kesal Dimas tapi dia senang melihat Bagas yang akhirnya bisa jatuh cinta kepada seorang wanita.
Selama ini Bagas tidak pernah di kabarkan dekat dengan wanita manapun, waktu nya di habis kan di rumah sakit dan perusahaan.kedua orang tua nya bahkan sudah sering kali mengenal kan dia kepada anak dari rekan bisnis tetapi selalu di tolak oleh Bagas.
" Pintar juga Kamu cari pacar,kayak nya dia masih muda banget untuk Kamu yang sudah om-om begini." ledek Dimas langsung kabur setelah menyindir Bagas.
" Dimas..." teriak Bagus murka di katai om-om padahal dia belum setua itu dan masih sangat pantas untuk Naima.
" Kalau Aku om-om! Berarti Kamu sudah Kakek-kakek." balas Bagas semakin kesal karena ulah Dimas.
Bagas bangkit menatap wajah dan penampilan nya di depan kaca besar, tidak seperti om-om dan sangat tampan sekali,jika Naima bersanding dengan dia mereka akan menjadi pasangan yang serasi.pulang dari sini dia berencana untuk langsung mendatangi rumah Naima.nanti dia akan membeli banyak oleh-oleh untuk Naima dan keluarga nya.
Belum tahu saja dia kalau Naima sudah pergi ke kota melanjutkan pendidikannya.
" Apa Aku langsung lamar saja Naima nya,biar tidak di ambil orang lain."
Bersambung
Jangan lupa like, bantu rate ⭐ ⭐ ⭐ ⭐ ⭐ dan tinggal kan jejak kalian di kolom komentar ya guys.
Sudah gila saraf otak pak rudi, dia yang menghabiskan uangnya demi si neneng itu malah balik menyalahkan naima... tega banget seorang ayah tanpa memberi nafkah dan kasihsayang ingin menukarkan harga diri anaknya buat orang lain karena demi uang...
lanjut dong thor
naima dan dito sangat menyayangi ibunya,
tapi bagaimana mereka bisa mendapatkan biaya untuk operasi? apakah ada yg membantu mereka? semoga saja ada orang baik yang bsa menolong ibunya...
sepertinya dokter bagas dia tertarik pada naima tetapi dia sadar diri, naima masih bocah....
bu maryah sudah pasrah dengan tindakan kasar pak rudi tapi dia selalu percaya pak rudi setia...
setelah ini, apakah bu maryah tetap bertahan dengan segala cobaan rumahtangga mereka, dan apakah naima dito masih mau menerima perilaku buruk pak rudi kepada mereka....
naima,punya teman yang baik , selalu bantuin ketika lagi kesusahan dengan cara diam" memasukkan selembar uang ke dalam tas naima. tapi naima susah dia tidak pernah memanfaatkan temannya itu karena dia anak yang tulus...