Aku Yang Kau Abaikan

Setelah itu, Rouki segera bergegas untuk masuk ke dalam rumah.

"Papa, Mama, Zeya, kalian belum tidur?" tanya Rouki yang melihat kedua orang tuanya bersama istrinya yang tengah menatapnya serius.

"Kamu tidak apa-apa, 'kan?" tanya Zeya yang khawatir terhadap suaminya.

Rouki justru tersenyum.

"Aku baik-baik saja, sayang, Ma, Pa. Ini semua adalah berkat dari Andre yang sudah melakukan penyelidikan terhadap Alya. Besok, Papa harus datang ke kantor polisi untuk memberi keterangan, juga sama seperti Andre yang akan memberi penjelasan mengenai scandal mereka yang sudah direncanakan sejauh hari. Oh ya, aku sampai lupa, jika Alya sudah meninggal karena mendapat temb_akan di kepalanya oleh Tuan Rahendra." Ucap Rouki yang sekaligus memberi penjelasan kepada ayahnya maupun ibunya.

Saat itu juga, ayahnya Rouki terasa sesak mendengarnya, sungguh diluar dugaan jika kejadiannya akan menjadi tragis.

"Ini semua karena kesalahpahaman, hingga membuat Rahendra gelap mata dan menganggap keluarga kita adalah akar dari masalah." Ucap sang ayah sambil memegangi bagian dadanya.

"Sudah lah Pa, jangan Papa pikirkan terlalu dalam, sayangi kesehatan Papa. Juga sudah malam, waktunya untuk istirahat. Besok, aku akan mengantarkan Papa ke kantor polisi bersama Andre untuk memberi keterangan." Jawab Rouki mencoba untuk menenangkan pikiran ayahnya.

"Ya, Pa, ayo kita istirahat. Sudah malam, tidak baik untuk bergadang. Masih ada hari esok untuk menyelesaikan masalah, lebih baik sekarang istirahat." Timpal ibunya Rouki.

Tuan Kusuma yang tidak ingin kesehatannya menurun, mengiyakannya dan bergegas kembali ke kamar.

Begitu juga dengan Rouki, dirinya ikut kembali ke kamar untuk istirahat ditemani Zeya selaku istrinya.

Sampainya berada di kamar, Zeya membantu suaminya melepaskan jaketnya.

"Aku sangat khawatir jika terjadi sesuatu padamu, dan sekarang aku sangat bersyukur saat melihat mu dengan keadaan baik-baik saja. Hampir saja aku frustrasi saat kamu belum juga pulang. Oh ya, benarkah yang kamu katakan tadi, jika Alya telah meninggal?"

Rouki mengangguk sambil menatap wajah ayu milik istrinya.

"Benar sekali sayang, Alya sudah meninggal ditempat. Pelakunya Tuan Rahendra, yang sudah merencanakan semuanya untuk menghancurkan keluargaku. Untungnya masih ada kesempatan untukku menyelidiki, dan dugaan itu adalah benar." Jawab Rouki sambil melepaskan kaos kakinya.

Setelah mengganti pakaiannya, Zeya meletakkan pakaian kotor ke tempatnya. Kemudian, keduanya segera beristirahat dan tidur terlelap hingga pagi menyambutnya.

Benar saja, Rouki dan Zeya dapat tidur dengan nyenyak.

"Aku harus segera pergi ke kantor polisi untuk mengantarkan Papa, agar semua masalah dapat terselesaikan dan tidak ada lagi beban." Ucap Rouki yang baru saja mandi, dan tengah mengenakan bajunya.

"Aku ikut,"

"Tidak usah sayang, kamu di rumah saja menemani Mama." Ucap Rouki.

"Kalau Mama ikut, aku juga ikut ya." Jawab Zeya bernegosiasi.

"Ya udah, sekarang kamu cepetan mandi, setelah itu kita sarapan pagi dan berangkat ke kantor polisi, itupun kalau Mama ikut. Kalau gak ikut, kamu tetap di rumah temani Mama, ok."

Zeya mengangguk dan tersenyum manis pada suaminya.

Karena tidak ingin membuang buang waktu, Zeya buru-buru mandi dan segera bersiap-siap.

Selesai mandi dan juga sudah mengenakan pakaiannya, Zeya segera bersiap-siap untuk ikut suaminya.

Setelah itu, keduanya keluar dari kamar untuk sarapan pagi bersama kedua orang tua.

"Mama kok sudah rapi, mau ikut juga?" tanya Rouki saat mendapati ibunya yang sudah terlihat rapi dan juga cantik.

"Mama kamu apa mau sendirian, kemana Papa pergi, Mama selalu ikut." Sahut Tuan Kusuma yang sudah duduk di ruang makan.

"Sama berarti kek Zeya, nih dianya juga mau ikut, persis Mama." Kata Rouki.

"Ish! jangan buka kartu." Bisik Zeya di dekat telinga Rouki karena malu kepada ayah mertua maupun ibu mertuanya.

Kemudian, mereka menikmati sarapan paginya sebelum pergi ke kantor polisi. Setelah itu, mereka langsung berangkat dengan membuat janji bersama Andre dan saksi lainnya untuk memberi keterangan yang detail.

"Karena tidak ada lagi yang tertinggal, ayo kita berangkat." Ucap Tuan Kusuma.

Anak dan menantu maupun istrinya mengiyakan dan bergegas berangkat.

Cukup lama dalam perjalanan menuju lapas, akhirnya sampai juga. Kemudian, Tuan Kusuma ditemani putranya dan juga Andre serta saksi lainnya, segera masuk ke ruangan. Sedangkan Zeya dan ibu mertuanya tengah menunggunya di luar.

Cukup lama semuanya memberi keterangan dan juga bukti-bukti yang akurat, tidak mendapat penolakan atas semua bukti yang ditunjukkan kepada Polisi.

Merasa lega, itu sudah pasti.

Karena belum merasa puas, Tuan Kusuma menemui Tuan Rahendra untuk berhadapan langsung.

"Tidak aku sangka, jika kamu mempunyai rencana yang begitu keji. Aku benar-benar sangat kecewa padamu, Rahendra. Kamu yang sudah aku anggap sebagai keluarga, justru kamu lah pelakunya untuk menghancurkan keluargaku." Ucap Tuan Kusuma merasa kecewa kepada Tuan Rahendra.

"Itu karena keluargamu yang tidak bisa bersikap adil terhadapku, tentu saja aku buta akan segalanya. Sudahlah, lebih baik kamu pergi dan tidak perlu kamu temui aku. Tidak pantas kamu menemui aku, orang yang begitu kejam padamu dan juga keluarga mu." Jawab Tuan Rahendra.

"Jadikanlah semua ini pelajaran, dan kamu dapat berubah menjadi lebih baik lagi. Aku pamit, jaga diri kamu baik-baik." Ucap Tuan Kusuma yang langsung memeluk Tuan Rahendra.

Mau bagaimanapun, keduanya pernah hidup dalam satu atap rumah. Tidak pantas seseorang menunjukkan kesombongannya dan tidak memaafkan kesalahan orang lain.

Tuan Kusuma sedikitpun tidak menaruh dendam apapun terhadap Tuan Rahendra sedikitpun. Merasa bersalah saja sudah cukup, pikir Tuan Kusuma.

Saat itu juga, Tuan Rahendra menyesalinya dan menitikkan air matanya atas penyesalannya.

Waktu besuk pun telah habis, dan Tuan Kusuma segera pergi dari hadapan Tuan Rahendra.

Kini, Tuan Kusuma merasa lega dan tidak ada lagi kekhawatiran. Begitu juga dengan hubungan pernikahan Rouki dengan Zeya, keduanya saling memberi cinta satu sama lain.

TAMAT