Aku Yang Kau Abaikan

Aku Yang Kau Abaikan

Menerima nasib

Zeya menatap langit yang tak lagi berbintang di atas sana. Pandangannya bercampur dilema yang tengah ia rasakan. Rasa sedih, seakan ikut sirna bersama awan menutup bintang-bintang di langit yang tengah bertebaran untuk memancarkan cahayanya.

Pernikahan, siapa sangka, jika pernikahannya hanya menjadi kesedihannya semata. Sebuah perjodohan yang tidak pernah di harapkan, kini dirinya terpaksa harus menjalaninya dengan penuh air mata.

Malam yang semakin larut, tak juga ia temui sang suami di dalam kamar. Perasaan sedih, seakan sudah menjadi kebiasaannya. Zeya meneguk air minum dalam beberapa tegukan, satu gelas pun tandas dalam sekejap yang dibarengi dengan perasaan gundahnya.

Arah pandangannya kini tertuju pada dinding yang terlihat kokoh itu, yakni foto pernikahannya berbingkai dengan ukuran besar telah terpajang di atas tempat tidurnya.

Zeya tertunduk, tak mampu jika harus menatap fotonya yang menyimpan senyuman penuh luka.

Alangkah terkejutnya saat mendapat suaminya yang baru saja pulang, yakni dengan bau menyengat pada bagian tubuhnya.

"Mas, Mas Rouki."

Sedikit keras suaranya saat melihat suaminya berjalan sempoyongan. Dengan sigap, Zeya langsung memapah tubuh suaminya yang teramat berat untuk ia sangga.

Dengan susah payah, Zeya langsung menjatuhkan tubuh suaminya di atas tempat tidur. Kemudian, secepatnya melepaskan sepatunya.

"Alya, Alya, a-a-a-aku mencintai kak-kamu, sayang." Ucapnya ngelantur karena reaksi dari al_ko hol yang begitu banyak, membuat Rouki asal bicara.

Zeya tak menggubrisnya sama sekali, baginya sudah menjadi dongeng ketika suaminya pulang lewat tengah malam.

Sakit, itu sudah jelas. Tapi, Zeya sadar diri, bahwa dirinya tak ada haknya untuk marah. Pasrah dan terima nasib, itu yang bisa Zeya lakukan.

'Mau sampai kapan, kita akan terus seperti ini. Apa aku sanggup harus menjalaninya? entahlah.' Batin Zeya dengan perasaan sedihnya.

Tidak mau larut dalam kesedihannya, Zeya segera menggantikan baju suaminya. Tiba-tiba, sebuah tangan telah meraih tengkuk lehernya saat Zeya hendak melepaskan kancing bajunya.

Sebisa mungkin, Zeya melepaskannya. Karena efek alk_ohol, Rouki langsung terpejam. Bahkan, tidak di sadarinya, jika sang istri telah menggantikan pakaiannya. Lalu, menyelimuti tubuhnya hingga ke dada bidangnya.

Kemudian, disusul oleh Zeya tidur di sebelah suaminya dengan cara membelakanginya.

Rasa kantuk lantaran tidurnya lewat tengah malam, hampir saja Zeya bangun kesiangan. Seperti biasa, Zeya selalu membuatkan sarapan untuk suaminya.

Awal pernikahan, sang suami tak mau menerima masakan dari istrinya. Tapi kini, lambat laun, justru ketagihan dengan masakan istrinya.

Meski awalnya Zeya adalah wanita karir, dirinya mampu menempatkan posisinya menjadi seorang istri. Tidak melulu meminta bantuan pelayan, Zeya mampu menjadi istri bersama kewajibannya kepada sang suami.

Ketika sudah siap untuk di hidangkan di meja makan, Zeya bergegas masuk ke kamarnya untuk membersihkan diri.

Sampainya berada didalam kamar, rupanya sang suami sudah bersiap-siap untuk turun ke bawah.

Tampan, terlihat sempurna, dan dikagumi oleh para wanita, itulah sosok Rouki Arganda. Tapi, itu semua tidak membuat sosok Zeya kagum maupun terpesona dengan suami sendiri.

Diam, bagai patung tak mengenal pemiliknya. Sedangkan pemiliknya sendiri sangat mengenalinya.

Tidak ada sapaan apapun oleh Rouki kepada istrinya, melenggang kangkung untuk keluar dari kamarnya. Tak heran, jika Zeya sendiri acuh tak acuh kepada suaminya, sebagaimana dirinya memperlakukan istrinya dengan semena-mena. Pernikahan berjalan sudah satu tahun, tapi tak nampak sedikitpun tentang keakraban pada keduanya.

Tidak mau berpikir penat, Zeya membersihkan diri. Setelah itu, segera mengenakan baju ganti.

Sedangkan Rouki, sudah duduk di ruang makan sambil menunggu kedua orang tuanya.

"Rouki, selamat pagi, Nak." Sapa ibunya sambil menarik kursinya.

"Pagi juga, Ma." Jawab Rouki.

"Istrimu mana, kok gak bareng keluarnya?"

"Lagi mandi, sebentar lagi juga turun." Kata Rouki datar tanpa menatap ibunya.

"Kamu gimana sih, selalu ninggalin istri. Seengaknya tuh, kalian berdua kemana-mana itu bareng. Sama istri sendiri sudah seperti sama orang asing aja, jangan diulangi lagi, Rouki." Ucap ibunya.

"Bukan pilihanku, jadi gak perlu Mama mengatur aku. Sudah aku bilang, aku gak mau dijodohkan. Begini kan, jadinya. Salah Mama dan Papa, kenapa tidak mau merestui hubunganku dengan Alya." Jawab Rouki dengan kesal saat kemauan orang tuanya harus di penuhi.

"Karena kamu telah dibutakan dengan cinta, dan tidak mau memandang berlian yang benar-benar nyata di hadapan kamu." Ucap ibunya menahan emosinya, lantaran merasa geram saat anaknya tak mau nurut dengannya.

"Ah sudahlah, Mama itu, mau mengajakku sarapan, atau mau memberi ceramah padaku. Kalau seperti ini terus, lama-lama aku bosan tinggal bersama Mama dan juga Papa. Kalian berdua itu, tidak pernah memberiku kebebasan untuk memilih." Kata Rouki mulai terasa sesak untuk menghela napasnya.

Tanpa disadari oleh Rouki dan ibunya, ternyata sedari tadi tengah mendengarkan perdebatan antara anak dan ibunya.

"Pagi, Ma, Mas Rouki, eh ada Papa juga. Maaf, jika sudah membuat menunggu." Sapa Zeya dengan senyum ramah untuk tidak menunjukkan ekspresi sedihnya, meski kenyataannya hatinya sedikit terluka dengan ucapan-ucapan dari suaminya.

"Pagi juga, Zeya. Ayo duduk, kita sarapan pagi bersama. Oh ya, hari ini kamu gak ada kegiatan kan, Nak?" sahut ibu mertuanya dan bertanya.

"Gak, Ma. Hari ini Zeya gak ada kegiatan apapun, pihak panti asuhan sedang ada kegiatan sendiri. Jadi, Zeya diminta untuk libur." Jawab Zeya sambil menarik kursi untuk duduk di sebelah suaminya.

"Kalau gak ada kegiatan, gimana kalau hari ini Papa dan Rouki kerjanya di handle dulu. Lagian juga, ini kan hari minggu. Kalian berdua gak usah terlalu semangat, kita sebagai istri juga butuh liburan, ya gak Zeya?" ucap ibunya Rouki dan memberi kode kepada menantunya.

"Em ... gimana ya, Ma. Zeya sih, nurut aja sama Mas Rouki. Kalaupun Mas Rouki tidak bisa, Zeya pun tidak bisa liburan." Jawab Zeya sambil melihat ekspresi suaminya yang terlihat kesal.

"Baiklah, untuk hari ini aku akan ikuti permintaan Mama. Ingat, hanya untuk hari ini." Kata Rouki yang akhirnya memberi keputusan kepada ibunya.

"Nah, gitu dong. Papa juga mau ikut liburan kalau gitu. Ya udah, kita sarapan dulu. Setelah sarapan, kita siap-siap berangkat, ok." Timpal sang ayah dengan bersemangat.

Saat itu juga, Zeya melayani suaminya untuk mengambilkan sarapan pagi. Rouki sama sekali tidak menolaknya, apapun yang dilakukan oleh istrinya, Rouki tidak mempermasalahkannya.

Setelah selesai sarapan pagi, semua bergegas kembali masuk ke kamarnya untuk bersiap-siap berangkat liburan.

Sambil mengingat apa saja yang harus dibawa untuk berlibur, tiba-tiba Zeya dikejutkan oleh suara ponsel yang kedengarannya milik suaminya.

Zeya yang mengetahui ada seseorang yang menelpon suaminya, Zeya segera melihatnya.

Terpopuler

Comments

Mebang Huyang M

Mebang Huyang M

salam thor. mohon maaf ya sekiranya komen saya kurang berkenan. bisa da klu panggilan Mas itu diganti nama aja. sy kadang klu baca novel klu ada tokohnya yg kebule2an apa lagi. Di panggil mas...

2022-10-21

0

Felisitaz😇

Felisitaz😇

wih keren sekli up 5 bab 🥰🥰

2022-10-08

0

Isti Arisandi.

Isti Arisandi.

semangat Kak

2022-10-08

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!