Keilani Nassandra telah dijatuhi talak tiga oleh Galang Hardiyata, suaminya.
Galang masih mencintai Kei begitu juga sebaliknya, Kei pun masih mencintai Galang, teramat sangat mencintai lelaki yang sudah berkali-kali menyakiti hatinya itu.
Kei dan Galang berniat rujuk kembali, akan tetapi, Kei harus menikah terlebih dahulu dengan lelaki lain, setelah Kei dan lelaki lain itu bercerai barulah mereka bisa rujuk kembali.
Oleh sebab itu Galang meminta bantuan temannya di salah satu club eksklusif yang Galang Ikuti Hardhan Adipramana untuk bersedia menikahi Kei dan segera menceraikan Kei setelah mereka melewati malam pertama.
Bagaimana reaksi Galang begitu mengetahui Hardhan adalah Presdir dari beberapa perusahaan terbesar abad ini?
Mampukah Kei bertahan dengan sikap dingin dan arogan Hardhan?
Dan pada akhirnya ...
Ketika cinta harus memilih ...
Siapakah yang akan dipilih Kei?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nicegirl, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Malam Pertama
Kamar presidential suite hotel mewah itu memiliki luas kurang lebih empat ratus meter yang didominasi oleh warna emas dengan furniture kelas premium, dan terbagi menjadi dua, area istirahat dan area hiburan.
Hardhan meletakan tangan di punggung Kei, membimbingnya masuk lebih dalam lagi, sampai ke kamar tidur utama. Melihat tempat tidur besar di tengah kamar membuat perut Kei terasa mencelos, dan jantungnya berdegub kencang.
Menutupi kegelisahannya, Kei menghampiri meja rias, membuka anting-anting dan semua aksesoris kebaya pengantinnya, Kei terlihat susah menggapai jepit rambut kecil di belakang kepalanya, jepitan yang digunakan untuk menahan sanggulnya.
"Mari kubantu."
"Terima kasih, Mas."
Hardhan mendudukkan Kei ke kursi meja rias tersebut, kemudian melepaskan satu persatu jepitan rambutnya.
"Aku tidak suka di panggil mas."
Seperti Galang saja! Cih!
Kei menatap pantulan Hardhan di kaca meja rias, "Lalu kamu mau aku memanggilmu apa?"
"Sayang," bisik Hardhan di telinga Kei.
"Kalau itu maumu."
"Keilani, kita memang tidak saling mencintai, tapi setidaknya kita harus bisa menikmati hubungan suami istri. Dan aku janji akan selalu setia selama ikatan pernikahan kita," jelas Hardhan.
"Aku tidak percaya kamu bisa setia."
"Astaga Kei, sudah berapa banyak wanita yang meminta janji setia dariku. Dan hanya kaulah yang mendapatkannya. Hanya karena kau istriku, ini pertama kalinya aku berjanji setia kepada wanita."
Kei menatap serius wajah Hardhan, semudah itu janji keluar dari mulut seorang playboy, entah ia harus percaya atau tidak. Dan nantinya Hardhan akan setia atau tidak pun bukan urusan Kei, ia hanya harus bertahan selama enam bulan ini.
"Aku tidak akan melarangmu untuk mengencani wanita-wanitamu, selama kamu memegang janjimu untuk menceraikanku setelah enam bulan."
"Kalau itu maumu." Hardhan meniru perkataan Kei sebelumnya.
"Dasar playboy!" Kei mencibir, membuat Hardhan menyeringai lebar.
"Nah kau marah. Padahal tadi kau yang mengizinkannya."
"Dihh siapa yang marah," sungut Kei.
"Ada bagusnya tadi kita meninggalkan acara lebih awal, para tamu undangan akan berpikiran kita saling jatuh cinta, hingga tidak sabar untuk memulai malam pertama kita."
"Aku sudah menduganya," kata Kei sambil tersenyum.
Hardhan sudah selesai dengan semua jepitan di rambut Kei, ia menyisiri rambut Kei dengan jari-jari tangannya, "Untungnya tidak memakai hairspray. Jadi rambutmu tidak kaku."
"Yaa, aku memang menolak memakainya tadi."
Hardhan membantu Kei berdiri dari kursinya, membalik badan Kei menghadapnya, lalu membuka satu persatu kancing kebayanya, membuat Kei terasa berhenti bernapas.
"A ... Aku bisa membukanya sendiri."
"Ssttt." Hardhan menepis tangan Kei, "Jangan bergerak dan jangan merusak kesenanganku," lanjutnya.
Kebaya itu turun dari bahu Kei dan jatuh ke bawah menumpuk di pergelangan kaki Kei. Dengan satu kali gerakan, kamisol yang menutupi gunung kembar Kei juga terjatuh menyusul kebayanya, membuat napas Kei tercekat.
"Sesuai dugaanku, begitu penuh, begitu indah," puji Hardhan sambil meremas keduanya dengan lembut, gelenyar-gelenyar halus mulai merayap ke seluruh tubuh Kei.
Dengan napas memburu Hardhan mencium Kei, sementara tangan ahlinya bekerja melepaskan pakaian yang tersisa di tubuh Kei, membuat Kei sepolos bayi yang baru lahir.
Kei tercekat kaget ketika tiba-tiba Hardhan membopongnya. Dengan langkah panjang Hardhan menuju tempat tidur, kemudian membaringkan Kei di atasnya.
Hardhan Berdiri di samping tempat tidur, matanya tidak pernah beralih dari Kei ketika ia menanggalkan pakaiannya sendiri satu demi satu. Gairahnya sendiri naik sepuluh kali lipat ketika mata sendu Kei menatapnya.
Tubuh Hardhan begitu sempurna, dadanya yang bidang, perutnya yang sixpack, tangan dan kakinya juga berotot, dan bagian tubuhnya yang paling pribadi ...
"Astaga!" Kei terkesima, tangannya reflek menutup mulutnya yang ternganga.
Pria itu serba besar
Melihat reaksi Kei, Hardhan tersenyum lebar, "Aku anggap itu sebagai pujian."
Hardhan kembali merangkak ke atas Kei, kedua tangan menopang tubuhnya agar tidak menindih Kei. Hardhan terus memandangi wajah Kei yang merona di bawahnya. Kei langsung memejamkan kedua matanya.
Belum pernah Hardhan merasa puas hanya dengan memandangi wanita. Biasanya ia bercinta hanya karena kebutuhan, tidak pernah sekalipun ia memandangi pasangannya, tidak seperti hari ini, memandangi Kei saja sudah membuatnya tergoda.
"Aku beruntung ini bukan yang pertama untukmu, aku tidak akan tega kalau harus menyakitimu," bisik Hardhan di telinga Kei, mengirimkan gelenyar-gelenyar aneh ke seluruh tubuhnya.
"Mas ... " erang Kei sambil menggeliat liar di bawah Hardhan.
"Buka matamu Kei, aku ingin melihat api gairah di mata indahmu."
"Tidak bisa, Mas. Aku tidak bisa membukanya."
Mas?
Satu kata itu membuat udara dingin terasa berhembus di punggung Hardhan. Terlintas satu pikiran yang membuat Hardhan seketika emosi.
"Itu kah alasannya kau tidak mau membuka matamu? Kau membayangkan aku sebagai dia?"
Kei menggelengkan kepalanya, sambil mengumpat Hardhan langsung melompat turun dari tempat tidur, ia menatap kesal Kei yang belum juga membuka matanya, hanya kelopak matanya saja yang bergerak-gerak.
"Sial!"
Dengan kedua tangan terkepal, Hardhan langsung jalan ke kamar mandi, menyalakan shower dengan air dingin, dan membiarkannya membasahi seluruh tubuhnya. Hardhan berharap air dingin tersebut mampu menurunkan gairahnya, dah menenangkan pikirannya.
Berani-beraninya wanita sialan itu membayangkan aku sebagai mantan suaminya! geram Hardhan sambil meninju dinding kamar mandi.
Sementara Kei yang menyadari Hardhan meninggalkan tempat tidurnya dengan kesal merasa bersalah. Kei duduk di tempat tidur, menyelimuti diri sendiri dengan selimut yang terbuat dari sutera, lalu menekuk kedua kakinya. Kei melingkarkan kedua tangannya ke kakinya kemudian menunduk, menutup wajahnya dengan lututnya. punggungnya yang terbuka bergerak karena isakan tangisnya.
Kenapa dia memintaku membuka mataku? Aku tidak bisa ... Tidak pernah bisa.
Hanya dengan menggunakan handuk yang melilit di pinggangnya, Hardhan keluar dari kamar mandi,. Ia menatap Kei yang meringkuk di atas tempat tidur, terdengar isakan kecil keluar dari mulut wanita itu.
Hardhan masih terlalu kesal hingga mengabaikannya.
"Aku sudah mengisi air di dalam bathup, kau bisa membersihkan dirimu," kata Hardhan dengan suara dingin.
Kei mengangkat kepalanya, menatap Hardhan dengan penuh penyesalan, "Mas aku ... "
"Aku tidak mau mendengar alasanmu, apapun itu!" Hardhan memotong kata-kata Kei.
Setelah menghapus air matanya, Kei turun dari tempat tidur, membawa serta selimut yang menutupi kepolosannya.
Setelah Kei menghilang di balik pintu kamar mandi, Hardhan baru mengambil bajunya di lemari pakaian. Kamar ini memang di khususkan untuk dirinya, dan tidak untuk di sewa.
Jadi semua keperluan Hardhan sudah ada di kamar itu, termasuk juga baju-baju dan segala perlengkapan untuk Kei. Hardhan sudah menyuruh Alex untuk mengisi penuh lemari Kei dengan pakaian baru, termasuk lemari di kamar rumah Hardhan.
Mengingat kejadian tadi yang membuatnya kesal, Hardhan tergoda untuk membuang semuanya ke luar kamar.
kesetiaan antar keluarga
ceritanya ngangenin walaupun sudah tau endingnya tapi masih semangat baca lagi