Arman enggan untuk menikah lagi setelah kematian sang istri, namun sangat ingin mempunyai anak sebagai penerus keluarga.
Teknologi medis yang semakin canggih membuat Arman bisa saja mempunyai seorang anak tanpa harus melalui hubungan badan. Prosedur itu biasa disebut dengan inseminasi buatan. Naas, sel sp*rma Arman yang seharusnya disuntikan ke rahim seorang wanita yang telah disiapkan, malah di suntikan ke rahim Asyifa Khairunnisa.
"Aku tidak pernah melakukan zina seperti yang kalian katakan, aku tidak mungkin hamil!"
Syifa dinyatakan hamil tepat di hari pertunangannya. Sang calon suami yang sudah terlanjur kecewa memutuskan pertunangan begitu saja.
Tepat hari itu pula Arman mengetahui bahwa dokter rumah sakit tersebut telah melakukan kesalahan prosedur inseminasi buatan. Arman pun tidak tinggal diam, ia datang menghampiri Syifa di kediaman orang tuanya.
"Lahirkan anak itu untukku." Arman Alfarizi.
Langkah apa yang akan Syifa ambil selanjutny
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon alya aziz, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab.33
Di tempat berbeda Gavin masuk ke ruangan dokter spesialis kandungan untuk menemui sahabatnya. Annisa terlihat heran karena tidak biasanya sahabatnya itu datang di jam kerja. "tumben, ada keperluan apa?"
Gavin duduk di depan Annisa sambil mencomot sepotong buah pir yang ada di atas meja. "Aku ingin menanyakan tentang kondisi kehamilan Syifa, bagaimana perkembangan janinnya, bagus?"
Sudah dua minggu semenjak terakhir kali Syifa berkunjung, saat itu Annisa meresepkan obat-obatan untuk memperkuat janin. "Dua hari lagi adalah jadwal cek up-nya, semoga setelah mengkonsumsi obat janin di rahim Syifa berkembang baik."
Gavin menyadarkan tubuhnya seraya terus mengunyah buah pir. "Ya itu semua yang kita harapkan."
----------------
Pukul satu siang...
Syifa dan Arman sampai di kediaman orang tua Chyntia. rumah mewah dengan desain klasik yang hanya ditinggali oleh seorang pria renta dan ditemani beberapa orang pembantu.
"Assalamualaikum, Bi. Bapak ada?"
Wanita paruh baya itu bukannya menjawab pertanyaan Arman, ia malah memandangi Syifa dengan senyum yang merekah. "Masyaallah, cantik sekali."
"Salam kenal Bi, saya Syifa," ucap Syifa sambil mengulurkan tangannya. Wanita itu tentu saja dengan senang hati yang meraih uluran tangan Syifa.
Arman mendengus seraya berpangku tangan karena baru pertama kali yang membawa Syifa ke sana tetapi ia langsung diabaikan. "Wah bi Ratih mulai pilih kasih."
"Haha, den Arman bisa saja. Kalau begitu silahkan masuk, Bapak ada di dalam."
Syifa mengikuti langkah Arman masuk kedalam rumah itu. Ia langsung takjub melihat desain rumah yang sangat klasik dan begitu banyak barang-barang antik. Di tembok-tembok ruangan terlihat begitu banyak foto, termaksud foto pernikahan Arman dan juga Chyntia.
Langkah Syifa pun terhenti. Akhirnya ia bisa melihat cinta pertama suaminya. Ya, begitu cantik dan terlihat ceria. Wajar rasanya jika Arman begitu terpukul setelah kematian Chyntia.
"Syifa, kamu kok berhenti," ucap Arman yang berbalik menghampiri Syifa.
"Saat masuk aku langsung tertuju dengan foto ini, tapi kenapa di rumah mas tidak memajang foto Mbak Chyntia?" tanya Syifa penasaran.
Arman terlihat ragu untuk menjawab. Ia merangkul sang istri seraya memandangi foto itu. "Dulu melihat fotonya saja aku tidak sanggup. Trauma itu sangat nyata, semenjak mengenalmu aku belajar banyak hal, bahwa kenangan indah itu tidak boleh diratapi tetapi dijadikan sebuah pelajaran untuk hidup lebih baik kedepannya. Kamu dan Chyntia sama-sama bidadari surga untukku, jangan pernah merasa bahwa kamu hanya pelarian karena sekarang aku menjalani semuanya bersamamu."
Syifa hampir tak bisa berkata-kata karena ia bersyukur mendapatkan suami yang tak pernah membandingkan ia dan almarhumah Cynthia. Bukan hanya menerima Arman dengan segala masa lalunya tetapi Syifa juga ingin masuk dan menjadi bagian di dalamnya.
"Wah pengantin baru akhirnya datang ya."
"Bapak," ucap Arman saat berbalik melihat kebelakang. Ia segera mendekat dan memeluk mantan bapak mertuanya itu. "Aku datang lagi, Pak."
Dengan bangga Bapak menepuk punggung Arman sambil memandangi Syifa yang masih berdiri di posisinya. "Yah, Alhamdulillah akhirnya kamu membawa seseorang yang Bapak tunggu."
Arman segera melepaskan pelukannya seraya menyeka air mata yang tiba-tiba saja mengalir begitu saja. Dipantanginnya Syifa yang masih berdiri dua meter darinya, ia segera menghampiri dan menarik tangan sang istri untuk diperkenalkan kepada, Bapak.
"Perkenalkan, namanya Syifa Pak. Dia adalah istri saya dan saya mencintainya." Arman kembali tertunduk saat air matanya mengalir tanpa henti. Ia merasa begitu emosional karena dulu Bapak menginginkan ia untuk mengikhlaskan Chyntia seutuhnya."
Syifa segera menyalim tangan Bapak dengan begitu sopan. Tiba-tiba saja Bapak juga ikut terharu karena merasa memiliki anaknya kembali. "Alhamdulillah, Alhamdulillah. Bapak senang sekali. Terimakasih Syifa. Sekarang kamu bukan hanya istri Arman tapi kamu juga anak Bapak."
"Iya Pak, terimakasih karena sudah menerima saya sebaik ini," lirih Syifa dengan derai air mata yang mulai tumpah. Entah kenapa tiba-tiba saja ia mengingat Ibu Firman Firman yang dulu bahkan tidak mau tersenyum kepadanya.
Sementara saat menikah dengan Arman, ia bisa merasakan kasih sayang yang tulus bukan hanya dari Arman, tetapi juga dari seorang pria tua berstatus sebagai mantan ayah mertua, namun kasih sayangnya luar biasa.
Bapak merangkul Arman dan juga Syifa hingga akhirnya suara gelak tawa mulai terdengar meski air mata tak juga henti-hentinya mengalir.
Bersambung 💕
Gaes yuk mampir di ke novel keren yang satu ini...