Salah Rahim
...Assalamualaikum, Author kembali hadir dengan novel baru bertema romance religi. Novel ini hanyalah fiksi, hasil dari kehaluan seorang Alya Aziz yang ingin terus berusaha menyajikan cerita yang menarik. Jika ada kekeliruan dan kesalahan dari cerita, mohon dimaafkan ya teman-teman. Yuk kita simak bersama kisahnya......
...Happy reading......
15 Agustus 2019, Arman Alfarizi seorang pengusaha sukses harus kehilangan separuh jiwanya karena sebuah tragedi kecelakaan. Trauma di hari kejadian masih amat membekas dalam ingatannya hingga membuat ia enggan untuk memulai satu hubungan baru karena takut mengulang luka yang sama.
Tahun-tahun berlalu dengan perasaan kosong yang masih sama. Hampa, suram seolah tidak ada alasan untuk hidup. Namun tiba-tiba saja Arman bermimpi menimang bayi laki-laki yang tersenyum di atas pangkuannya.
"Apa! Kamu ingin punya bayi ... ta-tapi bukannya kamu tidak mau menikah lagi?" tanya seorang laki-laki yang duduk di hadapan Arman.
"Tidak harus menikah dan juga tidak perlu meniduri seorang wanita. Gavin, aku membaca salah satu artikel di internet tentang inseminasi buatan, apa mungkin kamu bisa membantu ku?"
Gavin Leonardo adalah seorang Dokter muda sekaligus putra dari pemilik salah satu rumah sakit ternama di daerah Jakarta. Gavin sudah lama tidak bertemu dengan Arman dan ketika bertemu ia dikagetkan dengan permintaan aneh sang sahabat.
"Ya, memang bisa tapi ... lebih baik kamu menikah sajalah. Enaknya dapat, anaknya juga dapat. Arman, ini sudah hampir empat tahun dan kamu belum bisa melupakan Cynthia?"
"Aku tidak akan bisa melupakan Chintya, aku sangat mencintainya meski dia telah pergi menghadap ilahi setelah kecelakaan itu. Hufft, sudahlah sekarang kamu bantu aku untuk prosedur inseminasi buatan itu bagaimana caranya?"
Gavin nampak terdiam sejenak memandangi Arman yang menatapnya dengan begitu antusias dan juga sangat serius. Setelah kematian Cynthia, ia benar-benar bisa melihat bahwa Arman telah kehilangan cinta dalam hidupnya.
"Ehm baiklah. Karena aku bukan dokter ahli kandungan maka aku akan memperkenalkan kamu dengan salah satu dokter di rumah sakit ku, kalau kamu memang serius ingin melakukan prosedur inseminasi buatan yang pertama kali harus kamu cari adalah wanita yang bersedia untuk mengandung anak kamu, ya jaman sekarang ada banyak wanita seperti itu, tapi kamu harus pilih-pilih juga."
Mendadak Arman kembali menyadarkan tubuh di kursi kebesarannya. "Benar juga, setidaknya aku harus mengenal wanita yang akan mengandung anak ku dan aku akan menawarinya bayaran tinggi."
"Saya saja, Pak!" Seorang wanita berkemeja putih dengan rok span hitam melangkah cepat menghampiri Arman dan juga Gavin.
"Shila, jadi dari tadi kamu menguping!?" tanya Arman yang nampak sangat kesal.
Shila menundukkan kepalanya saat melihat tatapan tajam sang atasan. Ya, wanita itu adalah sekertaris baru Arman. "Maafkan saya. Tapi saya benar-benar bersedia, apalagi saat mendengar Anda akan membayar tinggi."
"Arman, dia boleh juga. Dari pada kamu pusing mencari lebih baik terima saja," ucap Gavin berbisik kepada Arman.
Arman memandangi ujung kepala hingga ujung kaki Shila yang memang terbentuk sempurna sebagai seorang wanita. "Baiklah, jika kamu memang bersedia, ikuti semua arahan dan kita atur surat perjanjian."
~
Masih di langit yang sama, seorang wanita berjalan dengan gontai masuk kedalam rumah. Entah apa yang baru saja ia dengar hingga raut wajahnya nampak begitu sendu.
"Syifa bagaimana, lancar pertemuan dengan orang tua Firman, kapan mereka ingin bertemu Ayah?"
Langkah Syifa terhenti, ia menoleh melihat sang Ayah yang tak sabar mendengar jawaban darinya. "Ayah, apa Syifa sudah salah memilih jalan?"
Lengkungan senyum di wajah keriput itu mendadak luntur melihat ekspresi wajah Syifa. "Apa maksud kamu? Pagi tadi kamu pergi dengan wajah berseri-seri dan sekarang kenapa seperti ini."
"Kedua orang tua Mas Firman ingin Syifa melakukan tes keperawanan sebelum menikah, itu sama saja mereka meragukan ku. Sejak awal mereka memang seperti tidak suka ... astaghfirullah, Syifa ke kamar dulu."
Syifa hendak melanjutkan langkahnya pergi ke kamar namun kembali di cegah oleh sang Ayah. Ia kembali berbalik, menatap sang Ayah yang sangat mengharapkan pernikahan ini. "Ayah, aku lelah. Kita bicara besok ya."
"Syifa dengarkan Ayah. Apapun yang terjadi kamu harus menikah dengan Firman, dia itu laki-laki baik dan mapan. Kamu hanya perlu berkorban sedikit, itu juga untuk kebaikan bersama agar mereka tidak lagi ragu."
Terkadang Syifa merasa begitu kecewa karena selalu mendapatkan perlakuan yang kurang adil. Saat Kakak laki-lakinya hanya makan tidur tanpa melakukan apapun, ia harus bekerja keras untuk menghidupi keluarga.
Saat pertama kali mengetahui bahwa Firman menyukainya, sang Ayah terus mendorong ia untuk menerima cinta laki-laki itu meski sebenarnya Syifa enggan untuk berpacaran.
"Apa aku harus melangkah sejauh itu, demi apa Ayah, uang kan, Ayah hanya ingin uang tanpa pernah memikirkan kebahagiaan Syifa. Kenapa bukan Kak Devan saja?"
Pakkk!
Satu tamparan mendarat tepat di wajah Syifa. Rasa pedihnya bahkan menusuk sampai ke dalam hati. Ia hanya berusaha untuk menyuarakan keluh kesahnya tetapi selalu saja salah, tidak ada tempat untuk mengadu karena sang Ibu telah lama di meninggal dunia.
"Jangan kurang ajar, besok kamu pergi ke rumah sakit untuk pemeriksaan. Itu saja kok banyak drama," ujar sang Ayah lalu melangkah pergi begitu saja meninggalkan Syifa.
Kaki ringkih yang tak lagi bisa menapak bumi membuat Syifa jatuh terduduk di lantai dengan perasaan campur aduk yang terus menggerogoti jiwa yang kian rapuh.
......................
"Dok...dok, bangun. Ini sudah pagi, bukannya Anda ada jadwal pagi ini ."
Seketika mata dokter tersebut langsung terbuka padahal Ia baru saja memejamkan mata pukul lima dini hari karena tugas malam di rumah sakit.
"Jam berapa sekarang?" tanyanya kepada sang pembantu.
"Jam delapan, sebaiknya Anda bangun sebelum Dokter Gavin datang kesini untuk membangunkan Anda."
Mendengar nama Gavin, Dokter wanita itu pun segera bangkit dari posisi berbaringnya mengikat rambutnya tinggi ke atas lalu melangkah cepat menuju kamar mandi.
Karena terlalu terburu-buru ia bahkan tidak lagi mandi dengan sempurna, hanya membersihkan wajah dan juga menggosok giginya karena ia benar-benar sudah terlambat.
"Dokter Annisa tidak mandi?"
"Tidak Bi, aku ada pasien pagi ini, nanti mandi di rumah sakit saja."
Annisa adalah seorang dokter spesialis kandungan yang bekerja di rumah sakit yang sama dengan Gavin. Sebenarnya hari ini ia tidak ada tugas pagi karena malam tadi sudah mengambil tugas malam tetapi karena permintaan Gavin akhirnya ia harus bangun pagi-pagi sekali untuk ke rumah sakit.
~
Sesampainya di rumah sakit dengan mata yang masih sangat mengantuk ia melangkah menuju ruangan kerjanya.
"Selamat pagi, Dok. Ini adalah sempel sel sp*ma tuan Arman yang siap di suntikan," ucap seorang perawat seraya menyerahkan box berisi sebuah botol kecil di mana harapan Arman akan segera di tanam.
"Hoaam, Dokter Gavin yang memberikan ini?" tanya Anisa dengan mulut yang tak henti-hentinya menguap.
"Iya Dok, beliau yang sudah mempersiapkan semuanya, tinggal Anda yang menyuntikkan."
"Ck, dia yang mengurus semuanya? Aku bahkan belum bertemu dengan wanita itu untuk memberikan treatment. Tapi karena dia pemilik rumah sakit ini, baiklah aku akan lakukan. Oh iya, kamu tolong ke kantin, belikan saya kopi. Pasien pagi ini biar saya menangani sendiri," ujar Annisa seraya menyadarkan tubuhnya.
"Baik Dok. Oh iya ada satu pasien lagi, datanya saya tulis di situ juga, pemeriksaan keperawanan."
"Oh iya iya, sana belikan saya kopi," ujar Annisa yang tidak henti-hentinya menguap.
Setelah kepergian perawat itu, Anisa segera berdiri dari posisinya agar semua pekerjaannya pagi ini cepat selesai dan ia bisa bersantai.
Dipakainya jas putih kebanggaan lalu melangkah keluar dari ruang kerjanya. Sesampainya di ruang praktek benar saja sudah ada seorang wanita muda yang duduk di brankar rumah sakit.
"Selamat pagi, Dok. Dokter pasti sudah tahu maksud saya datang kesini kan, tadi saya sudah mengatakan semua ke asisten Anda."
Ya, wanita itu adalah Syifa, ia benar-benar malu mengatakan kembali maksud dan tujuannya datang ke rumah sakit kepada dokter karena Ia berpikir dokter itu pasti sudah tahu karena ia sudah mengatakan semuanya kepada perawat tadi.
"Iya saya tau. Silahkan berbaring agar prosesnya lebih cepat ya," ucap Annisa seraya membantu Syifa untuk berbaring.
Setelah memastikan Syifa berbaring dengan santai, Anisa melangkah menuju mejanya melihat data diri pasien yang ada di sana, namun tiba-tiba saja ia tidak fokus karena terlalu mengantuk.
Tadi Susi bilang pasien pertama yang inseminasi buatan atau tes keperawanan ... ah kenapa aku lupa, batin Annisa.
Anisa kembali menghampiri Syifa yang sudah berbaring di atas brankar rumah sakit. "Nona, Anda yang akan melakukan inseminasi kan?"
Sejenak Syifa terdiam karena tidak mengerti dengan istilah yang dipertanyakan oleh sang dokter, kemudian Ia berpikir mungkin itu adalah istilah dari tes keperawanan yang akan ia lakukan.
"Oh i-iya Dok."
"Baiklah kalau begitu ayo kita lakukan. Agar semuanya cepat selesai." Ia membuka lebar kedua sisi paha Syifa untuk penyuntikan.
"Astaga," ucap Syifa seraya memejamkan mata, ia mencengkram erat ujung bantal dengan jari-jarinya yang terlihat bergetar.
Hari itu sebuah takdir baru di dalam hidup syifa Khairunnisa baru saja dimulai.
Bersambung 💖🥰
Untuk yang tidak tahu apa itu inseminasi buatan, ini author jelaskan sedikit ya....
Inseminasi buatan dilakukan dengan cara menempatkan sp*rma langsung ke dalam rahim pada saat pelepasan sel telur (ovulasi) menggunakan kateter kecil, waktunya pun kurang dari sepuluh menit.
Biasanya Dokter akan meminta pasien untuk berbaring di tempat tidur, menggunakan spekulum untuk melebarkan ******, memasukkan kateter berisi sp*rma ke dalam ****** melalui pintu rahim dan masuk ke dalam rahim, menyemprotkan sp*rma ke dekat tuba falopi dan meminta pasien untuk tetap berbaring selama beberapa saat, kemudian melepaskan kateter serta spekulum.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 59 Episodes
Comments
Nurhayati Lubis
gimana bisa Syifa kan perawan thor
2024-06-03
0
Katherina Ajawaila
nasip Syifa semoga Arman mau menerima Syifa jadi ibu tabung nya ya thour
2024-03-03
0
Anailuy
semangat terus berkarya kak,,,,,,
2023-11-19
0