(Mohon jangan boomlike) Pernikahan Zoya dan Zada yang sudah berjalan tiga tahun ini tampak rukun dan bahagia.
Namun siapa sangka, Zada yang tipekal suami setia tiba-tiba membawa pulang wanita lain ke rumah Zoya dan Zada.
Bagai tertusuk seribu sembilu, Zoya begitu kecewa dengan Zada yang diam-diam sudah menikah lagi tanpa persetujuan darinya.
Zoya meminta talak, namun Zada menolaknya. "Aku tidak akan pernah menjatuhkan talak untukmu. aku masih mencintaimu, Zoya." Begitulah alasan yang selalu terucap dari bibir suaminya.
"Tidak masalah aku di madu asalkan, aku tidak tinggal satu atap dengan maduku," lirih Zoya penuh luka dan nyeri di hatinya.
Biarlah Zoya menerima semuanya. Karena tanpa Zada ketahui, Zoya sedang mengandung anak yang selama ini di nanti-nantikan.
Biarlah Zoya menerima surganya, walau surga itu telah menorehkan luka dan lara yang mendalam.
Mampukah Zoya tetap bertahan ketika melihat suaminya bersanding dengan wanit
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ika Oktafiana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 32. Pedih
Zoya dan Yasa sudah duduk di kursi yang tersedia. Setelah sibuk dengan ponselnya, Zoya beralih menatap Yasa. "Mau bicara apa ya, Mbak? Kok serius banget, aku jadi takut," tanya Yasa lalu meringis kuda.
Zoya terkekeh. "Nggak serius banget kok. Cuma bahas soal pekerjaan kamu. Jadi begini, bagaimana kalau kamu jadi pegawai tetap disini? Soalnya, aku sudah ada rencana untuk kursus. Masalah gaji, kamu bisa nego. Selama ini, aku lihat kerja kamu bagus," ucap Zoya tersenyum ramah.
Yasa tersenyum. "Aku mau banget, Mbak. Selain kerjaannya nggak berat banget, disini juga bisa jadi tempat healing, kan berbaur sama alam terus rasanya,"
Zoya semakin tersenyum lebar. "Berarti kamu mau ya?" tanya Zoya memastikan. Yasa mengangguk yakin. "Mau banget, Mbak. Aku juga lagi butuh banget buat biaya hidup dan buat bantu ibu di rumah," ucap Yasa tersenyum sendu.
"Baiklah kalau begitu. Terima kasih sudah bersih disini ya, Sa. Nanti sewaktu aku kursus, tolong urus semuanya ya, Sa?" ucap Zoya meminta tolong dengan halus.
"Siap komandan!" jawab Yasa penuh semangat empat lima. Zoya magut-magut dan tersenyum. Yasa memang anak yang
rajin bekerja. Zoya cukup tahu latar belakang Yasa. Dia anak yatim yang tinggal bersama ibu dan adiknya yang masih duduk di bangku SD.
Zoya paham, Yasa pasti menjadi tulang punggung untuk membantu perekonomian keluarganya. Belum lagi biaya sekolah adiknya yang harus ditanggung juga. Zoya seketika merasa malu karena terkadang suka mengeluh dan kurang bersyukur atas hidup yang sudah Tuhan gariskan untuknya.
Padahal, di luar sana masih banyak orang susah yang bekerja hanya untuk bisa menyambung hidup. Zoya bersyukur karena Allah memberinya rezeki lebih. "Yasa? Rencananya, aku mulai kursus minggu depan. Kamu siap, kan? kalau aku andalkan nanti?" tanya Zoya memastikan.
"Siap banget, Mbak. Mbak Zoya tenang saja, aku akan memegang kepercayaan, Mbak Zoya,"
Setelah perbincangannya dengan Yasa, Zoya kembali ke atas untuk mencari tempat kursus yang bagus di ponselnya. Zoya ingin segera kursus agar dirinya bisa cepat mewujudkan cita-citanya. Cita-cita yang sudah lama Zoya kubur hanya demi rumah tangganya.
Sekarang, tidak ada lagi yang akan menghalangi Zoya untuk berkarya.
Saat sedang sibuk dengan ponselnya, Zoya mendengar suara orang berbincang di bawah sana. "Mama? Itu bukannya mama ya?" Zoya melongok sedikit untuk bisa melihat ke bawah. Dan benar saja, mama dan papa mertuanya datang ke rumah.
Zoya bergegas turun namun, urung karena sudah dicegah oleh bu Maya. "Biar mama sama papa yang ke atas saja. Kamu disitu saja, jangan terlalu capek," ucao bu Maya lembut. Zoya mengangguk patuh.
Setelah bu Maya dan pak Rama sampai di lantai atas, Zoya langsung menyalami tangan keduanya. Saat giliran Zoya menyalami tangan bu Maya, Zoya langsung dipeluk begitu saja. Zoya tentu kaget namun, Zoya berusaha untuk menguasai dirinya lagi. Apalagi, bu Maya kini sudah menangis sesenggukan di pelukannya.
Zoya melayangkan tatapan penuh tanda tanya pada pak Rama namun, pak Rama juga dalam kondisi yang sama, yaitu menangis walau tidak sesenggukan seperti bu Maya.
Zoya menyimpan pertanyaannya untuk nanti dan membalas pelukan bu Maya. Zoya mengelus lembut punggung mertuanya untuk menyalurkan ketenangan. Baru setelah itu, bu Maya sudah bisa ditenangkan.
"Duduk dulu, Pa, Ma," perintah Zoya lembut. Keduanya pun duduk di sofa yang tersedia disana. Zoya duduk di sebelah bu Maya untuk memberikan ketenangan. "Maafkan Mama, Zoya … Mama tidak bisa mendidik Zada menjadi suami yang baik untukmu. Gara-gara Mama—"
Belum sempat bu Maya menyelesaikan kalimatnya, Zoya sudah memberi isyarat agar bu Maya tidak perlu melanjutkan kalimatnya. "Jangan menyalahkan diri sendiri, Ma. Ini semua bukan salah, Mama. Ini semua sudah takdir," ucap Zoya menenangkan.
"Tidak, Zoya … benar yang dikatakan Mama, kita sudah gagal mendidik Zada dengan baik. Sekarang, kamu sudah kehilangan segalanya karena kami," ucap pak Rama merasa bersalah.
"Istighfar, Pa. Jangan mengatakan itu. Zoya tidak kehilangan semuanya, Zoya masih punya Mama sama Papa yang sayang ke Zoya. Zoya juga percaya, ada hikmah di balik semua ini. Zoya akan mengambil pelajarannya," Zoya tersenyum sendu.
Bu Maya malah semakin menangis tersedu-sedu hingga membuat Zoya kebingungan. "Kamu terlalu baik untuk Zada. Biarlah dia menerima akibatnya suatu hari nanti karena telah menyakiti wanita sebaik kamu," ucap bu Maya disela tangisnya.
Zoya menggeleng. "Justru, Zoya merasa belum baik sehingga Zoya harus dipisahkan dengan mas Zada, Ma. Zoya masih harus memperbaiki diri. Banyak kekurangan yang Zoya miliki," Tanpa terasa, satu buliran bening berhasil lolos dari sudut mata Zoya.
Pedih, satu kata yang bisa mewakili perasaan zoya jika menyebut nama Zada. Antara rindu dan kecewa seakan telah bercampur aduk. Bohong jika Zoya bisa melupakan Zada begitu saja. Tidak semudah itu karena sudah banyak waktu yang Zoya habiskan bersama mantan suaminya itu.
"Jangan menangis, air matamu terlalu berharga untuk menangisi seseorang seperti Zada. Kejarlah kebahagiaanmu, Zoya. Kamu berhak bahagia," ucap pak Rama sambil mengusap pipinya yang sudah basah karena air mata.
Zoya mengangguk beberapa kali. "Pasti, Pa. Zoya akan memperbaiki diri dan melanjutkan hidup," jawab Zoya tersenyum haru.
"Zoya? maafkan Mama karena mama tidak ada disaat kamu sedang terpuruk. bahkan, saat kamu kehilangan anakmu, Mama nggak bisa menampakkan diri Mama karena merasa malu ingin menemui mu. Mama malu, Zoya ... Mama malu karena Zada sudah membuatmu begitu menderita,"ujar bu Maya lagi dengan air mata yang berderai.
Sebagai seorang ibu, bu Maya merasa gagal. Dia malu karena tidak bisa menasehati Zada untuk lebih baik lagi. Bu Maya tentu kecewa dengan sikap Zada yang terbilang kekanak-kanakan. Bu Maya tidak membenarkan apa yang Zada lakukan.
Mengingat soal anak, Zoya kembali bersedih. Tiga tahun penantiannya selama ini tidak membuahkan hasil manis. Zoya merasa bersalah pada anaknya yang belum saatnya lahir namun, harus pergi lagi menemui Allah SWT.
Zoya terdiam dengan air mata yang berderai. Disaat Zada dan Ghaida sedang bahagia, dirinya begitu di rundung duka dan lara. Semua telah terampas begitu saja tanpa meninggalkan sisa.
"Dimana makam anakmu, Zoya?"
Zoya tersadar dan menoleh pada ibu mertuanya. "Namanya Arunika, Bu. Dia sangat cantik. Aku melihat dia terakhir kali sebelum dia di makamkan. wajahnya yang belum terlihat jelas bentuknya, namun aku bisa melihat kedamaian disana. Aku mencintainya, Bu. Aku menyayanginya. Jika waktu bisa ku putar ulang, aku tidak mau terlalu stres memikirkan masalah hidup. Aku akan rajin makan untuk Arunika," Zoya menumpahkan semua air matanya.
Bu Maya langsung memeluk Zoya dengan erat. Sebagai seorang ibu, dia juga tidak mau kehilangan anaknya. Bu Maya bisa merasakan apa yang Zoya rasakan tidaklah mudah. "Bersedihlah sewajarnya, Zoya. Setelah itu, bangkit dan kembalilah. Masa depan yang cerah sedang menantimu. Arunika juga tidak mau melihat kamu bersedih,"
Pak Rama sudah tidak sanggup lagi berada di situasi yang seperti ini. Dia memilih menyingkir, meninggalkan dua wanita yang dia sayangi. "Kamu harus mendapatkan pelajaran yang bisa membuatmu belajar, Zada," ucap pak Rama dengan wajah seriusnya.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Nih, mertua Zoya muncul. kalian mau sungkem atau gimana nih?😋
jangan lupa dukungannya ya ..
dengan cara, like, komen, vote, dan kasih hadiah semampu kalian😘
oh iya, hari ini kalian pasti dapat vote dong ya?🤓
boleh dong bagi disini 🙉🙈😘😘