Gyan Abhiseva Wiguna tengah hidup di fase tenang pasca break up dengan seorang wanita. Hidup yang berwarna berubah monokrom dan monoton.
Tak ada angin dan hujan, tiba-tiba dia dititipi seorang gadis cantik yang tak lain adalah partner bertengkarnya semasa kecil hingga remaja, Rachella Bumintara Ranendra. Gadis tantrum si ratu drama. Dia tak bisa menolak karena perintah dari singa pusat.
Akankah kehidupan tenangnya akan terganggu? Ataukah kehadiran Achel mampu merubah hidup yang monokrom kembali menjadi lebih berwarna? Atau masih tetap sama karena sang mantanlah pemilik warna hidupnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon fieThaa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
32. Cinta Yang Sama-Sama Besar
Tak ada angin, tak ada hujan. Putra mahkota yang tengah ditugaskan ke Melbourne malah menunjukkan batang hidungnya di depan singa garang, Erzan Akhtar Ranendra. Wajah lelaki itu begitu serius tak seperti biasanya.
"Gy mau ngomong sama Abang Er."
Erzan yang sudah kembali memfokuskan pandangan ke layar segiempat terkejut dengan kalimat lanjutan Gyan.
"Perihal Achel."
Mata yang fokus pada kata demi kata segera memandang ke arah wajah lelaki yang ada di hadapannya. Wajah biasa kini berubah sedikit menyeramkan.
"Gy sayang Achel."
Penuh keyakinan kalimat itu terlontar. Dan lengkungan senyum teramat tipis terukir di bibir singa garang tersebut.
"Wajar kan sesama saudara saling sayang."
"Bukan sayang itu, Bang," jawab Gyan dengan lebih serius. Kedua alis Erzan pun mulai menukik tajam. Tanpa ragu Gyan menjelaskan hingga decihan terdengar.
"Simpan rasa itu, Mbul. Kalian enggak boleh memiliki hu--"
"Tapi, Gy sudah merusak Achel."
Mendengar kalimat tersebut membuat darah Erzan mendidih. Matanya sudah menunjukkan api kemarahan yang tak terelakkan.
"MAKSUD LU APA?"
Kemurkaan sudah tak terbantahkan. Namun, Gyan menyikapinya dengan sangat tenang.
"Gy sama Achel sudah sering berciuman."
"BANGSAATTT!!!"
Bugh!
Kecepatan gerakan tubuh serta tangan paman Achel membuat Gyan mundur beberapa langkah ke belakang. Sakit, sudah pasti. Tapi, Gyan masih mencoba menahannya. Kembali menatap Erzan yang masih dengan kemurkaan.
"Bukankah merusak bertanda kita harus membeli?" ujar Gyan tanpa terlihat sama sekali.
"JAMBUL!!"
Tangan Erzan kembali mengepal dengan sangat keras. Dia tak terima keponakan kesayangannya malah dirusak seenaknya oleh lelaki yang dia kenal sedari orok. Kembali dia memberikan bogeman mentah kepada Gyan. Lagi, lelaki tampan itu tak membalas. Padahal, dia termasuk manusia yang emosian. Kali ini, dia membiarkan Erzan memukulnya tanpa melawan sedikit pun.
"Gy, ingin bertanggungjawab atas apa yang udah Gy lakukan, Bang. Gy, serius sayang sama Achel."
Kembali Erzan memukul Gyan tanpa ampun. Walaupun sudah berdarah-darah, tetap Gyan diam saja.
"Pukul Gy sepuasnya, Bang. Gy rela mengorbankan nyawa demi untuk bersama Achel."
#off.
Hembusan napas kasar keluar dari bibir Erzan ketika mengingat Gyan yang datang ke hadapannya. Dan juga keponakannya yang menemuinya hanya untuk mengungkapkan perasaannya dengan derai air mata.
Apalagi ketika baru saja dia melihat cctv. Perlakuan Gyan terhadap Achel dapat dia lihat dengan sangat jelas. Mereka sama-sama memiliki cinta yang sangat besar.
.
Gyan sudah melarang Achel untuk ikut berjuang. Tapi, sikap keras kepala Achel pun tak bisa dibantah. Achel memberanikan diri mengetuk pintu ruang kerja sang kakek.
"Masuk."
Pria garang yang masih sangat tampan menatap Achel dengan begitu tajam. Tak biasanya cucu pertamanya masuk ke ruangan khusus tersebut.
"Achel ingin bicara sama Opa."
Papi Restu Ranendra bangkit dari duduknya. Menghampiri Achel yang berdiri di depan meja kerja. Pria itu sudah duduk di sofa panjang nan empuk. Menepuk sofa agar sang cucu duduk di sebelahnya. Bukannya duduk, Achel malah duduk bersimpuh tepat di depan sang opa. Papi Restu pun terkejut.
"Achel cinta sama Kak Gyan, Opa."
Berkata dengan penuh kejujuran tanpa ada basa-basi sebelumnya. Terlihat papi Restu tak terkejut mendengar ucapan yang terlontar dari bibir sang cucu. Namun, sorot mata yang sulit diartikan yang dapat Achel tangkap.
"Opa, Achel tahu rasa ini sedikit salah karena orang yang Achel cintai saudara Achel sendiri. Tapi, perasaan ini enggak bisa ditolak, Opa." Air matapun sudah menganak.
"Achel sungguh cinta Kak Gy."
Lelehan air mata dapat papi Restu lihat. Pria itu mengusap ujung kepala Achel dengan sangat lembut.
"Bersiaplah! Tengah malam nanti penerbangan kamu ke Singapura."
Tak ada keterkejutan yang Achel rasakan. Dia sudah yakin ini akan terjadi. Namun, dia tak akan menyerah. Dia akan berjuang untuk kebersamannya dengan Gyan Abhiseva Wiguna.
Di tengah orang-orang yang terlelap. Achel sudah berada di jalanan menuju bandara. Maminya ingin mengantar, tapi dilarang.
"Enggak usah, Mi. Achel diantar Papi aja."
Pelukan hangat Reyn berikan kepada putri semata wayangnya. Dan membiarkan Achel berangkat menuju Bandara bersama ayahnya. Achel mengerutkan dahi ketika mobil berhenti di restoran cepat saji 24 jam. Sang papi mengajaknya untuk turun dari mobil.
Mereka sudah duduk berhadapan. Regara tak berkata, tapi tatapannya membuat Achel tak bisa menahan tangis. Segera dipeluknya tubuh sang putri tercinta.
"Kalau kamu memang sayang. Jangan pernah lelah untuk berjuang."
Achel mengangguk di dalam pelukan sang ayah. Hanya Regara dan Reyn yang sudah memberi lampu hijau. Baik Rega maupun Reyn tahu sangat tahu bagaimana Gyan. Dan semenjak dititpkan kepada Gyan, banyak perubahan yang mereka lihat dari dia Achel.
Pelukan pun kembali Rega berikan di Bandara sebelum Achel menuju gate keberangkatan. Tangan Achel melingkar erat di pinggang sang ayah tercinta.
"Jangan pernah kecewakan keluarga lagi ya, Sayang." Achel mengangguk.
"Kalau kamu beneran mencintai Gyan. Kamu harus menjadi perempuan bervalue." Pesan sang ayah. "Gyan harus membuktikan kepada keluarga kita, dan kamu juga harus membuktikan kepada keluarga Gyan yang kita tahu seperti apa keluarganya."
Kembali Achel mengangguk. Kalimat itu membuatnya tersenyum. Bukti nyata jika seorang ayah akan selalu mendukung kebahagiaan anaknya.
"Achel berangkat ya, Pi." Regara mengangguk kecil.
Ketika tubuh Achel sudah berputar dan melangkah menjauh. Ragara mulai menoleh ke arah kiri. Anggukan kecil dia berikan sebelum meninggalkan Bandara.
Duduk di kursi tunggu karena ternyata keberangkatan sedikit ada delay. Seketika dia menoleh ketika seseorang dengan Hoodie juga masker duduk di sebelahnya. Padahal, kursi yang lain masih sangat kosong.
Digesernya tubuhnya agar memiliki jarak, tapi tangannya malah dicekal. Dahi yang sudah mengkerut juga kedua alis yang sudah menukik serta mulut yang hendak terbuka, akhirnya terkatup rapat ketika orang itu membuka masker. Senyum yang begitu teduh melengkung di wajah yang masih dipenuhi bekas luka.
"Gua akan antar lu ke Singapura. Memastikan orang yang gua sayang selamat sampai tujuan." Seketika mata Achel berair mendengarnya.
Lalu, digenggamnya tangan Achel dan sebuah kalimat terucap, "Setelah itu gua akan melanjutkan perjuangan supaya enggak berakhir dengan kesia-siaan."
...**** BERSAMBUNG ****...
Setelah baca, budayakan tinggalkan komentar ya ..
itu emang oantas lo dapat kan 😃😃😃
udah gitu datang-datang langsung duduk dipangkuan Gyan dan bikin si katlyn melotot kayak bola mata mau loncat .
ditambah pakai bawa-bawa dari prinsip si Apang pula kalau mantan seharusnya dibuang di tong sampah .
gimana ketlyn.... masih mau lanjut ngejar Gyan .
JANGAN MIMPI.....
lanjut terus kak semangat moga sehat slalu 😍😍😍
belum tau siapa achel😉