Mencintai jodoh sepupu sendiri?
Salahkah itu?
Berawal dari sebuah pertemuan yang tak di sengaja. Senja, gadis 22 tahun yang baru pulang dari luar negeri itu bertemu dengan sosok pria bernama Bumi yang menurutnya sangat dingin dan menyebalkan.
Semakin Senja tidak ingin melihat wajahnya, justru makin sering Senja bertemu dengannya.
Dari setiap pertemuan itulah muncul rasa yang tak biasa di hati keduanya.
Tapi sayangnya, ternyata Bumi adalah calon suami dari sepupu Senja, Nesya. Mereka terlibat perjodohan atas permintaan almarhum ibunda Bumi pada sahabatnya yang merupakan ibu dari Nesya.
Sanggupkah Bumi dan Nesya mempertahankan perjodohan itu?
Bagaimana nasib Senja yang sudah terlanjur jatuh cinta pada Bumi? Mampukah ia mempertahankan hatinya untuk Bumi?
Baca terus kisah mereka, ya.
ig : @tulisan.jiwaku
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hary As Syifa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
33. Rencana Membangun Rumah Sakit
Sepulangnya dari kantor, Senja kembali singgah ke pantai dimana ia biasa melihat matahari terbenam. Dan seperti hari-hari sebelumnya, disana sudah ada Bumi yang duduk di ujung jembatan itu. Entah menunggunya atau menunggu matahari terbenam.
Senja datang tanpa bersuara. Ia melepaskan sepatunya lalu duduk di samping Bumi. Tidak ada percakapan di antara keduanya. Masing-masing mereka hanya diam menatap lautan luas di depan mereka.
Bumi melirik Senja dengan ekor matanya. Ia juga belum membuka suara. Masih menunggu gadis yang biasa banyak bicara di sampingnya ini bicara lebih dulu.
“Bumi, keluargamu punya rumah sakit kan?” tanya Senja tiba-tiba tanpa menoleh ke lawan bicaranya.
Bumi menarik sudut bibirnya. Akhirnya Senja bicara juga.
“Aku pikir kau sedang sariawan,” ucap Bumi.
Senja menoleh ke arah Bumi lalu menaikkan sebelah alisnya.
“Biasanya kau selalu banyak bicara,” jawab Bumi yang paham maksud pandangan Senja.
“Jawab dulu pertanyaanku tadi,” kata Senja dengan bibirnya yang sudah mulai manyun.
“Iya, ada. Kenapa? Mau cek kesehatan gratis disana?” ledek Bumi.
“Hah? Yang benar saja. Masa keluarga Wijaya cek kesehatannya gratis, sih,” gerutu Senja.
“Lalu kenapa menanyakan hal itu? Disana tidak ada lowongan untuk dokter yang cerewet,” ledek Bumi lagi tapi dengan gaya bicaranya yang datar.
“Hei, aku juga bukan mengambil jurusan kedokteran. Aku....hmm.....”
“Kau kenapa?” tanya Bumi dengan serius.
Apa Senja sakit? Apa dia punya penyakit dan tidak ingin keluarganya tau? Bumi sudah cemas saja melihat Senja yang tiba-tiba menanyakan soal rumah sakit padanya.
“Kau kenapa, Senja?” tanya Bumi lagi dengan cemas.
“Aku rasa aku ingin membangun rumah sakit juga,” jawab Senja.
“Awwhhhh,” Senja meringis saat Bumi dengan tiba-tiba menyentil keningnya.
“Kenapa kau menyentil keningku? Sakit tauuu,” protes Senja.
“Makanya kalau bicara itu yang tuntas. Aku sampai berkali-kali bertanya padamu. Bikin orang penasaran saja,” kata Bumi dengan sewot.
“Dih, jadi aku yang salah. Aku kan lagi berpikir. Aku ingin membangun rumah sakit juga,” ulang Senja.
“Untuk apa?” tanya Bumi.
“Kau ini katanya pintar, tapi aku mau membangun rumah sakit, kau masih tanya untuk apa,” ledek Senja.
Bumi kembali menyentil kening Senja. Membuat Senja kembali meringis sambil menggosok-gosok keningnya.
“Alasanmu apa ingin membuat rumah sakit?” tanya Bumi lagi.
“Kau ini sudah dua kali ya menyentil keningku. Sampai tiga kali, aku akan mengadukanmu pada Tuan Dirgantara,” ancam Senja.
“Susah berurusan sama anak kecil. Bisanya hanya mengadu,” ucap Bumi.
“Ck!” Senja berdecak kesal. “Aku bukan anak kecil. Kau tidak lihat aku sudah sebesar ini?”
Bumi mengalihkan pandangannya ke depan. Ia menarik nafas dalam-dalam lalu kembali bicara. “Membangun rumah sakit butuh persiapan yang matang. Bukan hanya sekedar membangun sebuah bangunan. Ada fasilitas penunjang yang harus disiapkan. Tenaga kerjanya juga. Baik itu dokter, perawat, petugas kebersihan, semua harus diseleksi dengan baik. Mereka yang bekerja di rumah sakit itu harus orang-orang yang memiliki rasa tanggung jawab yang besar. Harus ikhlas dalam bekerja dengan tujuan menolong orang yang sakit.”
Senja tertegun dengan penjelasan Bumi yang sangat detail tapi mudah dipahami. Bumi memang sangat cerdas dan mengerti tentang banyak hal.
“Kenapa kau tiba-tiba ingin membuat rumah sakit?” tanya Bumi yang menoleh pada Senja.
“Aku ingin membuat rumah sakit di sekitar perumahan pinggir kota yang dekat dengan rumah Pak Aris, karyawanku yang aku jenguk waktu itu. Aku lihat disana tidak ada rumah sakit besar. Hanya ada klinik saja, itupun fasilitasnya tidak lengkap. Mereka harus menempuh jarak yang cukup jauh untuk berobat ke rumah sakit,” jawab Senja sambil membayangkan anak dan istri Pak Aris yang sedang sakit.
Gadis ini, dia selalu peduli terhadap orang lain. Apakah hidupnya hanya dia habiskan untuk memikirkan dan menolong orang lain?
“Senja...” panggil Bumi.
“Iya?”
“Aku akan membantumu membangun rumah sakit itu,” jawab Bumi yang membuat Senja berbinar.
“Kau serius?”
Bumi mengangguk. Saking senangnya Senja langsung memeluk Bumi saat itu.
“Terimakasih. Kau sangat baik,” ucap Senja dengan perasaan yang bahagia.
Bumi balas memeluk Senja. Pelukan gadis ini membuatnya merasa nyaman. Mereka asik berpelukan hingga tak sadar matahari sudah kembali ke peraduannya.
***
Hai semua 🤗 Jangan lupa like setelah membaca ya, agar penulis semangat update-nya 🤗💙
saat Bebek panggang madu terhidang di hadapanku tp tak bisa kumakan krn perut terlanjur kenyang..
maka cepatlah bangun Senjanya Bumi.. krn Bumi mu begitu bersedi sama seperti yg ku rasakan saat merelakan Bebek panggang madu utk mereka.. 😭