Melinda Seorang gadis berusia 20 tahun terpaksa menikahi Pria lumpuh akibat ulah Ayahnya sendiri, Memiliki saudara tiri dan ibu tiri yang jahat.
Sikap sang ayah yang pilih kasih membuat Melinda sedih, ia ingin sang ayah kembali seperti dulu lagi.
Sampai hari itu terjadi, niat untuk memohon agar sang ayah tidak dipenjara membuat dirinya harus menerima persyaratan agar sang ayah terbebas dengan cara menikahi Raka Arafat pria yang kini tengah lumpuh.
Akankah kehidupan Melinda berakhir bahagia?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon muliyana setia reza, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 33
Melinda menghapus air matanya dan mengerakkan bibirnya agar kembali tersenyum. Melinda mengangkat kedua tangannya untuk menyemangati dirinya sendiri.
Saat Melinda masuk ke dalam kamar, Melinda terkejut melihat apa yang telah dilakukan oleh Raka. Tanpa mengatakan apapun, Melinda mulai mengumpulkan pecahan cangkir kopi.
Dengan tenang Melinda mengumpulkan pecahan cangkir, sementara Raka terus memperhatikannya dari tempat tidur.
“Hei pelayan, jangan sampai kamu melewati batas. Didepan Kakek kita harus terlihat seperti sepasang suami istri yang saling mencintai dan kamu sebagai istri, harus membela Suamimu,” ujar Raka.
“Baik, Mas Raka,” balas Melinda mengiyakan apa yang dikatakan oleh Raka kepadanya.
Semua pecahan cangkir telah terkumpul dan tak lupa Melinda mengelap lantai yang basah serta lengket tersebut.
🌷
Almer tengah bersantai ruang tamu sembari menikmati jamu tradisional yang sudah lebih dari 30 tahun selalu diminum oleh Almer agar tetap sehat diusianya yang tak lagi muda.
“Dulu, ketika aku pertama mencoba jamu ini rasanya sangat pahit. Akan tetapi, karena sudah terbiasa dengan rasa pahitnya, jamu ini sekarang terasa manis,” ucap Almer setelah meneguk jamu ini sampai-sampai habis.
Baru saja Almer ingin beranjak dari duduknya, salah satu bodyguard menghampiri dirinya dan memberitahukannya bahwa Bambang, Dina dan Katty ada di depan gerbang rumah.
Almer yang mendengar bahwa keluarga dari cucu menantunya datang, terlihat tak suka dengan kedatangan mereka bertiga.
“Bawa mereka masuk!” perintah Almer.
Almer memanggil salah satu pelayan untuk memberitahukan kepada cucu menantunya bahwa keluarga dari Sang cucu menantu datang.
Melinda yang baru selesai mandi, cepat-cepat untuk mengenakan pakaiannya karena tak ingin bila Raka terbangun dari tidurnya.
Baru saja Melinda selesai mengenakan pakaiannya, tiba-tiba terdengar suara ketukan pintu dan saat itu juga Raka terbangun dari tidurnya.
“Hei pelayan, cepat buka pintu itu!” perintah Raka kesal karena tidurnya terganggu.
Melinda berlari kecil dengan rambut yang masih basah.
“Ada apa, Mbak?” tanya Melinda dengan pintu setengah terbuka karena tak ingin bila Raka sampai terlihat.
“Didepan ada keluarga Nona Muda,” jawab pelayan.
Itu pasti Ayah, Ibu Dina dan juga Katty. (Batin Melinda)
“Nona Muda, kalau begitu saya permisi.”
“Iya, Mbak. Sebentar lagi saya akan turun,” sahut Melinda dan kembali menutup pintu kamar.
Raka mengernyitkan keningnya ketika melihat ekspresi wajah Melinda.
“Ada apa?” tanya Raka dingin.
“Saya harus menemui Ayah diruang tamu,” jawab Melinda.
“Apa? Wah, keluargamu itu benar-benar tidak tahu malu. Sudah mencuri, membuatku menikahi wanita menjijikkan seperti mu dan sekarang mereka datang tanpa rasa malu sedikitpun,” ucap Raka menghina keluarga Melinda.
Melinda hanya diam tak berkutik, bagaimanapun apa yang dikatakan Raka ada benarnya. Ayahnya yang mencuri dan Melinda lah yang menjadi tebusannya dengan cara menerima pernikahan tersebut.
“Kamu kenapa masih diam disitu? Cepat kemari dan bantu aku!” perintah Raka.
Bambang, Dina dan Katty perlahan masuk ke dalam rumah. Almer mempersilakan mereka untuk duduk.
“Apa kabar Tuan besar?” tanya Bambang sekedar basa-basi.
“Baik,” ketus Almer.
Bambang tertawa kecil dengan terus menggerakkan jemari tangannya yang membuat Almer risih dengan apa yang dilakukan oleh Bambang.
“Kakek, Kak Melinda kemana?” tanya Katty.
“Aku bukan Kakekmu,” ucap Almer yang marah ketika Katty memanggilnya Kakek.
“Loh, memang salah ya Kek? Saya dan Kak Melinda juga putri dari Ayah Bambang,” balas Katty membela diri dan sangat tak tahu malu.
Almer menatap dingin mereka dengan penuh kebencian. Saat itu juga, Bambang memukul tangan Katty.
“Ayah, kenapa aku dipukul?” tanya Katty.
“Mas, Katty ini putri kesayangan kita, kenapa harus Mas pukul?” protes Dina karena apa yang dilakukan oleh Bambang terhadap putri mereka.
Almer sangat jijik dengan pemandangan didepannya. Keluarga didepannya itu membuatnya benar-benar muak.
“Bambang, suruh istri dan putrimu keluar dari rumah ini!” perintah Almer tanpa ingin menoleh ke arah mereka.
Bambang terkejut dengan perintah dari Almer. Dengan kata lain, Almer mengusir istri dan putri mereka.
Disaat yang bersamaan, Melinda dan Raka tiba di ruang tamu.
“Ayah.” Melinda begitu senang melihat Ayahnya ada dihadapannya.
Bambang melirik sekilas dan tak membalas sapaan dari putrinya.
Melihat respon Sang Ayah, hati Melinda sangat sakit. Berulang kali, Melinda harus merasa pil pahit yang diberikan oleh Ayahnya.
Raka mendongakkan kepalanya melihat ekspresi Melinda yang sangat sedih dan kecewa.
“Kalian bertiga, mau apa kemari?” tanya Raka setengah berteriak.
Bambang tersenyum lebar ke arah Raka maupun Almer.
“Kami kesini karena ingin bersilaturahmi,” jawab Bambang.
Melinda mencoba kembali tersenyum karena bisa melihat Sang Ayah tersayang.
Katty beranjak dari duduknya untuk menghampiri Melinda.
“Hai, Kak Melinda! Kakak pasti bahagia tinggal disini, boleh ya sekali-kali aku tidur di rumah ini!” pinta Katty membujuk Melinda agar mengiyakan permintaannya.
“Tidak boleh!” Almer dan Raka kompak menolak keinginan Katty untuk tidur di rumah mewah tersebut.
Katty, Bambang maupun Dina terkejut dengan perkataan tersebut.
“Bambang, sebaiknya kamu ingat baik-baik masalah kamu mencuri. Saya sebagai pemilik rumah ini, akan langsung membawa kamu ke penjara bila hal seperti ini terulang kembali,” ancam Almer secara tegas.
Mereka bertiga seketika itu juga takut dengan ancaman Almer. Bambang akhirnya pamit pulang begitu saja tanpa menanyakan kabar ataupun menyapa Putrinya, Melinda.
Melinda menahan diri untuk tak menangis, ia tetap tersenyum dan terus melambaikan tangannya ke arah Sang Ayah yang sama sekali tak menoleh sedikitpun kearahnya.
Almer langsung pergi ke ruang kerjanya, sementara Raka masih berada di ruang tamu bersama dengan Melinda.
“Apa Ayahmu selalu begitu?” tanya Raka penasaran ketika Melinda telah masuk ke dalam.
“Selalu begitu yang bagaimana mana, Mas Raka?” tanya Melinda yang tak paham dengan pertanyaan Raka.
“Sudahlah, aku malas berbicara denganmu. Sekarang, bawa aku ke kamar. Gara-gara keluargamu, tidurku terganggu,” pungkas Raka.
Apa wanita ini benar-benar bodoh ataukah berpura-pura polos? Tunggu, kenapa aku malah ingin tahu apakah dia bodoh ataukah polos? Sudahlah, untuk apa aku memikirkan hal yang tidak penting seperti ini. (Batin Raka)
Melinda terus melamun mengingat masa-masa indah beberapa tahun yang lalu, ketika Ibunya masih hidup dan Sang Ayah yang begitu menyayanginya. Tak banyak yang Melinda inginkan, Melinda hanya menginginkan kasih sayang tulus yang pernah Melinda rasakan dari Ayahnya. Akan tetapi, keinginan itu hanyalah harapan kosong yang tidak akan pernah Melinda rasakan kembali.
“Kamu melamun? Bisa-bisanya kamu melamun, pada saat aku sedang berbicara,” ujar Raka ketika mengetahui bahwa Melinda ternyata tengah melamun.
“Maaf, Mas Raka. Saya tidak bermaksud melamun, sekali lagi maafkan saya,” ucap Melinda meminta maaf.
“Sudahlah, aku juga malas berbicara denganmu. Sekarang kita masuk ke lift lagi karena aku ingin makan.”
“Baik, Mas Raka,” balas Melinda dan kembali membawa masuk suaminya ke dalam lift untuk segera turun ke ruang makan.
Disaat yang bersamaan, Katty merengek karena tidak mendapatkan uang.
“Ayah, kenapa Ayah tidak langsung minta uang saja kepada Kakek tua itu? Bukankah Melinda telah menikah dengan pria lumpuh itu, seharusnya mereka memberikan Ayah uang yang sangat banyak,” protes Katty yang terus merengek di dalam angkutan umum.
Katty benar-benar tak malu dengan rengekannya. Padahal, di dalam angkutan umum itu banyak sekali orang yang melihat kearahnya dengan tatapan terheran-heran.
“Katty, kamu jangan menangis disini,” ucap Dina pada putri kesayangannya.
Bambang menghela napasnya dan terus mencari cara agar dirinya mendapatkan uang dari Almer.
Katty terus merengek dan terus merengek, membuat Bambang semakin pusing.
“Katty sayang, sudah jangan menangis ya,” tutur Bambang membujuk Katty dengan lemah lembut.
Meskipun Bambang kesal dengan Katty, Bambang sama sekali tidak pernah marah ataupun membentak Katty. Hal tersebut dikarenakan Katty adalah putri kecil kesayangannya.
“Iya sayang, kamu jangan menangis lagi ya. Kita masih banyak cara agar bisa mendapatkan uang, sekarang kamu jangan menangis. Kalau menangis terus, kamu akan menjadi jelek,” pungkas Dina membujuk Katty agar tak menangis terus-menerus.
*Tuhan Kita Berbeda* Kry. S.T.As syifa