Gadis SMA bernama Monday , 16 tahun seorang yatim piatu. Sebatang kara dan harus mengais rejeki sendiri.
Dia tak ingin mengemis, namun dia harus berusaha mendapatkan uang lewat tarian kecilnya dibawah rambu lalu lintas.
Bisakah Monday bertahan? Bangkit dimasa sulit untuk mencapai impiannya. Akankah ia mampu meraihnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon By Amnesia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Dibalik Kebaikan Hari
Tegar mengajak Monday ke rumah sakit melihat keadaan Friday. Sekaligus mengembalikan uangnya. Monday menurut apa kata Tegar.
Tegar tak ingin uang ini jadi masalah ke depannya. Terlalu banyak menurutnya, jika ingin bertanggung jawab, maka mereka harus menggantinya sesuai biaya rumah sakit saja.
Urusan tentang Mama Friday dengan Ibunya itu adalah masa lalu dan mereka sudah memaafkan, meskipun dengan memaafkan, Ibunya tetap tidak bisa kembali.
Sesampainya disana, Friday telah dipindahkan ke ruang perawatan.
"Assalamu'alaikum, " Tegar masuk menggandeng Monday .
Friday yang masih mencintai Monday merasa cemburu. Lantas dibuangnya cepat-cepat pandangannya dari Monday. Sudah bukan haknya lagi untuk cemburu, salah dirinya sendiri membuang kesempatan.
"Wa'alaikumsalam, Tegar, Mon," ucap Friday lirih yang lemas akibat efek obat .
"Gimana keadaan mu Frid," tanya Monday
" Ya gini terbaring tak berdaya, " sambil tersenyum dengan perasaan cemburu
"Semoga lekas sembuh ya Friday, kita kemari mau mengembalikan sisa uang yang Kak Hari berikan untuk Monday. Katanya uang itu adalah untuk mengganti kerugian rumah sakit jadi Monday hanya mengambil biaya rumah sakit saat itu saja, dan di dalamnya juga sudah ada copyan nota pembayaran rumah sakit," ucap Tegar dengan sambil mengembalikan uang yang berada di dalam koper.
"Uang apa? Aku gak ngerti?" Tanya Friday berpura-pura tidak tahu. Sebenarnya itu adalah ide Hari dan Friday tidak menyetujuinya, namun kakaknya memaksa.
"Kamu gak tau tentang uang itu??" tukas Monday.
"Benar aku gak tau, buat apa kak Hari kasih ke kamu, dia juga gak pernah cerita," jelas Friday dengan berpura-pura terperangah kaget.
"Dimana dia sekarang?" tanya Tegar dengan kesal.
"Dia tadi pulang buat ambil baju ku. Sebentar lagi sampai, karena perginya sudah dari tadi,"
Mereka lalu menunggu kedatangan Hari. Friday sambil menonton televisi sesekali mengamati Tegar dan Monday yang asik mengobrol. Friday menyesal sudah memutuskan Monday. Dia masih mencintai gadis itu.
"Mon, begitu cepatnya ya kamu ngelupain aku, sampai-sampai kamu langsung mendapatkan penggantiku," jawab Friday yang asal ceplos saat itu juga.
"Bukannya kamu yang minta, Frid. Kamu udah menyia-nyiakan kesempatan yang aku berikan sama kamu. Ditambah lagi kamu merenggut kehormatan ku lalu melepaskan aku begitu saja. Kamu lelaki atau wanita? Jadi untuk apa aku terus menunggumu," tukas Monday dengan sebal.
Kata-kata Monday menohok hatinya, lalu tak berapa lama Hari datang. Tegar lalu mengembalikan uangnya. Hari menolak, tapi Tegar memaksa.
"Uang itu kan sudah jadi milik Monday, kenapa dikembalikan?"
"Ya, tapi Aku hanya mengambil sesuai dengan biaya rumah sakit saja, untuk urusan lain Aku sudah ikhlas. Itu dendam antara Mama kak Hari dengan Ibuku. Aku tidak akan mempermasalahkan. Biar hukum pengadilan dan hukum akhirat yang berbicara," jawab Monday
"Kita tidak butuh rasa kasihan, jadi kami cukup kembalikan saja biaya itu sesuai yang tertera di kwitansi." Tegas dan bijak.
"Oke, Saya terima, tapi saya harap, kita tidak ada hubungan setelah ini. Saya tidak mau tau ada ***** bengek lainnya. Dan lagi Saya tidak peduli dengan Mama, karena dia sudah mencoreng nama Baik Almarhum Papa"
"Tenang aja, ada Saya yang akan terus menjaganya. Kita permisi," Tegar menarik tangan Monday pelan "Yuk sayang, " ajak Tegar keluar dari kamar.
Mereka berdua keluar dari kamar perawatan tanpa pamit pada Friday. Monday bingung dengan perkataan Tegar.
"Kak tadi kenapa sih, Monday bingung,"
"Gini Mon, Kak Hari memberikan uang itu dengan maksud. Kalau-kalau ada ***** bengek itu misal seumpamanya kamu hamil, nah dia gak akan bertanggung jawab karena dia sudah memberikan uang senilai 1 Milliar. Itu yang aku tangkap dari maksud ucapan Hari. Makannya tadi sewaktu kita mengembalikan dia mencoba mengingat kan lagi kalau keluarganya tidak akan menanggung lagi karena sudah tidak ada hubungan ," terang Tegar
"Astaga, Kak Hari ternyata, Aku dengan gampang mempercayainya. Untung Kak Tegar balikin,"
"Haaha ya walaupun Kak Tegar balikin, dia tetep gak mau tahu Mon.Ya kita berdoa aja jangan sampe kita berhutang kepada keluarganya baik materi maupun budi. Kalaupun terjadi seperti yang tidak kita harapkan. Ada Kak Tegar yang selalu siap melindungi Monday,"
Monday merasa terlindungi dengan adanya Tegar di sampingnya. Siapa lagi yang akan membantunya? Dia tak kenal siapapun, saat kematian orang tuanya pun tak ada keluarga dari mereka yang datang. Hingga semua nomer telepon di ponsel Ayah atau ponsel Ibunya telah dihubungi satu persatu tapi tak ada dari mereka yang mempunyai hubungan keluarga.
Tiba-tiba Ia teringat sosok pemuda yang pernah menolongnya saat di hadang preman di pasar sebelum kejadian di gang buntu.
"Aku percaya Kak Tegar selalu ada dan siap melindungi aku, seperti saat kak Tegar menolong aku di pasar itu kan? Waktu preman pasar ingin mengambil uang ku," ucap Monday sengaja memancing yang sebenarnya ia sendiri tidak tahu pemuda itu. Tapi dia menjadi yakin jika pria itu adalah Tegar.
"Iya bener seperti saat di pasar itu," setelah Tegar mengiyakan, ia baru sadar kalau dia telah membuka kedoknya sendiri.
"Yah ketahuan deh hehehe," ucap Tegar setelah sadar.
Mereka berdua tertawa kecil disepanjang lorong rumah sakit.
"Jadi selama ini, jauh sebelum kita dekat, kak Tegar selalu ngikutin Aku?" tebak Monday.
"Ya bukan ngikutin sih, kebetulan juga pas kak Tegar ada disana, nganter Ibu ke pasar," jawab Tegar
"Waktu Monday ditangkap Satpol PP, apakah kak Tegar juga yang membantu ku sehingga aku langsung bebas?" tanya Monday dengan menatap Tegar lekat.
Kisah tentang dirinya yang pernah tertangkap petugas patroli keamanan keliling yang tiba-tiba bebas membuat dirinya heran, karena yang lain menjalani hukuman dengan menyapu jalan atau membersihkan toilet umum bahkan ada yang dikenakan denda. Tapi Monday hanya di nasihati saja, dan dibiarkan bebas setelahnya. Rupanya dibelakang itu ada Tegar yang menjamin Monday saat tertangkap Satpol PP.
Tegar diam seribu bahasa dan mengakuinya dengan mengangguk pelan. Sebenarnya dia tidak ingin identitasnya yang selalu membantu Monday diketahui. Dia ikhlas melakukan itu.
Monday terkejut hingga menganga lebar dan kemudian di tutup dengan kedua tangannya.
"Astaga, kak apakah ada hal lain lagi yang Monday gak tahu kebaikan kakak di belakang selama inj?" tanya Monday yang berharap Tegar mengakui suatu hal yang Monday sama sekali tidak tahu
"Saat kamu di kejar Satpol PP juga kak Tegar mengecoh semua orang dengan memberitahu tempat persembunyian kamu ke arah yang salah. Jadi mereka gak akan bisa ngejar kamu,"
"Jadi itu kakak? Monday sedikit dengar sih waktu itu ada suara orang yang menunjuk ke arah yang salah. Tapi begitu Monday lihat, orang itu sudah pergi,"
"Kenapa sih kak Tegar gak memperlihatkan diri saat itu?" tanya Monday.
"Buat apa sih kakak ngomong ke kamu kalau kakak selalu bantuin kamu, ibaratnya tangan kiri tuh gak perlu tahu kalau tangan kanan memberi,"
"Tapi kalau saja kak Tegar menampakkan diri saat itu, mungkin saja hati Monday akan lebih memilih kakak sebelum dengan Friday," ucapnya dalam hati dan semakin menyesal telah mengenal Friday
" Makasih kak Tegar," ucap Monday
"Imut banget sih kalau senyum...pulang yuk, " ajak Tegar
Tegar mengendarai motornya dengan perlahan. Monday memeluknya dari belakang. Sambil bercerita tentang hal-hal yang menyenangkan dan tertawa lepas.
Disisi lain Friday marah besar dengan Kak Hari. Pasalnya rencana Hari telah dilarang oleh Friday sebelumnya. Jika terjadi apa-apa dengan Monday, dia akan bertanggung jawab. Tapi Hari tidak mau itu terjadi, ia lebih memilih memberikan uang untuk menyelesaikan masalah, ketimbang mengadakan pernikahan dengan orang miskin.
Kedua kakak adik itu bertengkar hebat meskipun mereka bukan saudara sekandung. Bahkan Hari yang mulai di persalahkan menjadi tak mau tahu lagi tentang Friday lagi.
"Oh bagus ya kamu, tidak tahu terimakasih! Bisa apa kamu tanpa kakak, hah? Gak ada Papa yang selalu membela kamu, gak ada lagi Mama disamping kamu yang selalu manjain kamu. Kamu itu cuma anak pungut! Sekarang Aku yang berkuasa, aku bisa saja menyuruh pihak rumah sakit ini untuk menendang kamu dari sini. Kamu mau itu terjadi?" ucap Hari dengan sombongnya.
"Minta maaf denganku sekarang atau aku tidak akan membantumu lagi," ancam Hari
Friday terpaksa mengatakan maaf meski sebenarnya Hari yang salah.
Semangat kak Wen, lanjut baca karyamu yg lain...
salam,