Kata siapa skripsi membuat mahasiswa stres? Bagi Aluna justru skripsi membawa banyak pelajaran berharga dalam hidup sebelum menjalani kehidupan yang sesungguhnya. Mengambil tema tentang trend childfree membuat Aluna sadar pentingnya financial sebelum menjalankan sebuah pernikahan, dan pada akhirnya hasil penelitian skripsi Aluna mempengaruhi pola pikirnya dalam menentukan siapa calon suaminya nanti. Ikuti kisah Aluna dalam mengerjakan tugas akhir kuliahnya. Semoga suka 🤩🤩🤩.
Happy Reading
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lel, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
MOTIVASI DIRI
Memang jodohnya orang miskin sama orang miskin.
Begitu ucapan mama Abi saat keluar dari minimarket dan sengaja mengeraskan suara, menyindir Aluna. Ekspresi marah tampak sekali di wajah Aluna, Mas Ojol sampai mengerutkan dahi, padahal tadi ramah-ramah saja. Mas Ojol sendiri tak paham kenapa orang itu berbicara keras sembari menatap Aluna sekilas. "Mbak kenal sama ibu itu?" Aluna menoleh pada Mas Ojol, awalnya mengangguk, lalu menggeleng. Membuat Mas Ojol tersebut tertawa, tampak lesung pipi yang membuat Aluna semakin terpesona. Hilang sudah amarahnya pada nenek lampir itu. Sebal sekali.
"Mbaknya lucu deh," ucap Mas Ojol sembari menyesap kopi.
"Dibilang kenal juga enggak, tapi kita pernah mengobrol semeja. Nah saya jadi bingung kan statusnya?" ucap Aluna sembari menghela nafas.
Mas Ojol menatap Aluna seksama, "Kenapa?" tanya Aluna sembari mengerutkan dahi.
"Jangan-jangan Mbaknya?" Mas Ojol sepertinya mau mengatakan sesuatu tapi tak jadi.
"Saya kenapa?" tanya Aluna penasaran.
"Maaf ya, Mbak. Apa Mbak pelakornya suami ibu itu," Aluna melongo dan mendelik, Mas Ojol langsung menelan ludahnya kasar. Sepertinya salah ngomong. Mendadak dirinya takut diberi bintang satu. Duh, mulut lancang sekali.
"Apa, Mas. Pelakor? Ya Allah, amit-amit!" ucap Aluna sembari menggetok meja, Mas Ojolnya pun tertawa melihat tingkah lucu Aluna. Tidak jaga image di depan pria ganteng seperti dirinya.
"Ya maaf, Mbak. Ibunya itu kelihatan marah saat melihat Mbak."
"Biasa orang kaya yang terlalu mendewakan harta ya begitu sikapnya, padahal pasti ada yang lebih kaya dari dia tapi gak sombong, norak sih!" omel Aluna dengan judes dan tegas. Mas Ojol hanya tersenyum tipis saja. Sudah cukup, ia tak perlu tahu lagi. Itu urusan mereka, tak perlu menggali lebih jauh. Keduanya pun terdiam, sembari menatap hujan, yang makin sore makin deras.
"Dia itu istrinya pemilik RSJ di jalan X," mendengar rumah sakit itu, Mas Ojol sampai menyemburkan sisa kopinya. Untung tidak mengenai baju atau sepatu Aluna.
"Maaf, Mbak. Kaget!" Aluna mengangguk saja. Namanya orang tersedak juga tak bisa dicegah, lagian tak merugikan Aluna. "Saya disuruh menjauhi anaknya karena saya miskin, padahal saya dan anaknya tidak ada hubungan apa-apa, bukan pacar, hanya tema kelas kuliah saja. Tapi beliau merendahkan saya seperti mau morotin uang anaknya."
Mas Ojol tertegun, kemudian menoleh pada Aluna. "Maaf ya, Mas. Saya jadi curhat, hem saya permisi dulu mau cari mushola." Aluna pun masuk ke minimarket lagi, numpang sholat dan ke kamar mandi. Beruntung para pegawai minimarket baik, sehingga Aluna bisa menunaikan sholat maghrib. Setelah Aluna giliran Mas Ojol yang sholat, dan Aluna menunggu di kursi yang sama. Sepertinya ditunggu 10 menit lagi, dia akan minta tabras saja. Lama-lama menunggu di sini juga gak enak.
Tepat setelah Mas Ojol selesai sholat, hujan pun berhenti. Perjalanan menuju kos Aluna pun dilanjutkan kembali, tanpa ada obrolan berarti, karena memburu waktu khawatir ada hujan susulan.
"Terimakasih, Mas!" ucap Aluna sembari menyerahkan helm motor, dan Mas Ojol itu menjawab sama-sama, Mbak. Bintang 5 ya, Mbak terimakasih.
Menjauh dari kos Aluna, Mas Ojol pun mencatat alamat kos dan nama Aluna di dalam catatan ponselnya. Ia segera mengendarai motor untuk sampai ke ruko.
"Baru pulang Mas?" sapa salah satu pegawai kedai milik sang mama. Keenan Aydin, hanya mengangguk sembari tersenyum ramah, lalu naik tangga menuju ke bagian atas ruko, yang digunakan sebagai tempat tinggal ia dan sang mama. Sudah lebih dari 20 tahun mereka tinggal di ruko ini, ya semenjak perceraian mama dan ayah Keenan. Hanya tinggal berdua, membeli ruko dengan uang pemberian sang ayah. Setelah itu mama Keenan mencukupi kebutuhan mereka menjadi guru swasta dan siangnya membuka kedai makan, karena gaji guru swasta yang tak bisa diandalkan, akhirnya mama Keenan memutuskan fokus pada kedai ini. Alhamdulillah meski kedainya kecil, tapi selalu ramai. Rezeki jadi single parent, membesarkan Keenan hingga bisa lulus kuliah. Apalagi saat di seberang kedai ada klinik psikiater, kedai mama Keenan pun semakin banyak pengunjung.
Keenan sendiri tidak bekerja di kantoran, ia memutuskan menjadi wirausaha peternak udang dan juga mengolah perkebunan pisang cavendish. Profesi ini digeluti setelah ia magang saat S1 dulu, pinjam uang ke sang mama untuk menyewa kebun untuk ditanami Pisang Cavendish. Tiap hari ia akan berkunjung ke kebun yang berjarak satu jam dari rumah, perkebunan yang ia sewa dekat dengan terminal bus. Sehingga setelah dia cek kebun, berganti menjadi ojol. Ia lakoni sampai sekarang.
Awalnya kebun yang ia sewa tidak terlalu luas, ya disesuaikan dengan budget pinjaman yang diberikan sang mama, plus untuk beli bibit dan pupuk juga. Semua dilakoni sendiri bermodal belajar lewat ytb, lalu ikut seminar-seminar budidaya udang dan tanaman lain, menggunakan uang hasil ojol. Balik modal perkebunan pun sekitar 8 bulan atau 1 tahun. Keenan anak Ekonomi, sehingga sebelum merintis usaha ini ia analisis dulu, tak mau asal kelakon.
Ia harus memutar otak bagaimana caranya modal kecil bisa membangun usaha. Beruntung sang mama sangat mendukung Keenan, ia tak diharuskan kerja kantoran. Selain itu, saat hasil kebun kurang memuaskan dan hasil jual untung sedikit, mama tetap menyemangati Keenan untuk tetap teguh dalam menjalani bisnis ini.
Namanya juga usaha, pasang surut itu sudah hal biasa, mentalnya dikuatkan. Kalau mau kaya maka jadilah pengusaha.
Berkat dukungan sang mama itulah, Keenan pun lebih giat lagi mengembangkan usahanya, hasil jual dan ojol diputar terus hingga bertambah sewa kebun lagi, yang ditanami Alpukat Mentega, dan juga budidaya Udang Vaname. Ia memanfaatkan sisa tanah di belakang ruko yang masih milik mamanya untuk budidaya Udang Vaname dalam ember.
Tak lupa setelah merasa finansialnya sudah mumpuni, ia belajar saham. Apa yang dilakukan Keenan ini, benar-benar mengaplikasikan ilmu yang ia peroleh saat kuliah. Jadi, kalau anak muda, kuliah hanya dapat ijazah tanpa berani mencoba, ya jangan harap jadi kaya. Mental karyawan semua. Bahkan Keena sangat termotivasi dengan para influencer tentang dunia saham. Salah satu quote yang diingat Keenan adalah no risk no Ferrari, tidak mengambil resiko ya jangan harap punya Ferrari. Artinya apa, kita sebagai anak muda harus berani ambil resiko agar punya kehidupan yang lebih baik. Selain itu, yang diingat Keenan lagi adalah sebenarnya modal dalam membangun usaha yang pertama kali harus dimiliki adalah otak. Maka sampai sekarang, usai kuliah pun, Keenan masih mengikuti seminar untuk menambah wawasan dirinya dalam berbisnis.
Mungkin sekarang dia menyebutku miskin, tapi 5 tahun ke depan, aku akan kau sebut anak tiriku yang hebat. Sebuah motivasi dalam diri Keenan untuk membungkam keluarga sang ayah yang tak pernah sekalipun ingat keberadaan dirinya.
dipertemukan disaat yg tepat...
balas, "calon suami kamu"...😂
kebanyakan yg diliat orang itu, pas enaknya aja...
mereka ngga tau aja pas lagi nyari2 Customer itu kaya apa.
kadang nawarin saudara atau teman, tapi mintanya harga "saudara" 🤭🤦🏻♀️
bener2 labil 🤦🏻♀️😂🤣🤣...