NovelToon NovelToon
Cinta Khanza

Cinta Khanza

Status: tamat
Genre:Romantis / Fantasi / Tamat
Popularitas:313.7k
Nilai: 5
Nama Author: Darmaiyah

Khanza dan Roland, sepasang insan yang saling mencintai, Karena Fitnah, Roland menyakiti Khanza, saat Roland menyadari kesalahannya, dia sudah terlambat, Khanza telah pergi meninggalkannya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Darmaiyah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Tak Sesuai Rencana

Assalamualaikum

Ketemu lagi

"Saat takdir tak berpihak, belajarlah menerima kenyataan."

By Rajuk Rindu

💝💝💝💝

Setelah beberapa penawaran diterima Yorika, Khanza semakin sibuk, bahkan akhir-akhir ini dia lembur, usia kandungannya sudah memasuki bulan kedelapan, dari beberapa pesanan sudah dia selesaikan, hasil desainernya sudah diserahkan ke Yorika.

“Ini contoh bahan yang direkomendasi dari Reimon, Kak!” Yorika menyodorkan potongan kain ke Khanza.

“Bagaimana? Apa cocok?” Tanya Yorika, saat melihat Khanza hanya diam, memegang dan memperhatikan beberapa potongan kain di tangannya.

“Bagus! sangat memuaskan, bahan sutra dan adem jika dipakai.” Kata Khanza seraya menempelkan potongan kain itu dilengannya.

“Okay! Kalau begitu, pagi ini juga aku akan ke pabrik Reimon, apa kakak mau ikut?”

“Tidak usah, kakak percayakan semuanya padamu.” Ujar Khanza seraya menepuk lembut pundak Yorika.

“Kak, hari ini jadwal check up.” Sebelum Yorika pamit, dia mengingatkan Khanza, karena bulan kemaren Khanza kelupaan.

“Iya, Dik! Terima kasih, sudah mengingatkan.”

“Kakak tunggu saja di apartement, nanti ku jemput.” Ujar Yorika lagi.

“Nggak usah, kakak bisa pergi dengan supir.”

“Kakak yakin, tidak ingin ku temani.”

“Tidak.” Jawab Khanza seraya mengangguk.

Sementara Yorika meluncur ke pabrik Reimon, Khanza kembali ke ruang kerjanya.

Dreet…dreet…dreet.

Baru saja Khanza meraih selembar kertas dan mendudukkan bokongnya di kursi, ponselnya berbunyi. Tertera nama Mrs. Yuan dari layar ponslnya.

“Hallo, selamat pagi Mrs. Yuan.” Sapa Khanza, saat panggilan sudah terhubung.

“Apakah orderan saya, bisa saya ambil empat hari lagi?”

“Empat hari lagi? Bukannya di dalam perjanjian sepuluh hari lagi.”

“Saya tidak bisa berbuat apa-apa, acaranya dimajukan dari pihak mempelai.”

“Bagaimana nyonya Kharola?"

Hening sejenak

Khanza berpikir beberapa saat.

“Insyaallah, akan saya selesaikan dalam waktu empat hari.” Ujar Khanza. Lalu menutup telponnya.

Khanza menarik napas dalam, lalu menelan salivanya, dalam empat hari dia harus menyelesaikan sepuluh baju. Menjahitnya gampang, tapi memasang payetnya yang sangat rumit.

“Apa aku bisa, menyelesaikannya dalam waktu empat hari.” Batin Khanza.

“Kamu harus bisa Khanza, ini kesempatan pertamamu, jangan sampai pelangganmu kecewa.” Kata hatinya memotivasi dirinya sendiri.

Gunting dengan lincah memotong kertas-kertas menjadi pola, dan sebuat meteran melingkar dileher Khanza, dari duduk berjongkok dan duduk lagi, perut yang membuncit membuat gerak Khanza tidak selincah kemaren.

Tok, tok, tok..

“Masuk.” Ujar Khanza seraya menekan remote pintu.

“Nyonya Khanza, waktunya makan siang.” Terdengar suara Ina dari luar, hari ini ruangan kerja Khanza sengaja dikuncinya dari dalam, dia tidak ingin Royan masuk, karena banyak jarum pentol yang menanjap di pola, di khawatirkan ada yang lepas dan bisa membahayakan Royan.

“Iya, sebentar lagi saya ke luar.” Sahut Khanza, sambil melirik jam yang ada di layar ponselnya, sudah pukul dua belas, berarti sudah lima jam, dia duduk, jongkok dan duduk lagi.

Sambil memegang pinggangnya, dengan bertumpu tangan di pegangan kursi, Khanza berusaha berdiri. Kakinya terasa kram, ada tendangan-tendangan kecil di perutnya.

“Maafin, mama ya sayang, kamu pasti capek, karena dari tadi mama hanya duduk dan berjongkok.” Batin Khanza, sembari mengelus perutnya.

Sejenak Khanza istirahat, dia mendudukkan bokongnya di kursi, lalu melemaskan kakinya, begitu rasa kram hilang, baru dia ke luar kamar.

“Tante, kelja telus, Loyan jadi tak punya teman.” Mata Royan menatap sedih pada Khanza. Saat melihat Khanza baru ke luar dari ruangan kerjanya.

“Maafin, tante ya sayang, kerjaan tante lagi benyak.”

“Apa semua olang dewasa, hidupnya hanya untuk kelja?” Tanya Royan sambil memonyongkan bibirnya.

Sejenak Khanza saling bersetatap dengan Ina, serempak mereka menggelngkan kepala.

“Tentu saja tidak sayang, tante Khanza hanya meenyelesaikan pesanan orang, jika sudah siap, selesai kerjanya.” Ina menjawab pertanyaan Royan, yang membuat Khanza sedikit bingung harus bicara apa.

“Sekarang, kita makan dulu yuk.” Ina meraih tangan Royan dan mengajaknya ke meja makan, lalu mengankat Royan dan mendudukkan bokongnya di kursi.

“Loyan mau disuapi sama tante.”

“Baik.” Khanza mengambil piring yang ada di hadapan Ina.

“Ina, kamu makan saja duluan.”

“Tapi, Nyonya.” Ina merasa tidak enak, jika Khanza yang menyuapi Royan, sementara dia makan.

“Tidak apa-apa,selesai makan nanti, kamu bisa temani Royan tidur siang.”

“Nggak mau, Loyan tidul siangnya, ditemani tante.” Ujar Royan dengan wajah cemberut sambil ogah-ogahan mengunyah nasinya.

“Iya, nanti tidurnya ditemani tante, sekarang habiskan dulu makannya.”

Setelah selesai menyuapi Royan, Khanza meneruskan makannya. Ina membawa Royan ke ruang tengahsembari membacakan buku dongeng, dia berharap dengan beriringnya waktu di tertidur.

“Mana tante, sus?”

“Masih menyelesaikan makannya.”

“Tante lama banget makannya.” Ujar Royan di bangkit dari duduknya, mencari Khanza ke dapur.

“Tante! hiks, hiks, hiks.” Royan memanggil-manggil Khanza, begitu tidak menemukannya, dia menangis.

Mendengar suara tangis Royan, bergegas Khanza melepas pola-pola yang siap diguntingnya, dia pun keluar mencari anak lelaki itu. Begitu bertemu langsung dipeluknya erat.

“Maafin tante, hari ini tante telah mengabaikanmu.” Ujar Khanza meregangkan pelukannya, menatap wajah ganteng Royan yang berlinang air mata, lalu dengan kedua ibu jari diusapnya sisa air mata itu.

“Yuk, tante temani tidur siangnya.” Khanza membawa Royan ke kamarnya, kemudian berbaring di samping Royan sambil membacakan dongeng anak domba, beberapa menit kemudian, sudah tak terdengar lagi ocehan Royan, dan Khanza tidak meninggalkannya, sebelum memastikan kalau Royan benar-benar sudah tertidur pulas.

****

Sementara Yorika baru selesai membawa bahan kain ketempat panjahitan.

“Yance, tolong kamu awasi semua pekerja.” Perintah Yorika pada sekretarisnya, karena dia akan mengecek manik dan payet mutiara yang baru datang.

“Bagai Messi, apa semuanya sudah okay.”

“Iya bu, sesuai pesanan.” Ujar Messi sambil mengangkat jempolnya.

“Alhamdulillah, kalau begitu, semua bahan sudah ada, tinggal perkerjaannya saja lagi.”

Setelah semua beres dan taka da lagi yang kurang, Yorika berniat kembali ke butiknya, sebelum dia keluar dari pabrik, dia mengecek ponselnya, ada beberapa panggilan masuk dari Khanza.

“Ada apa kak Khanza menelponku.” Batin Yorika, dia menelpon balik, nomor Khanza aktif, tapi tak diangkat.

“Ke mana kak Khanza?” batin Yorika, lalu dia menelpon Ina.

“Nyonya Khanza sedang berada di kamar Royan.” Jawab Ina begitu Yorika menanyakan tentang Khanza.

“Baiklah kalau begitu, sebentar lagi saya akan pulang.” Kata Yorika lalu menutup telponnya.

Yorika mengurungkan niatnya kembali ke butik, dia memutar haluan pulang ke apartement, begitu sampai di apartement, di dapatinya, Khanza masih berjibaku di ruangan kerjanya.

“Hay, kau sudah pulang.” Sapa Khanza saat melihat Yorika sudah berdiri di ambang pintu.

“Apa Mrs. Yuan ada memberitahukanmu, kalau dia akan mengambil pesananya empat hari lagi.” Ujar Khanza saat Yorika sudah menempatkan bokongnya di kursi kerja Khanza.

“Hah! Yang benar, Kak!” Yorika Nampak terkejut.

“Enak saja, sesuka hati merubah perjanjian tanpa persetujuan.” Yorika terlihat kesal.

“Aku harus melabraknya.” Ujar Yorika lagi seraya merogoh tasnya mengambil ponsel.

“Tidak usah, kita bisa kok menyelasikan dalam empat hari.” Ujar Khanza melarang Yorika menelpon.

“Bagaimana caranya. Memasang manik dan payet butuh waktu dan ketelatenan.”

“Gampang, karyawan di pabrik Reimon jumlahnya ribuan, kita pinjam saja seratus orang, besok kita seleksi, lalu kita training.”

“Apa kakak yakin, akan berhasil?” Tanya Yorika ambigu.

“Kita coba saja dulu, semoga berhasil.” Jawan Khanza tidak patah semangat.

Sejenak Yorika menatap ibu hamil yang sudah sangat berat, dia harus mendukung apapun rencana Khanza, dan dia percaya, kakak ipar itu pasti bisa.

“Iya, kak, aku akan selalu mendukungmu.” Kata Yorika seraya memeluk tubuh Khanza.

💖💖💖💖

Jangan lupa dukung author dengan cara tekan like.

Terima kasih

1
marlaina marliana
abimayu pinter. dgn begitu tak perlu menghabiskan energi mengalahkan kelicikan 👍👍
marlaina marliana
sedih.... 😭😭
hiks... hiks...
Qaisaa Nazarudin
Salahkan saja Boss mu yg BODOH itu,Luas hati aku dengan apa yg Roland alami sekarang ni..
Hana Roichati
jalan ceritanya bagus,
terimakasih thor, sukses selalu
Hana Roichati
terimakasih bagus banget novelnya thor aku suka 👍👍❤❤
Rajuk Rindu: Terima kasih sudah baca novelku
total 1 replies
Hana Roichati
jalan ceritanya the best 👍👍
Popy Setyaningsih
rifal munafik
de eva
👍
Himna Mohamad
tdnya belain agnis,,giliran tauu lngsung dechh,rifal sok tauu
Iis sunarsih
Lumayan
Nispu Wati
Bukan imsyaf menyesali dosa memisahkan,Abimanyu dan ranti
Rokinah Mamasurya
cerai ajalah hidup rumah tangga 3 tahun kok betah ya...kalau saling menyakiti...
Ketrin Koritelu
ini pemeran utamanya yg mana si
Egha
memuaskan
Nur Janah Janah
seru
Rajuk Rindu: terima kasih sudah mampir
total 1 replies
Tina Nine
mampir kemari saya thor..
Rajuk Rindu: terima kasih
total 1 replies
Neni Anggraini
hemmm nangis bombay nih... 😥😥
Neni Anggraini
susah sudah tuk kanza berkata jujur dh terbukti nyata... hny Allah yg maha tau segalany... sabar ya kanza
Rajuk Rindu: terima kasih sudah mampir
total 1 replies
Daniela Whu
kayakx anakx nanca itu kanzha
anakx Ranti miece
Anna Joe
dsini yg menang jauuh,,, abimanyu lah, dpt ngerasain 3 wanita 🤣
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!