Alvin sosok pria dingin tak tersentuh telah jatuh cinta pada keponakannya yang sering dipanggilnya By itu.
Sikapnya yang arogan dan possesive membuat Araya sangat terkekang. Apalagi dengan tali pernikahan yang telah mengikat keduanya.
"Hanya aku yang berhak untukmu Baby. Semua atas kendaliku. Kau hanya milikku seorang. Kau tidak bisa lepas dariku sejauh manapun kau pergi. Ini bukan obsesi atau sekedar rasa ingin memiliki. Ini adalah cinta yang didasari dari hati. Jangan salahkan aku menyakiti, hanya untuk memenuhi rasa cinta yang berarti."
-Alvin-
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ist, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Begini Cara Membuatnya
Seorang gadis tampak cantik dengan riasannya. Memandang dirinya di depan cermin besar yang berada di kamar. Wajahnya datar tidak menunjukkan ekspresi bahagia maupun sedih di hari pernikahannya. "Sudah siap sayang?" Seorang wanita menghampirinya.
"Mommy antar." Ia menggandeng tangan gadis itu. Semua mata tertuju padanya. Tampak sempurna dengan kebaya putih yang melekat di tubuhnya. Aya duduk di samping Alvin 'Calon suaminya.' Ia memandang kosong ke depan. Hanya suara orang orang yang masuk ke dalam pikirannya. " Saya terima nikah dan kawinnya Araya Syailendra Alexander binti Kenan Syailendra Alexander dengan maskawin seperangkat alat sholat dan seluruh harta kekayaan saya dibayar tunai." Ucap Alvin lantang membuat semua orang disana diam sesaat sebelum mengucapkan kata SAH. Keduanya saling memasangkan cincin. Ia mencium tangan Alvin. Satu kecupan mendarat di kening Aya. Kali ini gadis itu merasakan hal yang berbeda, Biasanya kecupan itu dari Omnya sekarang berubah status menjadi suaminya.
"Selamat sayang." Ucap semua orang pada Aya. Hanya senyum yang dapat dia berikan. Tidak mungkin akan menampakkan wajah sedihnya ke semua orang. Khususnya Mommy. Ia tak mau membebani pikiran wanita itu dengan kesedihannya.
Aya sudah berada di kamar disusul Alvin beberapa detik kemudian. Ia memeluk istrinya dari belakang. Lalu membalikkan badan mungil itu dan mendaratkan ciuman pada bibir Aya. Ia tak bisa menolak. Bagaimanapun juga sekarang Alvin adalah suaminya. Menolak suami berarti dosa. Aya bukan ahli agama. Namun untuk hal semacam ini Ia cukup tau. "Mau makan?" Tanya Alvin lembut.
"Belum lapar. Aku mau ganti baju dulu."
"Iya. Setelah itu kita istirahat sebentar. Nanti malam masih ada resepsi."
"Iya."
Alvin mendekap istrinya yang sedang tertidur beberapa saat lalu. Ia tak menyangka impiannya menjadi kenyataan. Tiada yang lebih membahagiakan dari hari ini.
Aya tampak cantik berbalut gaun panjang berwarna putih lengkap dengan sang suami yang memakai tuxedo dengan warna senada. keduanya memasuki area resepsi yang begitu mewah. Didominasi warna putih yang melambangkan kesucian. Aya yakin biaya yang dikeluarkan untuk pernikahan ini tidaklah sedikit. Semua mata memandang keduanya. Alvin menggenggam tangan Istrinya dengan erat. Berjalan berdampingan menuju singgasana.
"Kalian yakin ga nginep dulu. Ini udah malam Lo." Tanya Nenek pada Aya dan Alvin yang sudah bersiap pergi.
"Enggak kita pulang ke apartemen aja."
"Besok kan bisa Vin. Istri kamu pasti capek."
"Ga papa lah. By juga mau."
"Yaudah. Hati hati ya."
"Iya."
"Sering sering main ya sayang."
"Iya Mom. Mommy jangan nangis."
"Kakak. Sering nginep ya."
"Iya."
"Hati hati sayang."
"Iya Ma."
Mereka memeluk dan mencium Aya sebelum gadis itu pergi dengan suaminya.
"Ayo By."
Keduanya memasuki mobil dan melaju meninggalkan semua orang yang masih setia disana.
Alvin menggandeng tangan Aya memasuki apartemennya.
"Sayang kita tinggal di sini dulu ya sementara. Nanti kalau rumahnya sudah siap kita akan pindah."
"Iya.
"Sayang aku mau ngomong sama kamu?" Alvin menuntun Aya untuk duduk di sofa.
"Ini untuk kamu."
"Ini apa Om?" tanya Aya bingung.
"Itu sertifikat semua harta yang sudah aku pindah namakan ke kamu. Kamu simpan ya."
"Kenapa Om melakukan Ini?"
"Ini sebagai bukti kesungguhan. Bukti kalau aku benar benar mencintaimu." kata Alvin membelai lembut wajah Aya.
"Ini berlebihan."
"Tidak sama sekali."
"Om simpan saja."
"Baiklah." Alvin mengecup bibir Aya.
"Jangan panggil aku Om. Aku suamimu."
"Lalu aku harus panggil apa?"
"Mas mungkin lebih baik."
"Akan aku coba." Patuh Aya karena tak ingin berdosa menjadi seorang istri.
"Terimakasih Sayang." Kata Alvin menciumi Aya bertubi tubi.
"Ini piyamanya." Kata Aya menyerahkannya pada Alvin.
"Terimakasih."
"Sama sama."
Alvin telah berganti baju segera menyusul Aya sambil membawakan susu hangat untuk istrinya. "Ini susunya diminum sayang."
"Iya."
Alvin naik ke Atas ranjang. Membaringkan kepalannya di paha sang istri yang sedang bersandar. Tangannya masuk menyusuri baju tidur Aya. "Mas aku mau spaghetti." kata Aya tiba tiba. "Yang lain saja ya?" Tawar Alvin mengelus perut mulus istrinya. "Sekali saja."
"Baiklah." Jawab Alvin bangkit dan mengecup bibir Aya.
Alvin kembali ke kamar setelah menuruti keinginan istrinya. Ia melihat Aya yang sudah tertidur pulas di atas ranjang. "Gagal." batinnya. Ia tak akan membangunkan sang istri karena Alvin paham istrinya begitu lelah. Ia tidak mau egois. Ia harus bersikap pengertian. Ia tak mau membuat istrinya kecewa apalagi Aya belum mencintainya. Ia tak mau kehilangan. Alvin menaiki ranjang memeluk Aya dan mencium setiap inchi wajah istrinya tanpa terlewatkan. Ia menyusupkan kepalanya ke ceruk leher sang istri mencium, menyesap, memberikan jejak kepemilikannya di sana dan di beberapa bagian dada.
'Mungkin besok.' batin Alvin. "Selamat tidur Istriku." kata Alvin mengecup bibir Aya.
"Mas bangun yuk sholat dulu." Aya membangunkan Alvin yang masih tertidur pulas memeluknya.
"Iya sayang." Alvin dan Aya menuju kamar mandi untuk mencuci muka dan mengambil Air wudhu. Aya yang sedang melipat mukena dikejutkan karena terdapat bercak merah di leher dan dadanya. "Mas di kamar kita ada nyamuk?"
Alvin memeluk Istrinya dari belakang. Memperhatikan pantulan mereka dari cermin yang berada tepat di depan keduanya. "Tidak ada." Jawab Alvin sambil tersenyum atas kepolosan Aya.
"Lalu leherku kenapa?"
"Itu bukan nyamuk."
"Lalu?" Tanya Aya masih kebingungan.
"Begini cara membuatnya." Alvin membalikkan badan Aya. Menyejajarkan kepalanya pada dada gadis itu dan mengulangi lagi apa yang dilakukan semalam. "Astaga." Gumam Aya dengan mata yang membulat. "Ih geli." rengek Aya. Alvin menghentikan aksinya. Menatap Aya dengan senyum jahilnya. Ia mencium bibir Istrinya dan **********. Ciuman panas terjadi antara keduanya karena ulah Alvin. "Manis." kata Alvin melepas ciumannya dan melanjutkan lagi. Aya mencubit pinggang suaminya hingga kesakitan.
"Ih udah aku mau masak."
"Ih sayang galak banget sih. Sebentar lagi. Aku masih pengen."
"Nggak." Kata Aya berlalu pergi.