Gimana jadinya jika seorang anak konglomerat menikahi seorang biduan dangdut karena perjodohan kakek mereka di masa lalu.
Kalau Indonesia punya Nela Kharisma, Tristan Trijaya punya Nala Kharina. Gadis delapan belas tahun yang suka dia panggil bocil, yang ternyata seorang biduan dangdut dan suka nyanyi di acara kawinan.
Tristan yang adalah pemimpin perusahaan kakeknya saat ini, harus mau menikah Nala atas dasar janji kakeknya pada sahabatnya (kakek Nala) yang sudah meninggal. Demi mempertahankan harta yang tidak akan dibiarkan jatuh ke tangan sepupunya sendiri yang juga adalah rival besarnya, Tristan setuju menikahi Nala meski ia sendiri sudah punya kekasih.
Tapi sikap Nala yang polos, apa adanya, dan punya badan bak gitar spanyol itu seringkali membuat Tristan hampir gila. Seatap dengan gadis itu bikin hidup Tristan jadi warna warni kayak balonku ada lima. Bisakah Tristan menahan diri dan melupakan perjanjian yang sudah ia buat dengan Nala?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon julies, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kakek Murka
Tristan pulang dengan tangan hampa. Sehampa hati dia tanpa sang biduan yang lagi ngambek dan kabur entah kemana. Baru aja masuk ke rumahnya, ia sudah ditunggu oleh kakek Abi. Lelaki tua tapi masih nampak gagah itu menatapnya tajam, setajam silet. (Inget gak kalian sama acara yang dibawa oleh Fenny Rose dulu?) Kalo inget bagus, kalo gak inget gak usah diingat-ingat, nanti sakit kepala.
Tristan tampak kucel, baru sehari ditinggalin Nala padahal, gimana kalo berbulan-bulan? Gak enak kan ditinggalin istri? Nala beneran jadi Dora the Explorer, dia berpetualang bersama Beben si anak monyet.
Tristan, menarik nafas panjang. Urusannya bakal lebih panjang dari pada mie bakso mamang yang sempat dia makan barusan.
"Kamu apakan Nala?"
Tuh kan, baru juga disumpahin.
"Nala semalam pulang, Kek. Ke rumahnya."
"Kenapa bisa pulang? Kenapa sendirian? Kamu dimana semalam?"
Kepala Tristan tiba-tiba pening, dia lihat kakek Abi udah kayak bintang di langit, ada banyak dan bikin dia susah mau jawab. Matanya juga jadi berkunang-kunang.
"Maaf, Kek. Tristan terpaksa ninggalin Nala karena ..."
"Ratu?!" potong kakek cepat.
Ya salam, banyak banget yang bakal salah paham dengan kepergiannya bersama Ratu semalam.
"Aku bisa jelasin, Kek. Ini gak kayak yang Kakek pikirkan."
"Cukup! Kamu, sudah punya istri tapi masih aja berhubungan dengan perempuan itu! Sekarang kenapa kamu kembali sendiri? Mana Nala?!"
Suara Kakek yang menggelegar membuat Tristan kembali menarik nafasnya. Mendengar Nala kabur saja kakek sudah murka, apalagi kalau kakek tahu, cucu mantunya sudah pergi berpetualang gak tahu ke hutan mana.
"Maaf, Kek. Nala gak ada di rumah. Tapi, Tristan janji akan cari Nala."
"Nala gak ada?!"
"Iya Kek, Nala ..."
"Semuanya karena kamu, Tristan! Kakek kecewa sama kamu. Kamu gak tahu jasa-jasa kakeknya Nala sama kakek dulu. Sekarang, hanya dengan menjaga Nala Kakek bisa menebus semua kebaikannya!"
Kakek tampak lemas, duduk di atas sofa dengan tangan memegang kening. Kepalanya pusing. Kedua orangtua Tristan belum tahu. Dan akan lebih baik jika mereka tidak usah tahu, sebab Tristan sekarang juga udah pusing tujuh keliling karena harus menjelaskan ini itu sama kakek yang sedari tadi gak berhenti nyalahin dia.
"Aku janji bakal segera bawa Nala balik, Kek." kata Tristan mantap.
"Harus! Bagaimanapun caranya." Kakek Abi berdiri, asistennya segera datang membantu lelaki itu untuk membawa jas kerja lalu mereka keluar dari rumah.
"Kemana lo, La?" erang Tristan sambil mengacak-acak rambutnya.
Tristan mencoba tenang. Berusaha memikirkan kemungkinan kemana Nala pergi. Lalu ia ingat anak monyet itu. Gak mudah membawa hewan keluar kota. Artinya, Nala masih di sekitaran Jakarta.
"Beben! Elo benar-benar penyelamat gue!" Tristan langsung berdiri, semangatnya tiba-tiba muncul lagi. Ia segera pergi ke kamarnya. Ia akan mandi, dan segera melanjutkan pencarian terhadap Nala.
"La, La. Lo dimana sih? Kalo lo diapa-apain orang gimana?" Sambil mandi, Tristan bertanya sama dinding.
Ia segera menyudahi mandinya. Segera pula mengganti baju dan turun kembali.
"Den Tristan, makan dulu." Bi Inem pelayan kurang seksi tergopoh-gopoh menghampiri tuan mudanya.
"Gak bisa, Bi. Nala harus cepat ditemukan."
"Iya, Den. Tapi nyari orang kabur mesti punya tenaga ekstra."
Tristan nampak berpikir, benar juga aa yang Bi Inem bilang. Nyariin Nala harus banyak tenaga karena kalo udah ketemu dia juga mesti menjelaskan ini itu yang tentunya bakal bikin capek.
Ayam balado, perkedel dan sederet lauk pauk lainnya membuat Tristan makan dengan lahap. Setelah bertenaga, ia seger a keluar. Beneran, ngadepin perempuan kudu kuat jiwa dan raga karena sesalah-salahnya perempuan, tetap aja lelaki yang salah. Jadi dia mesti siapin stok sabar yang banyak.
"Ingat, Tristan, Kakek gak mau lihat kamu sebelum kamu berhasil temukan Nala."
Pesan kakek di ponsel Tristan yang baru aja masuk seperti alarm bahaya buat dia.
"Tristan pasti bakal bawa Nala balik, Kek." balas Tristan cepat.
Ia segera melempar ponselnya ke kursi sebelah. Baru kali ini Tristan jadi keblingeran karena bocil baru pecah perawan.
"La, harusnya malam ini kita udah liburan ke Bali!"
Terus Tristan lihat perempuan dari belakang mirip banget sama Nala. Tristab jadi berbunga-bunga. Dia segera menginjak rem.
"Nala!" Tristan pede banget membalikkan tubuh perempuan yang ternyata perempuan jadi-jadian di pinggir trotoar itu.
"Maaf Mas ganteng, Eke bukan Nala, Eke Nila. Mau diservis atas bawah bisa, Mas. Tarif diskon lima puluh persen masih berlaku dijamin puas."
Tristan lemes banget, ternyata bukan Nala. Tapi Nila, ikan air tawar yang lagi menjelma jadi bidadari jadi-jadian dan lagi mangkal nyari pelanggan. Nila bawa hewan peliharaan juga, tapi bukan anak monyet, anak biawak.
Tristan pengen terbang aja sama kelelawar yang kebetulan habis berak di atas mobil mahalnya.