**Tidak ada adegan vulgar cinta sesama jenis disini ya***
Tawaran Menjadi istri kontrak seorang gay (Galeo davin) dengan Bayaran 1 Milyar untuk 1 tahun, membuat Resha Alea (Eca) langsung menyetujuinya, karena kebutuhan yang mendesak akibat hutang judi yang di wariskan oleh mendiang orang tuanya.
Setelah pernikahan, Eca selalu menyaksikan kebersamaan Leo dan teman dekat laki lakinya, Stavi yang bernama asli (Gustav Alvaro).
Seiring berjalannya waktu, Perlahan Leo berubah sedikit demi sedikit karena afirmasi dan perlakuan yang Eca berikan di setiap harinya.
(Novel ini ringan ya, jangan berharap konflik yang berat seberat beban hidup ... jangan!)
Yang suka silahkan lanjut baca, yang gak suka gak usah menggiring kebencian lewat kolom komentar, lebih baik di skip, okey?! ✨
Btw ini novel ke 3 author ya, makasih yang udah setia nemenin dari novel pertama, I love you so bad my readers 💜✨
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fareed Feeza, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Cariin cewe
Saat membuka pintu kamar, Leo menghirup aroma menyegarkan yang biasanya tak pernah se semerbak ini. "Wangi bener kamar gue." gumam nya sambil melepas tas kerja dan bersiap hendak mandi.
.
.
Setelah aktivitas pribadinya selesai, Leo menghampiri Eca dengan tubuh yang sudah segar. Kali ini Leo tepat ada di hadapan Eca yang sedang tertidur pulas dengan suara dengkuran halusnya. "Ngorok lagi ni bocah." Umpatnya.
Leo baru melihat jelas lekuk tubuh Eca, pandangannya lalu turun ke arah celana yang sangat minim dan menampilkan hampir seluruh kakinya.
Leo sedikit termenung, entah apa yang ada di dalam pikirannya saat ini, yang jelas ... Cukup lama dia berdiri dan memandangi Eca yang sedang tidur.
Sudah puas memanjakan matanya, Leo berjalan ke arah meja makan. Makanan sudah tersedia ... Pria itu langsung menyantap makanan yang sudah di sajikan oleh Eca. "Kayaknya itu bocah kecapean, sampe ketiduran gitu." ucap Leo lalu memulai aktivitas makannya.
.
.
Sampai Leo selesai makanpun, Eca masih belum terbangun dari tidurnya.
"Kalo udah tidur bener-bener gak inget tempat. Kayaknya tidur di emperan juga ga masalah buat dia." gumam Leo sambil menyunggingkan senyumnya.
Leo berjalan ke dalam kamar Eca, mengambil selimut lalu kembali ke sofa.
Di balutkan selimut tersebut di tubuh Eca, lalu Leo duduk di karpet dengan punggung bersandar di sofa sambil menonton Tv.
Akhirnya suara tv yang lumayan kencang bisa membuat Eca terjaga dari tidurnya.
"Kak ... " panggil Eca saat membuka mata, karena pemandangan pertama yang dia lihat adalah kepala Leo.
"Hm." Jawab Leo tanpa menoleh.
"Aku ketiduran disini ya?"
"Kayaknya bukan deh, lo pingsan kali."
"Ih di tanya nya begitu."
"Abisnya lo tidur kayak orang pingsan, susah banget sadarnya."
Eca memandang selimut yang menutupi kakinya, "Ini selimut, kakak yang pakein?"
"Engga, dia terbang sendiri dari kamar."
"Kaaaaak!!!!!"
"Ya abisnya pertanyaan bodoh sih. Ya siapa lagi kalau bukan gue."
"Yaudah tinggal bilang iya, susah banget. Makasi kalau gitu suami."
"Hm." Jawab Leo sambil mengarahkan remote ke tv.
Eh!!! Kok dia gak marah aku panggil suami? Batin Eca.
Eca beranjak dari sofa, lalu berjalan menuju kamar dengan memeluk selimutnya.
"Hey, ganti bajunya ... Baru lo lanjut tidur!" Ucap Leo dengan lantang.
Eca tersenyum mendengar perhatian Leo padanya, walaupun masih di bungkus dengan nada ketus, tapi itu tidak masalah baginya.
Dengan cepat Eca berbalik ke arah Leo, "Perhatian banget siii." Sahutnyadengan wajah genit.
"Gausah mikir terlalu jauh, gue gak mau lo masuk angin karena pake baju kayak gitu!"
"Aaaaaaaaa so sweet ... kak Leo, peluk dulu!!!!!" Pekik Eca sambil berlari ke arah Leo.
"Hey stop!!!!! Ggg-gue cuman gak mau lo sakit, nanti siapa yang nyiapin semu keperluan gue! rugi dong gue, lo kan gue bayar mahal..."
Selalu ituuu... Selalu itu...!!! Umpat Eca dalam hatinya.
Kedua tangan Eca yang menjulur kedepan untuk memeluk, perlahan turun.
Eca berbalik badan dan melanjutkan langkahnya. "Okeeey .. Okeeeeeeey!!!!!" Teriak Eca kesal, sambil berjalan masuk ke dalam kamarnya.
Sedangkan Leo, dia hanya tersenyum melihat tingkah laku Eca yang menurutnya cukup menggemaskan.
***
Pagi hari, Eca menjalani rutinitas seperti biasanya.
Hari ini tidak ada drama antara dirinya dengan Leo, dan itu menjadikan aktivitas mereka di dalam apartemen jadi hening.
"Sariawan lo?" Tanya Leo sambil menyuapkan nasi goreng ke mulutnya.
"Engga, kenapa gitu?" Sahut Eca yang sedang menata bekal Leo dan memastikan semua lauk masuk kedalamnya.
"Biasanya lo ceriwis."
"Diem salah, ngomong mulu salah." Protes Eca.
"Engga, ngga salah ... Cuman telinga gue kurang beradaptasi aja sama kesunyian suara lo."
Eca tidak merespon apapun, di letakannya tas bekal di hadapan Leo. "Ini udah lengkap semua bekalnya ya. Oh iya, nanti kalau kak Stavi datang ke kantor jangan di ladenin kak, mau sampai kapan kamu kayak gitu? Kasian kakek... mama,papa kamu juga. Kamu harus berubah, kamu pasti bisa kok."
"Berubah gimana maksud lo?"
"Ya ... Be a normaly guy." Ucap Eca sedikit ragu.
"Maksud lo gue gak normal?"
"Ya, lalu apa kedekatan kamu dengan stavi di sebut normal? Tentu aja enggak kak. Dan soal ketertarikan kamu sama pria walaupun tidak pernah sama sekali berhubungan sex, itu termasuk gak normal juga loh kak! Sayang banget ... Kamu tampan, mapan, pintar ... Cewek yang bakal jadi pendamping kamu bakal ngerasa beruntung banget pastinya."
"Bawel lo ah."
"Tuh kan, tuh kan !!! Bawel di ocehin juga." Protes Eca.
Eca mencuci piring bekas peralatan makan dia dan Leo, ponselnya yang terletak di meja makan berbunyi tanda pesan masuk.
Karena posisi ponsel berada di hadapan Leo otomatis saat dia melirik ke arah layar akan terbaca jelas notifikasi dan isi pesan tersebut.
Rafli : Kuliah jam berapa? Mau di antar?
Isi chat Rafli yang tak sengaja terbaca oleh Leo, sedangkan sang pemilik ponsel masih sibuk di wastafel.
Leo sedikit termenung saat melihat isi chat di ponsel Eca, tapi dia memilih pura-pura tidak membacanya.
"Ayolah, lamban banget." Oceh Leo yang tidak sabar menunggu Eca.
"Ya sabar, ambil tas dulu ... " Ucap Eca sambil menyambar ponselnya yang ada di atas meja, tanpa melihat layarnya terlebih dahulu.
.
.
Di mobil, Eca baru sempat membuka ponselnya, dan Leo sedikit memperhatikan gerak geriknya. Eca terlihat seperti sedang mengetik sesuatu. Beberapa saat kemudian ada bunyi chat kembali dan Eca tersenyum dengan manisnya, Leo bisa menebak itu pasti chat dari orang yang sama.
"Lo masih terikat kontrak sama gue, jangan sampe keluarga gue tau kalo lo punya pacar." Ucap Leo spontan.
"Hah? Pacar? Apaan sih!" Sahut Eca yang langsung memasukan ponsel ke dalam tas nya.
"Ya, Rafli itu pacar lo kan?"
"Rrr-rafli? Kok kakak tau Rafli?"
"Tadi gue gak sengaja liat namanya pas dia nge chat lo."
"Dia bukan pacar kok. Dia cuma _," Perkataan Eca terhenti karena Leo memotongnya dengan cepat.
"Pacar lo atau bukan juga gue gak peduli, yang jelas jangan sampe pihak keluarga gue tau."
"Iya aku juga tahu itu." Jawab Eca tak mau memperpanjang.
.
.
***
Di kantor, Leo sedikit melamun di sela-sela rapatnya, dan itu terlihat jelas oleh Oscar. Karena Leo tidak fokus saat merespon semua pertanyaan client dan akhirnya Oscar yang menghandle.
Saat rapat selesai, Leo memijat keningnya. Dengan sigap Oscar mendekat dan menawarkan untuk pergi ke rumah sakit,tapi Leo menolak.
"Apa yang bapak butuhkan saat ini? mau saya buatkan kopi?" Tawar Leo.
"Cariin cewe, buat jadi pacar gue beneran." Ucap Leo spontan.