Merupakan seri kelanjutan dari Novel Benua Teratai Biru vol pertama.
👉 bagi yang baru mampir, silakan baca novel pertama dengan judul yang sama.
_____________
Dunia Kultivator. Yang kuat menindas yang lemah, yang lemah menjadi abu sehingga semua orang berusaha untuk menjadi kuat.
Qing Ruo adalah seorang pemuda yang memiliki takdir langit terlahir dengan fisik yang lemah. Kelemahannya itu menjadi bahan ejekan teman sebayanya.
Tiba-tiba keberadaannya yang dipandang sebelah mata mengejutkan semua orang.
Bagaimana kisah perjalanan hidupnya? simak dan ikuti terus Sang Penguasa Benua Teratai Biru Vol 2. Semoga tetap suka.
👉 Update setiap hari jam 04.00 WIB.
👉 Mohon tinggalkan jejak, like dan komen.
Terima kasih 🙏.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yudhistira, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
32. Di kekaisaran Dongnan.
Tidak berapa lama kemudian, beberapa pelayan memasuki ruangan sambil membawa makanan dan minuman terbaik yang ada di istana kekaisaran Dongnan.
" Wah ... kakek buyut benar-benar bermurah hati," ucap Zilong sambil mengambil makanan yang telah didilangkan.
Xin Moshu hanya bisa menggelengkan kepala sambil menatap Zilong yang sedang menikmati makanannya itu.
" Kakak Hye, Ruo er, semuanya mari kita makan." Xin Moshu dipersilakan
Mereka lalu menikmati makanan itu sambil berbincang-bincang dengan santai.
Di luar istana.
Beberapa para Jenderal serta menteri yang diusir oleh Xin Moshu sebelumnya begitu kebingungan. Selama ini mereka tidak pernah melihat sikap sang kaisar yang tiba-tiba menjadi emosi saat melihat seorang muncul dihadapannya.
Beberapa para menteri yang mencoba untuk kembali memasuji istana langsung dihentikan oleh para Jenderal yang sedang berjaga di depan gerbang istana.
" Para menteri mohon kerjasamanya, aku tidak ingin kehadiran kalian semakin memperkeruh suasana."
" Jenderal Ao Ling Tian benar, tapi apa yang sebenarnya terjadi?"
" Kami juga tidak tahu. Tunggu beberapa saat lagi aku yakin yang mulia kaisar akan menemui kita."
" Baik, " jawab para menteri tersebut.
" Aku yakin orang yang ada di hadapan Yang Mulia Kaisar itu pasti orang yang sangat penting baginya, sehingga membuat yang mulia begitu emosional," ucap seorang menteri.
" Aku rasa demikian," ucap para menteri yang lain berpendapat.
*****
Di dalam aula istana.
" Ruo er, kamu muncul secara tiba-tiba dihadapan semua orang," ucap Xin Moshu berbicara.
Qing Ruo tersenyum kecil.
" Aku ingin melihat kesiapan mental kakek, itu saja."
" Ya tapi tidak begitu juga, kan."
" Kakek buyut, itu namanya kejutan. Apakah kakek buyut tidak senang?" tanya Zilong.
" Bukan begitu, kan aku tidak harus mengusir semua orang." sambil tersenyum kecut.
" Hahah..., aku baru menyadari, jangan-jangan sifatku yang pemarah ini berasal dari kakek buyut. Buktinya kakek buyut langsung memarahi semua orang dengan sembarangan," ucap Zilong yang terus menimpal pembicaraan.
" Itu mungkin dariku," ucap Qing Ruyue sambil menggodanya.
" Nenek buyut, itu tidak mungkin. Nenek buyut adalah seorang tetua Agung Sekte Gunung Emas yang bijaksana." ucapnya memuji sambil mengambilkan makanan dan memberikannya pada Qing Ruyue.
Xin Moshu hanya bisa menatap Zilong sambil menggelengkan kepalanya..
" Zilong er, aku tahu kamu masih kesal padaku, jadi Katakan Saja!"
" Tapi aku takut kakek buyut akan marah."
" Sepertinya dari tadi kamu terus memancing Kemarahanku, tapi aku tidak memarahimu."
" Aku tahu, itu karena kakek buyut takut pada ayah dan nenek buyut, kan?"
" Ruo er, sepertinya ada yang salah dengan putramu, apakah aku perlu mengajarinya?" ucap Xin Moshu sambil tertawa.
" Nah itu berarti kakek menerima tantanganku sebelumnya." dengan wajah gembira.
Qing Ruyue hanya bisa tersenyum kecil.
" Adik Moshu, Zilong er sangat suka bertarung. Jika adik mau ajari saja dia, siapa tahu dapat meredam mulutnya yang tidak berhenti mengoceh itu."
" Kakak Hye, apakah itu alasannya mengapa dia mengoceh terus?"
Qing Ruo, Qing Ling dan Qing Ruyue secara bersamaan menganggukan kepala mereka.
" Hm..., boleh. Tapi kapan-kapan saja," ucap Xin Moshu sambil melirik padanya.
" Kakek buyut, aku itu kesal pada bukan karena aku begitu ingin bertarung, tapi sikap kakek buyut sebelumnya!" ucapnya membela diri.
" Oh apa itu?" tanya Xin Moshu penasaran.
" Sambutan kakek buyut pada nenek buyut saat datang sebelumnya itu terlalu aneh. Kakek buyut, aku tidak tahu alasan nenek buyut dan ayah merahasiakan masalah kalian padaku, tapi saudara tetaplah saudara. Tindakan kakdk buyut itu membuatku kesal, Itu alasan mengapa aku menantang kakek buyut sebelumnya."
Xin Moshu dan She Mei Lu ternganga. Bahkan semua orang di dalam ruangan itu terdiam. Mereka berdua benar-benar tidak menyangka sifatnya yang kekanakan dan meledak-ledak itu ternyata dapat memikirkan hal yang seperti itu.
Xin Moshu terdiam.
" Benar, itu salahku," ucap Xin Moshu pelan.
" Zilong er, terima kasih."
Qing Ruyue tersenyum lembut sambil mengusap-usap kepalanya.
" Zilong er, tetaplah jadi dewasa," ucap Qing Ruyue lembut.
" Nenek aku masih kecil, bagaimana tiba-tiba aku menjadi dewasa?"
Qing Ruo dan yang lainnya tertawa.
" Kakak Hye, apakah kakak juga akan menemui ayah?" dengan tatapan memohon.
Belum sempat Qing Ruyue menjawab, Qing Ruo sudah menjawab.
" Kami memang akan mengujunginya, itulah alasan kami menegunjungi kakek ke tempat ini."
" Oh benarkah?"
Qing Ruyue hanya bisa terdiam. Dia merasa tidak berdaya dan tidak bisa menolak keinginan Qing Ruo, dan apalagi mematahkan semangat Xin Moshu.
Qing Ruyue mengangguk kecil, dengan keengganan di wajahnya.
" Baik, mari kita pergi," ucap Xin Moshu sambil berdiri dari kursinya.
" Apakah sekarang?" tanya Zilong terkejut.
" Tentu saja. Kalian tunggu sebentar," ucapnya sambil keluar dari istana menemui para Jenderal yang berjaga di depan gerbang istana.
" Ruo er, kamu...?"
" Aku tahu ini adalah sesuatu yang berat bagi nenek, tetapi sampai kapan nenek akan menyimpan luka itu. Aku juga tahu bahwa nenek sebenarnya sangat merindukan mereka."
" Ruo er, ini..."
" Nenek, aku telah melakukan penyelidikan dan itu murni kesalahpahaman. Mungkin nenek merasa terluka, tetapi kakek buyut, bahkan kakek Xin Di Lang tidak hanya terluka tetapi mereka juga berduka. Bertahun-tahun mereka mencari keberadaan nenek, sampai kakek Xin Moshu tidak sempat memikirkan kebahagiaannya."
Qing Ruyue sekali lagi terdiam. Kata-kata yang dilontarkan oleh Qing Ruo membuatnya merasa sedih dan bersalah.
" Nenek, mari temui mereka, mari kita menghapus kesalahan masa lalu, dan membangun kebersamaan. Selain nenek memiliki paman dan ayahku di kota perak, nenek juga punya keluarga di kerajaan Xin. Aku ingin mereka menjadi sumber kebahagiaan nenek."
" Ayah, siapakah kakek buyut ayah itu, lalu siapa kakek Xin Di Lang?" tanya Zilong.
" Zilong er, Xin Yang adalah leluhurmu. Dia adalah ayah dari nenek buyutmu, sedangkan Xin Di Lang adalah adik kedua nenek buyut, raja kerajaan Xin."
" Apakah mereka masih ada?"
" Tentu saja."
Saat mereka sedang berbincang-bincang, Xin Moshu datang kembali.
" Ruo er, semuanya, mari!" sambil membawa rombongan itu keluar menuju taman yang berada di belakang istana kekaisaran.
Xin Moshu lalu mengeluarkan sebilah pedang berwarna biru keemasan.
" Ayah ini pedang Xue Luo," ucap Zilong penasaran.
" Ruo er, ini memang pedang Xue Luo, pemberian ayahmu. Bahkan pedang inilah yang telah memenggal kepala Dong Lian, adik kesayangan kaisar Dong Xianzai dan putra mahkota Dong Shou Jin, penguasa kekaisaran Dongnan sebelumnya." Xin Moshu menjelaskan dengan bangga.
" Baik mari kita pergi," ucap Xin Moshu sambil melompat ke atas bilah pedang Xue Luo yang telah membesar dan melebar itu.
Setelah semua orang naik dan duduk, secara perlahan pedang tersebut bergerak ke atas langit bergerak menuju kerajaan Xin.
" Nenek," ucap Qing Ling dan She Mei Lu sambil duduk di sisi Qing Ruyue.
Di bagian depan, Qing Ruo duduk di dampingi Zilong.
" Ayah, bagaimana dengan tujuan kita ke kota perak?" berbicara melalui telepati.
" Zilong er, ada banyak luka dan kesedihan di hati nenek buyutmu. Walaupun di terlihat tegar dan kuat, dia tetaplah wanita yang rapuh. Ayah ingin membantunya untuk memulihkan luka itu dan menghiburnya dengan kehadiran orang-orang di sekitarnya. Sedangkan di kota perak Ayah telah mengirimkan Hu Shan dan yang lainnya, jadi bersabarlah."
" Baik ayah, lalu bagaimana dengan Jun er, apakah nenek buyut sudah tahu masalahnya?"
" Tentu saja."
" Aku takut jika nenek buyut akan mencari keberadaan Jun er."
" Tenanglah, Ayah sudah menjelaskan bahwa Jun er sedang berlatih di dalam cincin penyimpanan."
" Apakah nenek buyut percaya?"
" Tentu saja."