NovelToon NovelToon
Misteri Permainan Takdir

Misteri Permainan Takdir

Status: tamat
Genre:Poligami / CEO Amnesia / Pengasuh / Tamat
Popularitas:1.3k
Nilai: 5
Nama Author: Sagitarius-74

Maya yang kecewa dengan penghinaan mantan suaminya, Reno, mencoba mencari peruntungan di kota metropolitan.. Ia ingin membuktikan kalau dirinya bukanlah orang bodoh, udik, dan pembawa sial seperti yang ditujukan Reno padanya. "Lihatlah Reno, akan aku buktikan padamu kalau aku bisa sukses dan berbanding terbalik dengan tuduhanmu, meskipun dengan cara yang tidak wajar akan aku raih semua impianku!" tekad Maya pada dirinya sendiri.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sagitarius-74, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

JALAN-JALAN

"Bu, kenapa ibu pukul saya?" Made kaget akan perlakuan Bu Ratna yang menurutnya kasar.

"Pram! Murni itu bukan anak kecil! Dia bisa jalan sendiri. Kenapa mesti di gendong segala? Jangan biasakan dia jadi istri manja!" bentak Bu Ratna.

Made dan Murni berpandangan. Keduanya diam, tak bisa bicara. Sesaat kemudian, "Mur, kamu jalan ya!.. Mas lupa, tangan Mas lagi sakit." Akhirnya Made cari alasan agar Murni tidak marah. Ia tak mau menyakiti Murni, tapi ia juga tak mau mengecewakan Bu Ratna.

Dengan terpaksa akhirnya Murni mengangguk lemah tanpa bersuara.

Setelah Bu Ratna dan Murni masuk ke dalam mobil, supir pribadi Bu Ratna melajukan mobil dengan tenang menuju pusat perbelanjaan.

Murni menatap nanar pantulan dirinya di cermin kamar pas. Gaun berwarna merah menyala dengan belahan dada rendah itu terasa begitu asing di tubuhnya.

"Iih, ko gini sih!" Ia tak sanggup melihat pantulan dirinya di cermin. bertubuh pendek, buah dada besar, perut buncit! "Ya Allah. Mau disimpan dimana mukaku? Nanti emak yang ada di sorga marah lihat aku pakai beginian."

Dulu, jangankan bermimpi mengenakan gaun semahal ini, membayangkan menginjakkan kaki di pusat perbelanjaan mewah saja tak pernah terlintas di benaknya.

Namun, semua itu berubah sejak Bu Ratna datang dan mengubah hidupnya.

“Bagaimana, Murni? Kau terlihat sangat cantik,” puji Bu Ratna, ia menyembulkan kepalanya dari balik pintu kamar pas sambil tersenyum. Senyum yang menurut Murni penuh kasih sayang, namun kini terasa dingin dan penuh perhitungan.

“Terima kasih, Bu,” jawab Murni lirih. Ia masih merasa tidak nyaman dengan penampilannya yang serba mewah ini.

Emas dan berlian yang menghiasi tubuhnya terasa seperti rantai yang mengikatnya pada sebuah rencana yang ia sendiri tidak tahu ujungnya.

“Jangan panggil ‘Bu’. Aku kan ibunya Made, panggil aku mamah," kata Bu Ratna sambil membelai rambut Murni dengan lembut.

 “Ingat, kamu sekarang sudah menjadi orang kaya! tingkahmu pun harus berubah! Kamu punya janji pada mamah, untuk memisahkan Maya dari Made! "

Murni menelan ludah. Nama itu selalu membuat hatinya mencelos. Maya! target utama dalam rencana Bu Ratna. Murni tidak mengerti mengapa Bu Ratna begitu membenci Maya. Yang ia tahu, Bu Ratna ingin agar Maya tidak merebut Made darinya.

Sebelum bertemu Bu Ratna, Murni masihlah seorang wanita desa sederhana yang hidup pas-pasan bersama suaminya, Made.

Mereka tinggal di sebuah gubuk di pinggiran kota Denpasar menunggu kelahiran anak pertama mereka dengan penuh harap. Kehidupan mereka memang tidak mewah, namun penuh dengan cinta dan kebahagiaan.

Namun, kebahagiaan itu terusik ketika Bu Ratna muncul diantara mereka. Kini Murni harus jadi pribadi lain atas ambisi Bu Ratna.

"Mur, kamu pakai baju itu aja terus ya! soalnya sekarang kita akan pergi ke suatu tempat yang cukup bagus."

"Tapi, aku malu.." Murni menutupi belahan dadanya yang nampak, ia malu dilihat orang jika harus berpakaian kurang bahan seperti itu.

"Kamu jangan malu-maluin aku! Malu lah bawa-bawa kamu dengan pakaian daster lusuh seperti tadi! Ingat, kamu sekarang orang kaya! Orang kaya bajunya beda dengan baju kamu dulu!" ancam Bu Ratna.

Mau tak mau akhirnya Murni nurut apa kata Bu Ratna. Karena ia mulai terhasut kata-kata Bu Ratna.

Setelah mereka puas jalan-jalan di Mall dan perlengkapan bayi sudah terbeli semua, mereka berdua menuju tempat yang dimaksud Bu Ratna. Restoran Eropa!

"Murni, kita makan di restoran Eropa ya? Ibu lagi pengen makan steak," kata Bu Ratna sambil tersenyum.

Mata Murni berbinar-binar. "Wah, boleh Bu! Murni belum pernah makan di restoran Eropa."

Mereka pun memasuki sebuah restoran mewah dengan interior elegan dan lampu-lampu kristal yang berkilauan.

Pelayan menghampiri mereka dengan senyum ramah dan memberikan buku menu yang tebal.

Murni menerima buku itu dengan gugup. Matanya memindai halaman demi halaman yang penuh dengan tulisan asing. Ia tidak mengerti satu pun nama makanan di sana.

"Aduh, Bu... Murni nggak ngerti ini apa," bisik Murni dengan wajah memelas.

Bu Ratna menghela napas dalam-dalam. Ia merasa malu karena membawa Murni ke tempat seperti itu. "Ya sudah, kamu pilih saja yang gambarnya kamu suka," jawab Bu Ratna dengan nada sedikit kesal.

Murni semakin bingung. Ia menunjuk sebuah gambar yang terlihat menarik, tapi ia tidak tahu itu makanan apa. Bu Ratna memesankan makanan untuk dirinya sendiri dan dengan terpaksa memesankan juga untuk Murni.

Sambil menunggu pesanan datang, Murni merasa tidak nyaman. Ia merasa semua mata tertuju padanya. Ia merindukan suasana warung tegal (warteg) di dekat rumahnya dulu, tempat ia bisa makan dengan tenang dan tanpa harus merasa minder.

"Bu, maaf ya... Murni jadi nggak enak. Kayaknya Murni nggak cocok makan di tempat kayak gini," kata Murni dengan suara pelan.

Bu Ratna tersenyum tipis. "Nggak apa-apa, Murni. Ibu ngerti kok. Lain kali kita makan di tempat lain saja."

Setelah makanan datang, Murni hanya mencicipi sedikit. Lidahnya tidak terbiasa dengan rasa makanan Eropa yang kaya akan rempah dan bumbu yang asing baginya. Bu Ratna memperhatikan Murni dengan tatapan tidak sabar.

"Bu, gimana kalau kita makan di warteg saja? Murni pengen banget makan masakan Indonesia," usul Murni dengan polos.

Bu Ratna terkejut. Ia tidak percaya Murni mengajaknya makan di warteg. Ia pura-pura tidak ingin mengecewakan Murni. "Baiklah, Murni. Demi kamu, Ibu ikut saja," jawab Bu Ratna dengan senyum yang dipaksakan.

Mereka pun meninggalkan restoran mewah itu dan menuju sebuah warteg sederhana di pinggir jalan. Murni langsung bersemangat begitu melihat deretan lauk pauk yang menggugah selera.

"Wah, ada semur jengkol! Murni pengen itu, Bu. Sama ikan asin juga," kata Murni sambil menunjuk-nunjuk lauk yang ia inginkan.

Bu Ratna membelalakkan matanya. Semur jengkol dan ikan asin? Ya Tuhan, selera Murni benar-benar kampungan! Namun, ia berusaha menutupi rasa jijiknya.

"Kamu yakin mau makan itu, Murni? Nggak ada yang lain?" tanya Bu Ratna dengan nada hati-hati.

"Iya, Bu. Murni kangen banget sama masakan ini," jawab Murni dengan senyum lebar.

Bu Ratna hanya bisa pasrah. Ia memesan makanan yang sama dengan Murni, tapi ia tidak berniat untuk memakannya. Ia hanya ingin menemani Murni.

Saat makanan datang, aroma semur jengkol dan ikan asin langsung menusuk hidung Bu Ratna. Ia merasa mual dan tidak nafsu makan. Ia hanya bisa memandangi Murni yang makan dengan lahap.

"Enak banget, Bu! Ibu cobain deh," kata Murni sambil menyodorkan sendok berisi semur jengkol ke arah Bu Ratna.

Bu Ratna menggelengkan kepalanya dengan halus. "Nggak usah, Murni. Ibu lagi nggak nafsu makan. Kamu saja yang makan."

Murni tidak memaksa. Ia melanjutkan makannya dengan gembira. Sementara itu, Bu Ratna hanya bisa menahan rasa mual dan berharap bisa segera pulang.

Bu Ratna hanya bisa melihat Murni makan dengan perasaan kesal.

"Dasar orang kampung! pusing aku!!"

1
Tie's_74
Semoga ceritaku bisa menghibur yaa.. mohon dukungannya🥰
Tie's_74
Dari bab ini, bisa dipetik pelajaran, bahwa dalam hidup ini kita jangan cepat menyerah. Sesulit apapun Tuhan berikan ujian pada kita, kita jangan cepat menyerah dan selalu semangat menjalani hidup. Karena laut pun tak selamanya pasang, ada masanya surut. Begitupun dengan kehidupan kita. Ada saatnya kita di uji, tapi bila kita tak cepat menyerah, yakinlah kalau badai akan segera pergi, berganti dengan balasan yang setimpal dari Tuhan akan Perjuangan kita. Akan indah pada waktunya.. Untuk para pembaca setiaku, selalu semangat ya.. Semoga kita sehat selalu dan diberikan rezeki lancar, Aamiin.. /Heart/
Tie's_74
Dari bab ini, kita bisa ambil pelajaran, jangan menilai orang dari luarnya ya guys.. Dengan usaha dan kerja keras, yakinlah bahwa hidup kita akan lebih baik. dan tentunya, kita harus percaya diri.. 😁.. Selalu semangat untuk semua pembaca setiaku. 🙏🏻🤗
Tie's_74
Makasih Kaka komennya.. 🙏
Codigo cereza
Terharu banget
Tie's_74: makasih komennya, Kaka 🙏🏻🤗
total 1 replies
Hao Asakura
Ceritanya keren, bahasanya juga mudah dimengerti!
Tie's_74: makasih komennya kakak... 🙏
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!