Zara adalah gambaran istri idaman. Ia menghadapi keseharian dengan sikap tenang, mengurus rumah, dan menunggu kepulangan suaminya, Erick, yang dikenal sibuk dan sangat jarang berada di rumah.
Orang-orang di sekitar Zara kasihan dan menghujat Erick sebagai suami buruk yang tidak berperasaan karena perlakuannya terhadap Zara. Mereka heran mengapa Zara tidak pernah marah atau menuntut perhatian, seakan-akan ia menikmati ketidakpedulian suaminya.
Bahkan, Zara hanya tersenyum menanggapi gosip jika suaminya selingkuh. Ia tetap baik, tenang, dan tidak terusik. Karena dibalik itu, sesungguhnya...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon zenun smith, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Usaha Yang Gagal
Tahu Emily pergi sendirian dengan mengemudi sendiri, Erick justru terburu-buru ingin bertemu dengan Zara. Erick tahu betul, ciri-ciri Emily menggila atau berada dalam mode bahaya adalah ketika wanita itu memilih pergi sendirian meninggalkan supir dan asisten. Itu adalah sinyal bahaya paling jelas. Zara sang wanita yang ia cintai dan ia lindungi, sedang tidak aman.
Zara memang sudah diungsikan ke tempat barunya, sebuah unit apartemen sederhana di kawasan yang tidak mencolok, jauh dari kediaman lama yang memiliki kemungkinan Emily membuat ulah. Seharusnya aman, pikir Erick, jika informasi mengenai lokasi baru ini tidak bocor. Akan tetapi, Erick masih risau, pun perasaannya tak enak. Instingnya sebagai seorang suami langsung bekerja.
Maka, di tengah perjalanannya yang dipacu dengan kecepatan tinggi, ia sibuk menghubungi sana sini. Ia menekan beberapa kontak, meminta bantuan orang-orang kepercayaannya agar bisa menjaga Zara dari kejauhan, setidaknya sampai ia tiba.
Ponselnya berdering, sebuah laporan cepat masuk, mengonfirmasi keberadaan mobil hitam mencurigakan yang sudah ia perintahkan untuk dipantau. Lokasinya tidak jauh dari tempat Zara berada.
Erick menekan gas lebih dalam. Tidak ada waktu untuk berpikir dua kali.
Dan ketika ia telah menemukan titik Zara berada, yang kebetulan sedang berjalan cepat menuju sebuah mini market kecil di ujung jalan, selang lima menit, peristiwa itu terjadi.
BRAK!!!
Suara tabrakan terdengar keras di salah satu ruas jalan yang tidak terlalu ramai. Mobil hitam dengan nopol palsu, yang tadi dilaporkan mencurigakan, menabrak pembatas jalan dengan keras. Itu terjadi tepat setelah Erick melompat keluar dari mobilnya sendiri dan dengan gerakan refleks yang cepat, menarik tubuh Zara menjauh dari bidikan mobil hitam itu.
Mobil itu tadinya melaju kencang, menargetkan Zara. Jika Erick terlambat sedetik saja, Zara mungkin sudah terhantam.
Si mobil mencurigakan itu tidak berhenti. Setelah menghantam pembatas, pengemudinya langsung memutar balik dan kabur ugal-ugalan, melesat menjauhi Erick dan Zara yang kini sedang mengatur napas karena baru saja hampir kena celaka. Jalanan yang semula lengang kini ramai oleh teriakan kehebohan warga sekitar.
"Ra, kamu gak apa-apa kan?" tanya Erick dengan napas terengah-engah. Ia memegang kedua bahu Zara, memastikan wanita itu utuh. "Mulai sekarang kamu jangan keluar rumah lagi ya. Nanti kalau urusan persediaan bahan makanan atau lainnya sudah habis, aku saja yang memenuhi itu. Kamu cukup di rumah saja kalau aku lagi gak di rumah. Boleh keluar asal bersamaku." Lanjutnya.
Itu adalah peraturan baru yang Erick bikin saat itu juga, sebagai respons atas kejadian barusan yang nyaris merenggut nyawa Zara. Biasanya, Erick membiarkan Zara keluar asal tidak terlalu jauh dan selalu dalam pengawasan, tapi kali ini ia tidak mau mengambil risiko sedikit pun.
Zara mengangguk. Wajahnya masih terlihat linglung. "Iya, Mas. Kamu kenapa bisa ada di sini?"
"Aku ada di sini karena kamu. Aku ingin memastikan bahwa kamu baik-baik saja." Erick memilih untuk tidak menceritakan detail bahwa Zara tengah hendak dicelakakan Emily. Ia tidak menyebutkan mobil hitam itu adalah ulah Emily. Ia hanya ingin Zara merasa aman di sisinya. Erick tahu watak Zara. Jika ia tahu ini ulah Emily, Zara mungkin akan kepikiran macam-macam, semisal ingin menghadapi Emily seorang diri atau, yang paling buruk, Zara malah memilih mengalah dan pergi dari hidup Erick demi keselamatan semua. Erick tidak mau itu terjadi. Ia harus melindungi Zara sepenuhnya.
Zara pun hanya mengangguk, masih berpikir jernih itu adalah sebuah kecelakaan mobil biasa di dekatnya, dan menganggap kedatangan Erick adalah sebuah kebetulan yang sangat ajaib. Ia diantar pulang oleh Erick kemudian.
...***...
Di tempat rahasia, sebuah gudang tua yang pengap, gelap, dan tidak terjamah manusia lain selain kawanan preman yang menjadikannya markas, Emily berdiri berhadapan dengan mereka. Udara di sana terasa tidak enak, dipenuhi bau rokok dan bau curut. Pertemuan itu diadakan untuk menanyakan hasil kerja dari orang suruhannya itu.
Laporan yang Emily terima yaitu bahwa mereka gagal menabrak Zara.
"What? Kalian bilang apa? Nabrak?" Suara Emily melengking, "Saya tidak minta kalian menabraknya dengan mobil, bodoh! Saya hanya minta kalian dorong saja atau apalah itu biar wanita itu hanya sampai terjatuh saja. Kalau sampai nabrak pakai mobil, itu fatal namanya. Itu bisa jadi kasus pembunuhan berencana atau tabrak lari. Begitu saja kalian tidak becus!"
Kepala preman menyahut, "Itu juga niatnya nyenggol doang, serempet gitu biar jatoh. eh malah ada sang pahlawan yang datang. Sekarang mana bayaran buat kami?"
"Gagal masih minta bayaran?" sungut Emily.
Kepala preman itu maju selangkah, tatapannya seperti ancaman.
"Gagal atau berhasil, kami sudah bekerja. Usaha kami harus dibayar. Cepat berikan bayarannya!" Preman-preman lain yang berdiri di belakangnya ikut bergerak maju mengelilingi Emily. Suasana menjadi mencekam.
"Pokoknya nggak ada bayaran buat kerjaan yang gagal."
Si preman makin ngegas, ingin Emily membayar usahanya walaupun gagal. Emily awalnya kekeuh dengan pendiriannya, menolak membayar untuk kegagalan. Akan tetapi, melihat mereka garang dan seakan ingin menelan hidup-hidup, wajah-wajah penuh amarah itu membuatnya gentar.
Emily sadar, di tempat seperti ini, melawan hanya akan memperburuk keadaan. Dengan tangan bergetar, jadilah Emily membayar jumlah yang diminta, meskipun hatinya menggerutu dan penuh makian.
Dia pergi dari sana dengan penuh kekesalan. Di dalam mobil mewahnya, Emily merutuki dirinya. Sial sekali rencananya tidak ada yang berhasil. Pria yang tiba-tiba datang dan mengacaukan rencananya pasti Erick. Pikir Emily.
Dalam puncak kemarahannya, tiba-tiba ia terdiam. Ia memukul setir, dan kemudian tersentak. Sebuah nama melintas di benaknya.
"Kenapa aku tidak minta bantuannya saja, ya?" gumamnya lirih. Yang dimaksud Emily adalah Darren. Sebenarnya dia sudah diultimatum oleh sang ayah bahwa dirinya tidak boleh meminta bantuan apapun pada Darren, karena akan menjadi bumerang. Namun dia berkelit dalam hati, bahwa itu boleh dilakukan karena semua ini gara-gara Papanya juga yang entah kenapa malah ada di kubu Erick. Jadinya ia tidak bisa menggunakan kekuasaan ayahnya untuk menekan Erick dan juga mencelakai Zara agar wanita itu keguguraan.
Tanpa Emily tahu, ada seseorang yang sudah merekam aktvitasnya sejak pertemuan dengan para preman tadi.
.
.
Bersambung.
jadi lebih baik kau perbaiki dirimu sendiri bukan untuku TPI untk masa depanmu sendiri
bay
yg penting mas areick makin Cintaa dan sayang ke zahra